Mohon tunggu...
Josua Maliogha
Josua Maliogha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang pemikir yang terus mencari arti tentang kebebasan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup Itu Simple tapi Susah

3 November 2011   14:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:05 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Belajar dari matahari. Itulah langkah awal yang dapat menjadi kunci utama untuk memahami rangakaian kata sederhana tapi rumit (judul). Hidup itu Simple tapi Susah, ialah buah reflektif yang saya dapat dari jalan hidup yang maasih hijau ini. Lalu apa hubunganya dengan belajar dari sang penguasa siang? si matahari? Mengapa mesti belajar dari matahari agar mengerti makna kalimat yang sebenarnya hanya sekedar permainan kata saja? Jawaban ialah matahari itu simple tetapi matahari itu juga susah.

Logikanya sederhana saja, matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat setiap harinya selama 12 jam beredar di langit (dari sudut pandang manusia di bawah samudera atas). Iniliah letak simplisitas matahari dalam kajian reflektif ini. Sungguh biasa saja dan standar sesuai aturan alam yang sistematis hal semacam ini terjadi. Berulang-ulang tiap harinya sejak terbit sampai tenggelam. Semua biasa, semua alamiah, semua nampak sederhana. Lalu apakah masalahnya? Apakah ada yang salah dari keteraturan ini? Apakah ada yang tidak relevan dengan gejala alam ini? Tidak, semua tepat, sesuai, berfaedah, sangat fungsional, dan sistematis. Ya, sangat sistematis dan simple.

Akan tetapi di dalam simplisitas matahari ini ternyata terdapat proses panjang di sana, proses yang memakan waktu, banyak waktu! 12 jam bukan waktu singkat! Secara rata-rata saya mengambil 12 jam sejak terbit sampai tenggelam. Terbaikan rupanya bahwa dalam waktu sepanjang itu banyak hal yang harus di lalui matahari dalam memancarkan karya sinarnya. Matahari sejak terbit masih malu-malu meeong hingga hanya berani menampakkan setengah tubuh telanjangya yang menyinari dunia fana ini. Kemudian tanpa terasa mulai terkumpul keberanian nyata sang matahari saat tepat berada di atas kepala manusia sehingga manusia bingung mencari bayanganya. Tidak lama kemudian matahari semakin lelah berdiri tegak menyinari dunia sembari pelan namun pasti kembali ke peraduanya. Sampai matahari kembali menutup diri masuk ke dalam gelap di barat tetapi bukan karena malu namun lelah. Lantas apa ini aneh? wajar bukan demikian adanya. Itu alamiah bukan? Ya itu alamiah.

Tetapi yang menjadi refleksi saya apakah eksistensi sang matahari hanya sebatas terbit kemudian tenggelam? Apakah hanya itu saja? Tentu tidak! Matahari butuh waktu untuk terbit lalu menyinari dunia kemudian kembali hilang di telan kegelapan. Tentu hal ini tidak biasa saja adanya. Hal ini mengandung sebuah prinsip mendasar bahwa matahari yang berkuasa atas tata surya ini, butuh waktu untuk melakukan karyanya!

Begitu juga manusia. Apakah hidup ini hanya se-simple terbit dan tenggelam, atau lebih jelas lagi yaitu; apakah hidup hanya sekedar lahir kemudian mati? Ah... hidup ternyata begitu simple bila demikian.

Berarti memang benar hidup itu simple? Ya benar hidup itu simple. Tidak muluk-muluk, karena tubuh di lahirkan dan kemudian pada akhirnya tubuh juga akan binasa seiring kapan tiba kelelahan itu berkuasa atas tubuh fana. Sangat jelas, sangat simple hidup ini.

Kemudian bagaimana jika ternyata realitas berkata anti-klimask bahwa hidup tidak benar hanya se-simple lahir kemudian mati? Benar hidup tidak hanya tentang lahir dan mati saja. Karena kehidupan bernilai bagi setiap kehidupan itu sendiri. Hidup butuh derita, tawa, tangis, keluh, peluh, lapar, kenyang, marah, senang, sedih, dan bahkan banyak aspek daging lainya dalam kehidupan itu sendiri. Jadi hidup tidak semudah selayaknya simplisitas kehidupan, kehidupan mungkin simple tapi eksistensi hidup tidak simple. Sejak manusia lahir misalnya (contoh yang sekarangg paling tepat karena menurut "mereka" manusia-lah yang paling mulia dalam sistem kehidupan), manusia tidak hanya sebatas keluar dari rahim ibu/ sama seperti matahari sekedar terbit, tetapi dia butuh pertolongan medis untuk lahir/ matahari muncul tidak langsung tersenyum ceria di pagi hari tetapi melewati pekatnya subuh. Kemudian anda makan tidak hanya sekedar makan dan kenyang tetapi anda butuh proses untuk menggunakan peralatan makan guna memasukan ke mulut anda dst.

Jadi sebenarnya hidup itu sangat simple, se-simple anda makan karena ingin kenyang. Tetapi untuk kenyang anda butuh makanan dan alat makan. Memasak makanan sudah sulit apalagi memakanya dengan menggunakan alat makan, sungguh membutuhkan banyak usaha. Sama seperti matahari perlu berkeliling setengah lingkaran bumi untuk menyinari dunia ini walaupun sebenarnya dia tak pernah beristirahat barang sejenak karena harus menerangi bumi yang bulat ini.

Poin pentin yang ingin saya bagi ialah sekarang mungkin bisa di pahami barang sedikti bahwa hidup itu awalnya simple, tetapi dalam memainkan peran kehidupan dalam eksistensi hidup ternyata susah. Lantas apa poinya? Yang bisa saya bagi mengapa kehidupan yang susah ini tidak di jalankan dengan cara yang simple? Bagaimana caranya? Gunakan kemampuan alamiah manusia sebagai mahkluk yang kreatif, karena sejak jaman batu sampai kepada jaman flashdisk manusia harus adaptif agar bisa tetap hidup dan cara untuk adaptif ialah manusia harus kreatif. Kreatif ini ialah terletak pada bagaimana cara mengolah proses eksistensi hidup. Kreativitas inilah yang menentukan kelahiran anda (simple) memiliki arti atau tidak dalam eksistensi hidup anda (susah). Bila susah di kelolah dengan baik maka anda akan menghargai simple. Lihatlah matahari yang terbit dengan indah sunrise (simple) lalu menyinari dunia sepanjang hari (susah) tetapi pergi dalam kematian yang indah dalam sunset (simple). Apakah hidup harus datang dengan kelahiran penuh tawa bahagia (simple) lalu ada dalam kesusahan (susah) kemudian mati dalam tangis (simple)? Bila anda tidak ingin hidup hanya seperti itu sadarlah anda hadir dengan tangis dan tawa bahagis (simple) maka kelolah hidup dengan benar (susah) agar hidup memiliki arti di akhirnya dengan tangis karena anda sangat berarti entah bagi siapapun atau apapun (simple).

Bersambung....

Note ini pernah saya publish di akun FB saya, Joshua Maliogha Ndoen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun