Mohon tunggu...
Herna Arsyad
Herna Arsyad Mohon Tunggu... -

just a nice girl.. ^_^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mini Market, I’m in Love

30 Maret 2011   22:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com



Pertemuan pertama. Aku berjumpa denganmu disalah satu mini market di komplek ku. kau, si karyawan mini market itu benar-benar mengalihkan pandanganku. Namun aku yakin, ini bukan cinta. Hanya rasa kagum sesaat. Seperti reaksi alamiah wanita jika melihat pria tampan.

Pertemuan kedua. Aku masih berani sesekali memandangmu dari dekat. Karena aku yakin kau tak menyadari itu. Pasti kau pun Cuma merasa di pandang salah satu pengunjung setia mini marketmu.

Pertemuan ketiga. Aku dipergoki adikku sedang melihatmu dari celah-celah rak barang. Tahukah kau betapa malunya aku? Untungnya adikku tidak berlarut-larut menggodaku. Karena aku berdalih Cuma ingin menikmati pemandangan indah saja, dan dia pun menyetujui itu bahkan mengikuti ulahku. Maklum sesame wanita jadi gila-gilaan berjamaah.

Pertemuan selanjutnya. Semakin sering aku ke mini marketmu. Bahkan hanya membeli tissue pun aku rela kesana yang notabene banyak dijual di warung samping rumahku. Aku semakin terpikat dengan sosokmu. Tubuhmu yang atletis, senyummu yang menawan, matamu yang teduh, dan wangimu yang membuatku merindukanmu.

Cinta? Tentu bukan. Ini hanyalah rasa simpati berlebihan kepada seseorang. Menurutku, ini tak lain seperti mengidolakan seorang artis. Tak ada sedikitpun rasa ingin memilikimu. Aku hanya ingin melihatmu, rasanya kau adalah vitaminku.

Semakin lama aku bertemu denganmu rasanya semakin aneh. Aku hanya berani melihatmu dari kejauhan atau dari pantulan kaca yang banyak tersusun di mini mart itu. Bahkan untuk membayar barang belanjaanpun aku tak betah berlama-lama di kasir karena kau sering berada disana. Keringat dingin, gemetaran, dan dag dig dug, itu yang selalu ku rasa saat itu. Malukah aku sejak kejadian hari itu? Saat dimana, adikku menggodaku didepanmu ketika kau melayani kami membayar barang belanjaan. Dan melonjak kegirangan memanggil namaku saat matamu tak henti-hentinya memandangku bahkan sampai ke tempat parkir. Oh, Tuhan ada apa ini?

Sempat aku sering menolak jika diajak ke tempatmu itu. Kalaupun aku setuju selalu ku menghindar darimu. Entahlah. Aku merasa kau sudah mengetahui ulahku selama ini. Biar bagaimanapun aku seorang wanita, malu rasanya jika diketahui menjadi pemuja rahasia seorang pria.ulahmu yang selalu mengikuti langkahku pun menjadi alasan mengapa aku semakin merasa aneh. Karyawan yang lain juga sering menggodamu saat melihat aku masuk di mini mart itu. Jangan bilang kalian berpikir aku jatuh cinta padamu. Tidak mungkin terjadi. Tahu namamu saja tidak, bagaimana bisa jatuh cintrong?? Sampai akhirnya ku putuskan untuk tidak menampakkan wajahku untuk beberapa lama.

Hampir sebulan aku tak ke mini market mu. Dan bayangan dirimu seolah sudah mulai menghilang dari benakku. Hingga satu hari yang tak pernah kuduga sebelumnya. Sahabatku Stella sangat antusias ingin mengenalkanku dengan sepupunya. Stella mengajakku untuk bertemu di café samping mini martmu, akupun menyetujuinya. Banyak yang diceritakan Stella pada pertemuan kami itu. Katanya sepupunya sudah mengenalku dan sangat berharap agar aku bersedia menjalin hubungan dengannya. Aku hanya menganggap itu sebagai lelucon, bagaimana mungkin itu terjadi. Aku tak pernah melihat sepupunya itu, hanya tahu namanya karena sering disinggung Stella. Namun, perbincangan kami diputus karena nada dering ponselnya tanda ada yang menelepon. Pasti dari sepupunya pikirku.

Stella melambaikan tangannya kearah pintu sedangkan aku tetap asyik dengan ponselku. Gerakan kursi disamping menghentikan garak-gerik jariku yang lincah mengotak-atik my second soulmate itu. Betapa terkejutnya aku saat memandang sosok yang ada di sampingku. Kau, Arya si karyawan mini mart itu adalah sepupu sahabat baikku. Tuhan mimpikah ini? Kau, masih dengan senyummu yang masih semanis dulu menyodorkan tangan hendak bersalaman denganku, aku menyambutnya sembari menghirup aroma parfummu yang meyakinkanku bahwa ini bukan mimpi. Tak bisa ku ungkapkan perasaanku saat itu.

Ah bodohnya aku, kenapa tak pernah sadar kalo mini mart kebanggaanku itu adalah milik keluarga Stella yang sering dia promosikannya.

*)Hanya salah satu dari imajinasi liarku yang berhasil ku tulis

Masih kacau dan harap dimaklumi J

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun