Sumber daya air merupakan kebutuhan manusia yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan perencanaan sistem pengolahan air yang tepat. Perencanaan sistem pengolahan air sangat penting untuk dilakukan di kawasan padat penduduk. Salah satu kelurahan di Malang yang memiliki jumlah penduduk cukup tinggi adalah Kelurahan Arjosari. Â Kelurahan dengan luas wilayah 1,13 km2 ini memiliki penduduk sekitar 11.088 Jiwa. Dengan tingginya angka tersebut tak heran jika limbah rumah tangga yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Pengelolaan air limbah di Kelurahan Arjosari menggunakan sistem setempat, yaitu air limbah kakus (black water) dan air limbah non kakus (grey water)) dikumpulkan dan diolah di lokasi sumber. Pengolahan air limbah ini dilakukan dengan cara pengolahan biologis melalui septic tank dengan sumur resapan pada setiap rumah warga.
Untuk limbah lumpur tinja akan diangkut dengan kendaran pengangkut yang dilengkapi dengan tangki penampung dan alat penyedot lumpur tinja serta diberi tanda pengenal khusus. Lumpur tinja ini akan dipindahkan ke  Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). IPLT adalah instalasi pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang berasal dari Sub-sistem Pengolahan Setempat. Sub sistem pengolahan lumpur tinja ini terdiri dari pengolahan fisik, pengolahan biologis, dan/atau pengolahan kimia.
Pengelolaan air hujan pada Kelurahan Arjosari dialirkan ke selokan dan diteruskan ke sungai besar. Selain itu, terdapat juga sumur resapan dan biopori. Dengan adanya sumur resapan dan biopori ini air hujan akan dapat diserap lebih cepat oleh tanah sehingga dapat mengurangi dampak banjir. Hal itu terbukti dengan kondisi Kelurahan Arjosari yang belum pernah mengalami banjir yang sampai berdampak pada rumah warga.
Namun, terdapat masalah yang belum bisa diatasi berdasarkan kondisi di lapangan. Terdapat sumur resapan yang yang kurang perawatan dan tidak rutin di bersihkan. Hal ini dapat mengakibatkan bau yang menyengat dan tidak maksimalnya kinerja sumur resapan tersebut yang disebabkan oleh kurangnya daya serap akibat kurang perawatan. Selain itu, terdapat selokan di beberapa lokasi yang tersumbat. Hal ini di akibatkan oleh kurangnya perawatan dan pembersihan secara berkala yang mengakibatkan genangan kecil pada jalan saat hujan deras.Â
Oleh karena itu, diperlukan perawatan dan pembersihan yang rutin selama 1 sampai 2 tahun sekali pada sumur resapan. Selain itu, juga diperlukan pembuatan beberapa biopori tambahan untuk membantu pengolahan air hujan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H