Mohon tunggu...
mserpong
mserpong Mohon Tunggu... Pengajar Privat Baca Quran dan Arabic Language for Specific Purpose -

Mserpong mengamati perkembangan Timur Tengah secara independen, dari Jakarta, membaca media yang terbit dari dan tentang "spot bergejolak" itu secara reguler dari versi Bahasa Arab dan Inggris. Beliau mencurahkan energinya dalam aktifitas mengajar dan penterjemahan dan mendirikan the Jeal pada awal tahun 2016. Mserpong dapat dihubungi via SMS atau Whatsapp: (+62)085-777-489-077. Email: alhusnaprivat@gmail.com, www.mserpong.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksekusi Mati Al-Nimr dan Kebijakan Regional Saudi

5 Januari 2016   18:07 Diperbarui: 12 Januari 2016   11:59 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Mserpong*

Tanggal 02/01/2016, Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi menyatakan 47 orang telah dieksekusi mati (di 12 daerah yang berbeda) karena " merencanakan dan melaksanakan serangan berbahaya, menargetkan warga sipil, militer lokal dan asing".Dari 47orang itu, satu diantaranya sangat pupuler: Shaikh Nimr Baqir al-Nimr, tokoh “sayap radikal” Syiah.

Hukuman mati Nimr langsung menyulut penyerbuan dan pembakaran kantor kedutaan Arab Saudi di Tehran dan konsulatnya di Mashad (02/01/2016) . Menlu Saudi, Adel Al-Jubeir lalu (03/01/2016) mengeluarkan ultimatum pengusiran dubes Iran dalam waktu 48 jam. Langkah ini kemudian diikuti oleh Bahrain, Uni Emirat Arab dan Sudan. Yaman, bahkan, menurut Aden TV milik negara, sudah lebih dulu, pada hari Jumat (01/01) memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran.

Penulis melihat keputusan hukuman mati Nimr ini bagaikan "ujung es di permukaan laut yang merupakan sambungan dari bongkahan gunung es di bawah" latar belakang kebijakan regional Arab Saudi. Ini merupakan akumulasi dari rangkaian peristiwa, setidaknya sejak 2013, yang dapat digarisbawahi ada 4 antara lain: revolusi Suriah, kudeta militer Mesir, kemunculan IS dan deklarasi kekhalifahannya, dan intervensi militer Saudi di Yaman. Empat peristiwa ini amat penting dari sisi geo-strategis bagi Saudi ditambah lagi dengan sentimen rivalry terhadap Syiah-Iran yang menjadi bahan bakar bagi ancaman ideologi negara dan keamanan secara regional.

Berikut penulis jabarkan peristiwa-peristiwa tersebut dan kaitannya dengan Kebijakan Regional Arab Saudi:

1) Kudeta Militer Mesir
Saudi Arabia termasuk Emirat dan beberapa negara Arab anti-Ikhwan jelas memiliki peran penting dalam kudeta militer di Mesir. Pangeran Bandar bin Sultan, kepala Intelejen Saudi, kala itu berjumpa dg tokoh militer Mesir dan meminta dukungan Barat untuk merestui pengambil alihan pemerintahan oleh militer. Partai Nur afiliasi kepada Salafi, mengesahkan kudeta itu. Kudeta ini juga memiliki dimensi lain secara regional, krn beberapa hari setelah Saudi melancarkan serangan udara kepada target-target kelompok Hutsi(yang berafiliasi kepada Syiah Zaidiyah) di Yaman, rencana gabungan pasukan militer Arab diumumkan pada tanggal 26 Maret 2015, yang menggarisbawahi ambisi GCC secara regional dan dukungan militer yang harus diberikan Mesir terhadap keamanan negara-negara Teluk sebagai balasan atas dukungan finansial dan politik kepada pemerintahan militer Mesir.

2) Revolusi Suriah
Pemerintah Saudi menggunakan isu Suriah untuk memposisikan dirinya sebagai juara kekuatan revolusioner setelah menjadi aktor utama dalam mengkonter revolusi (musim semi) Arab. Di sini Saudi mengejar kepentingan strategisnya secara regional dan ini yg menjadi alasan kuat bagi Saudi untuk mendukung Revolusi Suriah. PBB memperkirakan tahun 2015 ada sekitar 25.000 orang asing, yang beberapa ribu diantaranya diyakini berasal dari Saudi, ikut berperang di Suriah yang rata-rata bergabung bersama IS. Pada level pemerintah, dukungan ini masih memerlukan banyak pembuktian, tapi yang pasti revolusi Suriah pada tahap awal memperoleh dukungan yang besar dari rakyat Saudi. dan mereka melihatnya itu sebagai pemberontakan yang benar melawan regim diktator/zhalim . Dan dukungan ini juga, jangan dilupakan, memiliki sentimen pembelaan kelompok Sunni melawan regim sektarian syiah Alawi Bashar Al-Asad

3) Deklarasi IS
Pendeklarasian kekhalifahan Irak dan Syam pada tahun 2014 memiliki pengaruh yang amat kuat terhadap Saudi. Saudi melihat bahaya ancaman kelompok Jihadi, ketika memahaminya memiliki ambisi regional yang tidak hanya membatasi diri pada Irak dan Suriah melalui deklarasinya sebagai Negara Islam (Islamic State).Itu memaksa Saudi untuk menimbang kembali dukungannya terhadap kelompok oposisi di Suriah dan termasuk juga Irak. Karena IS terlalu cepat mencela kerajaan Saudi dan bertekad melakukan ekspansi ke wilayah Saudi. Tidak hanya itu, IS juga aktif di dalam kerjaaan Arab Saudi, dengan melakukan beragam aksi penyerangan kepada pihak asing, pasukan keamanan Saudi, dan kelompok Syiah,dan pos-pos perbatasan Saudi. Maka pada tahun 2014 kita menyaksikan Saudi melakukan serangan udara yang mentarget IS dan ini berlangsung hingga invervensi militer Saudi di Yaman tahun 2015.

4) Intervensi Militer Saudi di Yaman
Alqaedah telah melancarkan sejumlah seranngan di Saudi Arabia dari tahun 2003-2006. Setelah jaringannya terbongkar, yang masih tersisa kemudian bergabung dengan cabang Yaman membentuk AQAP tahun 2009 dan menjadikan Yaman sebagai sarangnya dan memperlebar daerah operasi mereka secara bertahap. Intervensi Saudi ke Yaman cukup mendapat dukungan dari dalam termasuk yang memiliki afiliasi kepada Ikhwan, ini bisa jadi karena faktor jaringannya Al-Islah di Yaman yang menderita sejak majunya kelompok Hutsi (Shiah Zaidiyah) dan aopini yang terbentuk bahwa Al-Islah sebagai rekan taktis Saudi sejak intervensinya bermula di Yaman. Misalnya, Salman Al-Audah, salah seorang ulama yang dikenal mewakili kelompok ini dalam wawancara bersama stasiun TV Aljazirah menegaskan dukungannya kepada pemerintah bahwa " Iran telah mengambil wilayah-wilayah Arab dan perlu mendapatkan hukuman, inilah yang menjadi alasan kuat akan kebenaran intervensi Saudi di Yaman. Aid Alqarni, salah seorang ulama Saudi lainnya, bahkan menuliskan satu bait puisi yang memuji keberanian Raja Salman dalam perang yang diistilahkannya melawan orang-orang Majusi yang berujung pada kematian Pimpinan Spirtual Iran "Khamenei". Beberapa istilah lainnya untuk menunjuk pihak syiah dan Iran adalah seperti "rafidhah" , "zaidiyah", "safawi"(Dinasti Safawi Persia).

* Mserpong mengamati perkembangan Timur Tengah secara independen, membaca media yang terbit dari dan tentang "spot bergejolak" itu secara reguler dari versi Bahasa Arab dan Inggris. Kegiatan regular lainnya adalah mengajar membaca Alquran dan Arabic Language for specific purpose, dan kegiatan penterjemahan. Mserpong dapat dihubungi via SMS atau Whatsapp: (+62)085-777-489-077. www.mserpong.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun