Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran dari Sebuah "Tang"

9 Maret 2020   11:59 Diperbarui: 9 Maret 2020   12:00 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.humijayatech.com

Dalam sebuah meeting pagi rutin di awal pekan, Boss kami bertanya pada seluruh anak buahnya yang hadir. "Ada berapa jenis tang yang kalian punya di rumah?" tanya si Boss. Ada yang menjawab dua, tiga, tapi tak ada yang lebih dari lima jenis. "Mengapa kalian punya dan mau menyimpan tang di rumah?" Boss kembali bertanya.

"Untuk memutar baut, kadang pakai tangan kita tidak mampu sehingga membutuhkan tang." Jawab salah satu peserta yang hadir. Yang lain menimpali untuk memotong kabel, menarik paku dan fungsi-fungsi lain yang tidak bisa hanya menggunakan tangan manusia. Selepas para peserta menyampaikan mengapa mereka membutuhkan tang, maka si Boss mengatakan bahwa dia memiliki lebih dari sepuluh jenis tang di rumahnya. Masing-masing tang mempunyai kegunaan untuk membantu kegiatan yang dia lakukan.

Pada intinya si Boss menyampaikan bahwa tang ini adalah alat bantu yang dibutuhkan untuk memudahkan segala aktifitas yang kita lakukan. Si Boss menganalogikan tang ini dengan berbagai permintaan pada anak buahnya, seperti dashboard untuk masing-masing divisi, template presentasi, laporan yang dibutuhkan dari tiap divisi dan masih banyak lainnya. Permintaan-permintaan ini adalah permintaan akan alat bantu (dianalogikan tang) untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan satuan kerja ke depannya. Jadi ketika perusahaan membutuhkan sesuatu dari satuan kerja tempat Boss memimpin, maka semua alat bantu sudah siap digunakan oleh siapa saja, tidak harus si Boss sendiri.

Dalam sebuah tim kerja, maka permintaan ini itu dari seorang pimpinan adalah hal yang biasa. Harus dimaknai permintaan ini tidak melulu untuk keperluan dia seorang, namun sebenarnya pimpinan sedang menyiapkan alat bantu yang bisa digunakan oleh semua anggota timnya. Tidak selalu pimpinan sedang mencari panggung untuk dirinya sendiri, namun alat-alat bantu ini adalah untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh segenap anggota tim jika suatu saat mereka harus atau akan "manggung".

Sesungguhnya dalam setiap pekerjaan kita tidak sedang berbicara tentang diri sendiri. Namun pembicaraan selalu menyangkut seluruh pemangku kepentingan yang ada di sekitar mata rantai pekerjaan kita sehari-hari, baik atasan, bawahan, rekan sejawat, customer, masyarakat dan masih banyak lainnya. Ketika kita bekerja dengan baik lagi cerdas, sebenarnya kita sedang menciptakan alat-alat bantu untuk segenap tim kerja yang di kemudian hari akan menjadi warisan ketika kita sudah keluar dari tim kerja tersebut untuk menjalankan penugasan selanjutnya di tempat lain.

Bagaimana kita akan dikenang adalah sebagaimana kita meninggalkan warisan-warisan pada tempat kerja yang kita tinggalkan. Ketika warisan yang kita tinggalkan adalah alat-alat bantu yang berguna bagi orang lain tentu itu menjadi kredit poin tersendiri yang selalu melekat di benak orang-orang. Akan tetapi ketika warisan kita hanya berupa masalah yang membebani orang lain dan harus ditanggung oleh penerus selanjutnya maka bukan nama baik yang kita tinggalkan namun sebaliknya.

Maka sesungguhnya sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain, dan ajaran ini semestinya tidak pernah kita lupakan bahkan tinggalkan. Maka dimanapun kita berada, bekerja dan berkarya jalankanlah amanah tersebut sebaik-baiknya tanpa harus selalu berpikir apa untungnya buat saya. Saat kita memilih menjadi sebaik-baik orang, maka insya Allah kita akan meninggalkan hal-hal baik untuk diwariskan termasuk nama baik yang akan selalu dikenang, mau?

MRR, Jkt-09/03/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun