Aku,
Mau ada di hati kamu
Tetapi aku baru dapat nasihat
Katanya,
Sering membicarakanmu di hadapan Tuhan
Adalah bukti aku menghormatimu
Aku,
Hatiku, otakku
Kami sepakat untuk terus memikirkanmu
Edan
Sudah tahu kau tak menjamu
Selalu saja aku bertamu, harap-harap dirayu
Kau,
Tak tampan, kukumu juga karatan
Pakaianmu compang
Bicaramu bak rambut keriting yg jarang didandan
Seleraku, kamu, aku heran
Gila dan jatuh cinta memang sulit dibedakan
Hah
Kemarin aku bertemu teman lama
Katanya,
Kau dan aku tak sepadan
Aku,
Terlalu laju mencari tahu tentangmu
Tiap pagi tugasku bertambah satu
Memastikan kau sehat selalu
Malam pun begitu,
Aku menjadi penyuka kata jika
Rajin berandai-andai kita bersama
Lalu ada bisikan mengganggu
Katanya,
Kau dan aku akan dipisahkan sepanjang waktu
Hai,
Makhluk debu tanah, ciptaan paling mulia
Caraku mencintaimu salah
Kucintai kau dalam rahasia
Dalam bait-bait doa panjang
Dalam lantunan persahabatan
Hari ini kusesalkan,
Seandainya dulu kuungkapkan
Biar saja kau pukul pundakku, peduli apa aku
Kau,
Tolong bujuk Tuhan, ajak Dia membaca
Sudah kuputuskan, begini
Suatu saat lisanku ikut terkubur bersama diri
Tapi dalam puisi ini, biar kukatakan memuja dalam rahasia tiada guna
Sebab usia tiada bisa menerka
Cinta,
Sampai bertemu di surga
Aku, kau dan Tuhan akan berpuisi bersama
Tanpa katanya, katanya, kata mereka.
Â
(Perjalanan menuju Pekanbaru, 09 Juli 2020)