Hari keempat Ramadhan.....
Jakarta Timur diguyur hujan sekitar jam dua siang, meneduhkan dan adem setelah panas selama tiga hari berpuasa.
Hujan bukanlah hal yang asing dan menjadi salah satu  tantangan alam yang tidak terdengar asing saat musim hujan berlangsung.
Namun, hujan hari ini menjadi sangat berharga saat panas membara membakar sampai ke ubun-ubun di kepala.
Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan.
Untuk pemahaman anak SD proses hujan  bisa simplenya sebagai berikut; matahari yang panas membuat air menguap, baik air laut maupun danau.
Kemudian uap air akan terkumpul di udara dalam bentuk awan. Awan yang terbentuk juga akan semakin tebal , dan butiran-butiran air pun jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.
Saat hujan terjadi, aku tidur siang, terlelap dan semakin terbuaikan, rasanya nikmat sekali. Disaat kita tidak memikirkan untuk menginginkan 'sesuatu' namun Allah S.W.T medatangkan rezeki kepada hamba-hambanya walaupun hanya berbentuk hujan.
Aku sangat yakin diluar sana, dijalan-jalan ada banyak  aktifitas seperti abang-abang ojek online yang sedang kepanasan dan kehausan, akan menjadi sangat bersyukur saat hujan menghampiri setelah panas terik yang lumayan menyiksa.
Hadirnya hujan, mungkin sedikit menghambat aktifitas  tapi menjadi oase ditengah padang yang tandus.Â
"Allah -lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan itu  Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu, dan dia telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu."
Perjalanan Ramadhan di hari keempat, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa segalanya akan baik-baik saja saat kita meniatkan ibadah  karena Allah S.W.T. .... Memang benar bahwa, segalanya tergantung niat. Niat bagaikan payung yang kita sediakan sebelum hujan.