Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Atas Nama Kompetensi

19 Oktober 2022   13:33 Diperbarui: 19 Oktober 2022   13:40 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu kami mendapat undangan menghadiri rapat pembahasan tentang design Multi Utility Tunnel (MUT) dari kementerian PUPR. Rencananya  Kementerian PUPR akan membangun MUT di  Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai bagian dari infrastruktur IKN. MUT akan menjadi wadah bagi berbagai utilitas seperti pipa gas bumi, kabel listrik, pipa air bersih, kabel fiber optik, dan utilitas lainnya.

Berbagai pihak yang berkepentingan diundang dalam rapat untuk memfinalisasi design MUT tersebut. Ketika kami tiba, pimpinan rapat telah  memulai paparan design MUT yang telah dirancang oleh konsultan. Kebetulan rancangan design MUT tersebut berbeda dengan usulan yang pernah kami ajukan dan telah  disetujui oleh kementerian ESDM sebagai kementerian teknis terkait dalam rapat beberapa waktu lalu.

Ketika giliran pimpinan rapat menanyakan pandangan kami tentang design MUT, kami sampaikan bahwa usulan kami sedikit berbeda dengan design yang dirancang  kementerian PUPR. Kami pun meminta ijin kepada pimpinan rapat untuk memaparkan konsep MUT versi kami. Salah seorang anggota tim, engineer, kemudian memaparkan hasil kajian penerapan MUT di beberapa negara, seperti Malaysia, Turki, UEA, Eropa. Dalam paparan itu kami menyampaikan data dan fakta yang mendukung usulan design versi kami.

Mengingat MUT belum pernah dibangun di Indonesia, maka MUT IKN akan menjadi yang perdana. Belum ada yang pernah membangun di Indonesia, sehingga ketika tim kami selesai memaparkan usulan design maka terjadi tanya jawab dengan peserta rapat lainnya. Mengingat hasil kajian kami sudah lengkap, diperkuat dengan data, fakta, dan jurnal internasional serta dipaparkan oleh engineer yang berkompeten dari perusahan gas yang dianggap paling kompeten pula, maka tak perlu waktu lama bagi pimpinan rapat untuk menyetujui usulan design kami. Design yang sudah dibuat PUPR kemudian dirubah saat itu juga dengan mengakomodir usulan kami dan disepakati sebagai design final MUT IKN.

Dari kejadian di atas, hal yang bisa kita bagi dengan anggota tim kerja adalah bahwa tidak selamanya berhubungan dengan birokrat selalu lama, susah dan muter-muter. Selama yang kita paparkan adalah data dan fakta yang aktual, dan semua pihak tidak punya kepentingan sendiri dan tersembunyi, maka biasanya tidak sulit untuk mencapai kata sepakat. Apalagi ketika dalam rapat kita menjadi narasumber, atau orang yang dianggap kompeten dalam suatu topik, maka pendapat kita akan dianggap sebagai "kebenaran" oleh peserta rapat lainnya dan cenderung ide-ide kita akan dengan mudah diterima.

Oleh karenanya menjadi orang yang kompeten dalam suatu bidang menjadi penting dan merupakan nilai tambah tersendiri bagi seorang manusia. Apalagi bagi para engineer yang menggeluti dunia keteknikan, kompetensi yang diperkuat dengan sertifikasi adalah harga mati. Banyak cara untuk menggapai kompetensi, intinya melatih jam terbang dalam bidang yang sama secara terus menerus. Kompetensi ini bisa diperkuat dengan upaya mengambil sertifikasi keahlian.

Seringkali ada anggota tim kerja kami di kantor, para engineer, merasa minder dan malu ketika harus menjadi narasumber keteknikan, baik di dalam lingkungan perusahaan maupun di luar. Untuk menanggulangi perkara tersebut kami bilang, "kita ini beruntung ditempatkan di divisi yang dianggap isinya orang pintar dan kompeten untuk berbicara standard dan keteknikan. Oleh karenanya, kalian ngomong salahpun orang tidak akan tahu dan tetap percaya, apalagi ngomong yang benar." Biasanya kata-kata ini mujarab, anggota tim jadi lebih percaya diri untuk tampil di depan khalayak umum.

Semua profesi menuntut keahlian atau kompetensi. Harus disadari bahwa ada amanah yang harus ditunaikan dalam pekerjaan yang kita jalani saat ini dan di lain waktu. Amanah ini perlu dilaksanakan sebaik-baiknya dengan segenap kompetensi yang kita miliki. Meningkatkan kompetensi menjadi keharusan bagi kita semua. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; 'bagaimana maksud amanat disia-siakan?' Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." ( Hadits Bukhari Nomor 6015)

 MRR, Bgr-19/10/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun