Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Keteladanan dalam Perbuatan

7 Mei 2020   12:01 Diperbarui: 7 Mei 2020   12:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://satpolppdamkar.banglikab.go.ifSumber: http://satpolppdamkar.banglikab.go.id

Saya sedang menunggu masakan mie tumis dan teh tarik ketika serombongan petugas satpol PP tiba-tiba datang menggeruduk kedai Mie Aceh. Beberapa petugas langsung turun dari mobil khas satpol PP yang tempat duduknya unik yakni saling berpunggungan di bak belakang yang tidak tertutup. Ada juga petugas yang mengendarai motor. Mereka memang sedang berpatroli rutin menegakkan aturan PSBB.

Waktu masih menunjukkan pukul 20.40 WIB ketika para petugas ini datang. Para petugas langsung menegur pemilik kedai mie ini karena masih membiarkan pembeli makan di tempat. Petugas juga bersuara keras agar pembeli membungkus saja makanannya. Kebetulan malam itu di kedai mie selain saya ada rombongan satu keluarga berjumlah empat orang yang sedang menikmati makanan dan hadir duluan di situ sebelum saya.

Petugas juga memberitahu rombongan keluarga tersebut agar menerapkan jaga jarak (social distancing) ketika melihat jarak duduk mereka berdekat-dekatan. Dalam hati sebenarnya saya agak geli karena rombongan keluarga ini pasti datang satu mobil, dan interaksi mereka di rumah tentu tak berjarak. Tetapi aturan tetap aturan yang harus petugas sampaikan apa adanya tanpa ada kontektualitas keadaan.

Di saat bersamaan  petugas lainnya mengerumuni pemilik kedai dan memperingatkannya karena telah dianggap melanggar aturan PSBB. Pemilik kedai terlibat argumentasi dengan para petugas  yang membuat suasana sedikit panas. Pemilik kedai menyatakan hanya sekedar mencari nafkah, uang, demi menyambung hidup. Beberapa petugas langsung membalas dengan suara keras bahwa mereka juga sedang bekerja mencari nafkah. Akhirnya pemilik kedai meredakan suasana dengan meminta maaf pada para petugas.

Tak lama setelah pemilik kedai meminta maaf dan berjanji akan patuh aturan, para petugas satpol PP bergegas pergi meninggalkan lokasi guna melanjutkan patroli. Para petugas naik mobil, duduk bersebelah-belahan dan saling berpunggungan satu sama lain, begitu dekat, tanpa ada social distancing. Keadaan ini segera menjadi pergunjingan pemilik kedai mie dengan pemilik warung lain di sekitarnya. Kalau untuk warga harus menerapkan aturan, sementara petugas boleh tidak. Saya tersenyum saja mendengarnya dan berkata dalam hati sekali aturan tetap aturan sembari meninggalkan kedai sesaat setelah pesanan selesai dibuat plus bonus permintaan maaf karena tidak bisa makan di kedai.

Kali ini saya tidak sedang mempersoalkan apakah aturan social distancing itu masuk akal atau tidak diterapkan untuk sesama anggota keluarga di tempat umum. Pun tidak pula sedang membenarkan kejadian tempo hari ketika seorang pria di Bogor yang viral  marah-marah pada petugas ketika diminta memindahkan tempat duduk istrinya dari bangku depan mobil ke belakang. Semua orang punya sudut pandang sendiri atas setiap kejadian tersebut, namun aturan tetap aturan.

Yang menjadi fokus pembicaraan adalah bagaimana keteladanan harus diberikan oleh para penegak aturan. Aturan akan sangat ditaati jika para penegak aturan tersebut juga mematuhinya tanpa kecuali. Jika petugas saja tidak mematuhi aturan, bagaimana mungkin berharap rakyat akan patuh dan ikhlas menjalankan.

Bagaimana mungkin kita menyuruh anak sholat ketika kita sendiri tidak menjalankannya. Anak akan berkata "ayah saja tidak sholat, mengapa saya harus sholat,". Begitu pula melarang anak atau keluarga kita merokok sementara kita masih merokok. Maka sebaiknya apa yang kita tegakkan, perintahkan, anjurkan adalah hal yang sudah dan senantiasa kita jalankan.

Aturan, anjuran, larangan, akan sangat meresap dan dipatuhi ketika disampaikan oleh orang yang kredibel. Kriteria kredibel itu cuma satu, yaitu patut diteladani karena sudah bersatunya omongan dan perbuatan. Dan setiap kita ternyata dalam skala terkecil adalah pemimpin yang harus menyampaikan aturan, anjuran, larangan kepada keluarga terdekat seperti anak atau istri. Mau gak mau maka setiap manusia harus mendapat kriteria kredibel tersebut dengan mengusahakan dan memperjuangkannya, tidak hanya berharap. Ingatlah pesan Allah dalam Q.S As-Shaff ayat 2, "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?".


MRR, Bks-07/05/2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun