Kemanakah Anda menghabiskan weekend kemarin? Having me time di rumah, jalan-jalan dengan orang terdekat, pergi ke kajian pekanan atau belanja bulanan?
Nah, kalau saya dan seorang teman kemarin, kami memutuskan untuk menambah pengalaman dengan belajar ilmu perkopian di @rumahkopiranin, Bogor.
Rumah kopi ini memiliki pusat di Bantarjati Bogor. Namun, yang kami tuju ialah yang berlokasi di pusat kota, tepatnya di perbatasan Kampus IPB Baranangsiang dan Mal Botani Square (Botas), yang mana letak keduanya berada di jalan lingkar Kebun Raya Bogor.
Berlokasi di lingkar Kebun Raya, rumah kopi ini cukup mudah diakses kendaraan umum ataupun pribadi. Kami yang mengendarai roda dua pun memilih parkir di Gedung Alumni IPB, lalu berjalan menuju lokasi. Anda sendiri bisa memilih parkir di area Kampus IPB Diploma, Kampus IPB Pascasarjana, Botas, ataupun Gedung Alumni seperti kami.
Cukup berjalan tiga menit, kami pun tiba.
Berdiri di tengah hamparan hijau bernama Ta-kol alias Taman Koleksi, rumah kopi ini menyatu dengan Cafe & Resto Ta-kol. Kita bahkan bisa memesan kopinya dari cafe berdinding kaca ini.
Tapi, kalau Anda melirik sedikit ke area terbuka cafe, di pojokan mungil yang dihiasi tanaman, dilapisi lantai bambu dan diterangi cahaya temaram ala kedai kopi, disitulah tempat belajar yang kami tuju berdiri.
Septian dan Dwi, barista yang bertugas kala itu, bukanlah sembarang barista. Mereka berdua merupakan mahasiswa tingkat akhir Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB yang mengambil spesialis di bidang perkopian. Keduanya dilatih langsung oleh Pak Uji dan Pak Tejo, dua orang ahli kopi Indonesia yang juga pendiri Rumah Kopi Ranin. Mendapat barista yang berpengalaman secara akademis maupun non akademis di bidangnya, kita pun bisa bertanya banyak hal-- baik dari sisi sederhana maupun science.
Pertama-tama, tentu kami dipersilahkan duduk di depan meja barista, yang penuh dengan aneka hiasan alat penggiling, pengekstrak manual, maupun pemfilter kopi.
"Jenis kopi itu ada Arabika, Robusta, Excelsa dan Liberica. Walau perbedaan Excelsa dan Liberica masih diperdebatkan." Jelas Septian, yang lalu meraih dua toples kopi dibelakangnya, membuka tutupnya, lalu menyodorkan isinya kepada kami. "Nah, ini Robusta. Bijinya gendut. Buat rasanya, dia punya body yang strong. Kalau ini Arabika, bijinya lebih kecil dan panjang, di crack-nya juga ada kelokan seperti huruf S. Rasanya lebih multidimensional, berlapis-lapis gitu. Unik lah."