Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan beberapa anak muda di sebuah lokasi pertanian modern.Â
Anak-anak muda ini sedang mengembangkan riset pertanian berbasis aeroponik yang katanya bisa hemat air hingga 80% dan jauh lebih maju daripada hidroponik. Di sini mereka tiap waktu secara regular mencatat parameter dan hasil tumbuhan yang dikembangkan.
Lahan pertanian ini menempati sebuah gudang yang tidak terpakai. Sembari mengembangkan pertanian aeoroponik, para anak muda ini juga mengembangkan perdagangan produk pertanian organik secara online. Madu, sayuran, ayam, buah, mereka tawarkan dan kirimkan secara online.
Pertanian aeroponik ini dijalankan dengan peralatan yang tidak biasa. Ada microcontroller, ada pengukur cahaya, ada lampu led, ada sirkuit elektronika ada kabel-kabel.Â
Anak-anak muda ini ada yang lulusan mekanikal, teknologi pertanian, pertanian, yang memang harus berkolaborasi membangun lingkungan pertanian dan penelitian aeroponik seperti ini.
Saat saya bertanya pada salah seorang dari mereka, seorang gadis muda, ternyata dia lulusan dari jurusan pertanian dari sebuah universitas di Jakarta.Â
Saya pikir di Jakarta sudah tidak ada lagi jurusan pertanian, mengingat petani bukan menjadi profesi yang seksi dan banyak diburu orang beda halnya dengan kerja kantoran.
Anak-anak muda ini berusaha memutus mitos bahwa petani itu harus kucel, nggak gagah, nggak modis, duit cekak, hidupnya pas-pasan bahkan kekurangan.Â
Mereka membuka pasar produk-produk pertanian hingga bisa dijual dengan harga premium kepada orang-orang yang memang sadar apa itu kelebihan produk organik.
Sedikit optimis bagi saya ketika melihat semangatnya anak-anak muda ini menggeluti dunia pertanian modern. Ada satu asa dimana profesi petani tidak akan menguap dari bumi pertiwi ini.Â