MATEMATIKA DI SEKITAR KITA
Matematika ada di sekitar kita. Di rumah, di kantor di pasar, di super market, bahkan di tubuh kita. Dunia nyata, hidup keseharian dan lingkungan di sekitar kita adalah sumber belajar matematika. Real world is the world outside mathematics, such as subject matter other than mathematics, or our daily life and environment. Real world as a concrete real world which is transferred to students through mathematical application. (Blum & Niss dalam Sutarto Hadi, 2010). Konsep itulah yang mendasari Realistic Mathematics Education (RME) atau Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dalam padanan bahasa Indonesia.
Sebelumnya kita sudah mengenal pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning. Pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna manakala bersumber dan tak jauh dari konteks yang ada dalam keseharian siswa. Konteks dapat diartikan sebagai situasi ataufenomena/kejadian alam yang berkaitan dengan konsep matematika yang sedang dipelajari (Zulkardi, 2006). Dengankonteks yang diambil dari kehidupan sehari-hari, akan membuat kegiatanpembelajaran matematika menjadi bermakna, karena mengarahkan siswa untuk menyadari arti penting dan manfaat dari mempelajari matematika untuk kehidupan keseharian siswa.
Kini Kurikulum 2013 mengisyaratkan hal senada bahwa pembelajaran matematika, dan juga mata pelajaran lain haruslah berawal dari proses mengamati. Mengamati fenomena, lingkungan, konteks yang sudah akrab dalam keseharian siswa yang sifatnya lebih kongkretbaru dilanjutkan mengamati obyek yang sifatnya semi kongkret dan abstrak. Siswa berinteraksi langsung dengan sumber belajar untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan berfikir dan ketrampilannya. Proses inilah yang menurut Kurikulum 2013 disebut sebagai pembelajaran langsung (Direct Learning).
Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect (Permendikbud No.81A Tahun 2013).
Menanamkan suatu konsep matematika tidak diawali dengan “pengumuman” kepada siswa dan dilanjutkan contoh soal dan latihan, tetapi siswa dihadapkan pada suatu masalah atau fenomena yang kontekstual. Siswa diminta untuk mengamati, menanyakan hal-hal terkait fenomena atau masalah tersebut untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Kemudian mengolah informasi tersebut untuk memecahkan masalah atau mengkonstruksi suatu konsep matematika berdasarkan informasi yang telah didapat dan diolahnya, untuk selanjutnya mengkomunikasikannya baik secara lisan maupun tertulis, baik secara individu maupun kelompok. Langkah-langkah itulah yang dikenal dengan pendekatan ilmiah atau scientific approach. Pendekatan saintifik merupakan ruh utama proses pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013.
Ilustrasi berikut adalah contoh masalah kontekstual yang sebagai pemicu pemikiran siswa untuk memahami konsep perbandingan (Buku Siswa Kelas VII Semester 1 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014, hal.168)
Liburan Bersama
Gambar 3.1. Liburan Bersama
“Libur telah tiba!” seru Nadia saat liburan sekolah tiba. Libur kali ini, Nadia dan keluarganyapergi ke Pulau Merah, Banyuwangi. Di sana, pasir pantai tampak bersih karena tidak adasampah. Untuk mengingat saat-saat bahagia, Nadia berfoto bersama keluarganya.Dari foto di atas, Nadia memperoleh informasi bahwa terdapat 9 laki-laki dan7 perempuan yang ada di foto. Nadia menceritakan tentang foto tersebut kepadateman-temannya sebagai berikut:
1. Tujuh dari enam belas orang yang ada di foto adalah laki-laki.
2. Banyak laki-laki dan perempuan di foto adalah 9 berbanding 7.
3. Banyak laki-laki di dalam foto adalah dua lebih banyak dari pada perempuan.
Menurut kalian, manakah yang sesuai untuk menyatakan perbandingan banyak laki-laki
terhadap banyak perempuan di foto keluarga Nadia? Mengapa?
Dari ilustrasi di atas dapat kita ambil beberapa hal, di antaranya, bahwa liburan dengan berwisata bersama keluarga adalah hal yang tidak asing bagi siswa, kontekstual. Selain untuk memahami konsep perbandingan untuk ranah pengetahuan, juga tersirat dalam cerita itu penanaman sikap budaya bersih dan sehat dengan berrekreasi.
Simak pula contoh berikut sebagai cerita dan gambar amatan untuk belajar materi sudut dan hubungan antarsudut (Buku Siswa Kelas VII Semester 1 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2014, hal.223)
Masalah 4.3
Gambar di samping mendeskripsikan
keadaan lingkungansekitar rumah tinggal
Prapto danEko.Pada gambar juga sangat
Jelasdiberikan arah mata angin setiap
tempat yang biasa dikunjungi atau
dilewati oleh Prapto dan Eko.
Misalnya, rumah Prapto dan Eko
adalah poros arah mata angin,dan sudut
antara letak bukit dangedung sekolah adalah
35º, sertabesar sudut antara gedung pejabat
pos terhadap hutan adalah 65º. Jikaposisi
Prapto dan Eko sekarangberada di taman
permainan, danakan berjalan melingkari lintasan
arah mata angin, berapakah besar sudut yang
terbentuk dari posisi awal terhadapposisi hutan?
Dari cerita dan foto kita belajar matematika. Dari lingkungan di sekitar kita, ada matematika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H