Mohon tunggu...
M Said Husaein Al farizy
M Said Husaein Al farizy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bumi Wali Kok Goyang?

27 Desember 2024   10:50 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:50 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlintas kata "Bumi Wali" tentu akan muncul perspektif mengenai tempat para wali atau tokoh agama singgah, dengan begitu seharusnya tata krama masyarakat senantiasa terjaga. Namun, dalam judul tertulis "Bumi Wali Kok Goyang?" tentunya akan menimbulkan makna kontradiktif mengenai para wali. Lalu apa maksud dari judul tersebut? di mana kota yang dijuluki "Bumi Wali" tersebut? maka dari situ simak pembahasan dan gagasan dari penulis berikut.

"Bumi Wali" merupakan julukan dari kabupaten yang berada di pesisir Jawa Timur, tepatnya berada di kawasan pantai utara Pulau Jawa, kota ini dijuluki "Bumi Wali" sebab dulunya banyak wali yang lahir hingga singgah di kota tersebut. Hal itu menjadikan Kota Tuban dijuluki sebagai "Bumi Wali" karena Tuban merupakan salah satu kota atau kabupaten yang menjadi pusat penyebaran islam di nusantara.

Kabupaten Tuban ialah daerah yang isunya akan digali oleh penulis, Daerah yang dalam kurun waktu terakhir seringkali meresahkan masyarakat, yakni dengan fenomena Bumi Wali bergoyang seketika. Sehingga hal tersebut membuat masyarakat Tuban gelisah.

Lantas apasih makna goyang? makna goyang yang penulis maksud disini adalah gempa bumi. Gempa merupakan salah satu fenomena geologi yang paling kuat dan berdampak besar di bumi. Tuban yang memiliki sesar aktif di Pantai utara jawa tentunya menjadi santapan lezat atas tingkah nakalnya sesar. Dalam kurun beberapa waktu terakhir, sering muncul getaran-getaran tanpa permisi yang menyapa masyarakat Tuban.

Tentunya hal tersebut akan menimbulkan kerugian baik secara material maupun non material. "Total dampak kerusakan, yakni rumah rusak ringan 51 unit, rumah rusak sedang 13 unit, rumah rusak berat 5 unit," kata Kepala BPBD Jatim Gatot Soebroto dalam keterangannya. Dalam keterangan tersebut, tentunya pemerintah Tuban harus mengambil langkah sigap untuk mitigasi bencana gempa bumi.

Namun, di sisi lain terdapat beberapa masyarakat Tuban justru optimis bahwa gempa bumi yang terjadi di wilayahnya tidak akan memicu amukan tsunami, mereka beranggapan bahwa Kota Tuban telah dijaga para wali terdahulu, sehingga aman dari marabahaya khususnya tsunami. Beberapa dari mereka lebih memilih untuk mencegah masalah tersebut dengan hanya pergi ke makam para wali untuk berziarah dan berdoa hingga mengabaikan intruksi mitigasi bencana gempa bumi dari pemerintah.

Secara ilmiah gempa bumi yang terjadi di Bumi Wali tidak menimbulkan bencana terusan tsunami dikarenakan termasuk gempa dangkal yakni 10 km dan tercatat hanya 5.6 magnitudo gelombang gempanya. Sehingga, secara ilmiah belum menyebabkan adanya tsunami. Namun, hal ini tetap akan menjadi momok yang selalu menghantui, khususnya bagi pemerintah kabupaten Tuban. Bagaimanapun juga pemerintah harus bisa mengajak seluruh masyarakat untuk siap siaga dengan apapun yang terjadi sehingga semestinya kerugian dari dampak bencana gempa bumi dapat berkurang.

Tak hanya itu, masyarakat pun juga seharusnya tidak hanya meningkatkan ketaatan kepada Sang Kuasa, tetapi sebaiknya juga selalu senantiasa menyiapkan kondisi yang akan terjadi secara ilmiah, sebab hal tersebutlah yang menjadi ancaman nyata dalam kehidupan normal. Dengan demikian, sebaiknya pemerintah harus bisa mengajak masyarakat untuk bisa memitigasi bencana, baik secara mandiri maupun bersama, sebab kita semua tidak akan pernah tau kapan akan terjadinya bencana tersebut. Bahkan gempa bumi yang sampai saat ini masih belum ditemukan alat ataupun sistem yang dapat mendeteksi prediksi datangnya gempa bumi. Maka dari itu, pemerintah Tuban dan juga masyarakat harus berkontribusi untuk mitigasi bencana gempa bumi.

Pemerintah bisa memulai dengan melakukan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat mengenai mitigasi bencana, dimulai dari tahap pra bencana hingga pascabencana. Pemerintah juga mengevaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan agar terhindar dari bahaya gempa bumi sehingga kerugian pasca gempa bumi tidak terlalu signifikan. Tak hanya itu masyarakat juga turut andil dan mengikuti arahan dari pemerintah atau berkontribusi dalam sosialisasi mengenai mitigasi bencana, masyarakat Tuban juga bisa membangun rumah tahan gempa supaya jikalau gempa menghampiri, kerusakan yang timbul tidak terlalu besar sehingga untuk proses rehabilitasi pasca bencana dapat dilakukan secara cepat.

Dengan demikian "Bumi Wali Kok Goyang?" tidak sebegitu meresahkan bagi masyarakat, dimulai dari memahami alur dan cara mitigasi bencana yang benar serta diimbangin dengan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat memperkecil dampak kerugian bencana karena bencana terutama gempa belum bisa diprediksi datangnya, maka masyarakat dan pemerintah harus berkontribusi dari berbagai aspek untuk mempersiapkan itu semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun