Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rumus Bahagia Tanpa Syarat

10 Januari 2024   14:38 Diperbarui: 21 Januari 2024   01:08 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: koleksi pribadi

Seorang teman baru-baru ini memberikan nasehat secara tidak langsung pada saya dalam suatu obrolan santai tentang jalan hidupnya saat ini. Seperti saya tahu, sudah lama dia berada pada posisi jabatannnya saat ini. Boleh dibilang belum beranjak naik pada tingkat yang pernah dijanjikan oleh pihak yang merekrutnya dahulu sekitar lima tahun lalu.

Dalam perbincangan tersebut, dia menceritakan hubungannya yang tidak harmonis dengan atasannya. Kerenggangan hubungan ini tentunya mempengaruhi kelancaran karir dan kepercayaan atasan atas tugas-tugas yang diberikan.

Kondisi tersebut sangat disadari oleh teman saya ini, tanpa bisa berbuat banyak selain menjalaninya saja. Prinsipnya dia akan terus se-profesional mungkin dalam bekerja untuk menafkahi keluarganya.

Hingga pada akhirnya dalam obrolan tersebut dia mengatakan mencoba menjalani pekerjaannya dengan sikap sabar, syukur dan tidak complain. Bersyukur masih bisa bekerja, sabar menghadapi permasalahan dalam pekerjaannya, serta tidak complain atas keadaannya pada orang-orang, begitu teman saya menyikapi hidup.

Pelajaran yang saya dapatkan bahwa suatu kondisi, keadaan, situasi yang ada terkadang bukan sesuatu yang kita pilih dan harapkan. Tidak semua hal bisa kita pilih dan kondisikan.

Semisal, kita ingin pergi ke Cirebon untuk makan Nasi Jamblang Bu Nur, eh sampai sana ternyata warungnya tutup dan tidak jualan. Kita tidak bisa meminta Bu Nur untuk membuka warungnya karena mendadak ke luar kota. Padahal satu-satunya alasan kita pergi ke Cirebon dari Jakarta adalah untuk menikmati Nasi Jamblang Bu Nur.

Atas kondisi tersebut bagaimana sikap kita? Marah, kecewa, protes? Mau marah, kecewa, protes tidak akan membuat warung Bu Nur buka, justru membuat pikiran kita kotor, tidak jernih dan penuh energi negatif. Justru kalau sabar, kita bisa menikmati dan eksplore makanan-makanan terbaik di Cirebon yang belum pernah dirasakan. Bukankah semisal kondisi ini terjadi justru rasa syukur kita membesar karena mendapatkan ganti yang lebih besar daripada sekedar nasi jamblang.

Saya teringat akan nasehat Mbah Moen, seorang ulama besar dari Jawa Tengah. Beliau pernah berkata "Kalau diberi cobaan, sabarlah. Ingatlah, kita diberi cobaan itu karena perilaku kita sendiri,". Jadi ya dalam segala kondisi memang kita diperintahkan untuk sabar.

Setali tiga uang, dalam segala kondisi rasa syukur juga harus dikedepankan. Hanya kita sendiri yang bisa mengatur hati dan pikiran agar tetap bersih melalui rasa sabar dan syukur.

Kadang-kadang hidup hanya perlu sedikit bersabar serta bersyukur untuk menikmati hidup dan enaknya secangkir kopi pahit. Tidak terlalu penting memikirkan situasi dan kondisi yang tidak bisa dikendalikan. Hanya perlu bersikap bijaksana atas kondisi yang ada. Orang bijaksana rata-rata jarang complain atas kesusahan dan kesulitannya, tapi secara rasional berusaha mencari solusi dan terobosan atasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun