Mohon tunggu...
Agustini
Agustini Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Profesi sebagai guru telah dijalani dua puluh tahun yang lalu. Bangga menjadi guru.Hobby menulis, banyak kata-kata yang tak mampu dilengakapi oleh kalimat yang keluar melalui bibir. Maka, menulis adalah cara aku berbicara dengan lantang. Hidup seperti awan diatas langit yang terombang-ambing oleh angin lalu dihempaskan ke bumi dalam bentuk hujan. Dan ingin menjadi air hujan yang menuduhkan hati yang gundah dengan suaranya, menyuburkan tanaman dengan air yang bermanfat, mengalirkan sungai dan membasahi tanah yang tandus.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fungsi Kurikulum bagi Guru

13 Juni 2023   14:03 Diperbarui: 13 Juni 2023   14:08 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata 'kurikulum', pikiran kita tentu langsung tertuju kepada Menteri Pendidikan dan sekolah. Sudah menjadi rahasia umum saat menteri pendidikan tak lagi bertahta maka kurikulum menjadi batu kerikil yang akan 'terlempar' dari tangan sang pendidik sebagai ujung tombaknya kurikulum. Sebab 'batu kerikil' berikutnya akan bergulir  dan disambut  oleh sang pendidik , dan 'kirikil' tersebut bernama kurikulum-kurikulum baru. 

Dalam beberapa dekade kita telah mengenal beberapa kurikulum jauh sebelum "Merdeka Belajar" yang  dilahirkan oleh Pak Nadiem Makarim. Mulai dari kurikulum 1947,kurikulum 1994, kurikulum 2006, kurikulum 2013. Mengingat perubahan zaman dan teknologi yang melesat dengan cepat. Mustahil, kita membiarkan pendidikan tertinggal jauh kebelakang. 

Pendidikan atau sekolah, tempat dimana generasi muda berkumpul dan belajar adalah menjadi ruang terbuka terhadap era revolusi industri 4.0 menitipkan teknologinya, seperti  otomasi, analisis big data, teknologi robot , hingga teknologi internet of things (ioT) dan yang saat ini sedang  sangat populer  adalah AI (artificial intelligence). 

Bayangkan jika kurikulum kita tidak mengalami perubahan setiap lima tahun sekali, tentu ketimpangan antara guru dan murid menjadi masalah yang sangat serius. Saat muridnya lebih tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan guru maka guru akan kehilangan kapasitasnya bergelar 'manusia pintar'. 

Sehebat apapun teknologi, generasi muda tetap memerlukan guru sebagai sosok yang wajib dihormati. Dan profesi guru tak akan bisa tergantikan oleh robot maupun teknologi manapun.

Kehadiran kurikulum merdeka, yang timeline nya Pelajar Profil Pancasila sangat membantu guru atau pendidik tidak kehilangan muka atas kelebihan teknologi yang berada digenggaman para murid . Ada sistem yang memberikan boundaries terhadap pelajar agar mengutamakan akhlak baru ilmu pengetahuan (adab dulu baru ilmu).  Dan sistem itu bisa kita berikan nama sebagai kurikulum. 

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi serta bahan pelajaran , dan cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan. (UU nomor 20 tahun 2003, pasal 1 butir 19)

Dengan mengetahui arti kurikulum sebagai rencana pembelajaran, perannya sangat penting untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Hukum wajib bagi institusi bergelar sekolah untuk memiliki kurikulum, karena dengan begitu arah pembelajaran yang dilakukan di sekolah menjadi sangat jelas. 

Bagi saya sebagai pendidik , fungsi kurikulum untuk guru atau tenaga pendidik sebagai acuan dalam menerapkan kegiatan belajar mengajar. Karena, kurikulum memiliki strukutur yang jelas terhadap penyampaian pelajaran , melakukan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran dan pencapaian peserta didik.  

Dengan demikian guru tidak bingung dan terombang-ambing pada saat penerapan pembelajaran. Adanya jadwal yang jelas dan alokasi waktu yang tepat dan telah diperhitungkan akan menjadikan guru satu sama lain tidak tertabrak dalam menyusun perangkat pembelajaran ataupun program masing-masing guru. Sesama guru pasti bisa saling menghargai dan menghormati sesuai dengan tupoksi dan waktunya yang telah diatur oleh kurikulum tersebut . Tanpa melalaikan tanggung jawab dan mencuri hak waktu yang bukan miliknya. Harmonisasi yang diciptakan kurikulum pasti memiliki dampak yang sangat besar dan positif bagi keberlangsungan sekolah tersebut. 

Meskipun pun sebagai guru yang telah mengajar hampir 20 tahun, saya juga merasakan perubahan -perubahan kurikulum sedikit terlalu memaksakan. Namun, kenyataan dilapangan saya merasakan bahwa perubahan harus terus terjadi karena sekolah tempat pendidikan akan menjadi peradaban yang mampu menahan teknologi untuk tidak menghancurkan karakter generasi muda yang salah dalam penggunaannya. Generasi muda harus memerlukan  bimbingan dan kehadiran sosok yang bernama guru.

Ditangan guru, kurikulum bukan sekedar 'kerikil' tapi tongkat 'estafet' untuk memberikan keseimbangan antara era teknologi dan perubahan zaman, dalam rangka melindungi peradaban yang akan diciptakan oleh generasi muda nantinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun