Suatu pagi di hari Sabtu awal Desember 2019, saya mengejar penerbangan pertama dari Bandara Adisujipto Yogyakarta menuju Halim Perdanakusuma Jakarta.Â
Mengingat jadwal penerbangan jam 06.00 WIB, maka selepas subuh sekitar jam 04.30 WIB saya sudah harus beranjak dari hotel menuju bandara. Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi ketika akhirnya saya masuk di are check-in bandara.
Melalui layar display yang terpampang di atas konter check-in, saya tahu hanya ada dua konter yang melayani rute penerbangan tersebut. Saya lihat antrian di masing-masing konter (kanan dan kiri) ada sekitar 10 orang.Â
Bergegas saya mengantri di konter sebelah kiri sembari menenteng koper dan oleh-oleh. Selepas kira-kira sepuluh menit mengantri, tiba-tiba terdengar kegaduhan di konter sebelah kanan. Banyak orang-orang terlihat melakukan protes pada petugas maskapai yg pesawatnya akan saya naiki.
Rupa-rupanya konter sebelah kanan tiba-tiba tutup dan petugas yang sebelumnya melayani tiba-tiba pergi. Saya tidak tahu persis kemana perginya, namun petugas lainnya dari maskapai swasta tersebut yang kebetulan ada di sekitar tempat itu tidak bisa memberikan jawaban dan seolah-olah bingung sendiri atas apa yang harus mereka lakukan. Kebetulan konter dimana saya mengantri masih aman terkendali, sehingga saya cukup memperhatikan situasi yang terjadi.
Tiba-tiba ada pria separuh baya yang berada di antrian sebelah kanan dan posisi antriannya juga di belakang saya (meskipun antrian saya di sebelah kiri) beranjak maju ke petugas konter sebelah kiri. Kebetulan posisi saya berada di antrian ke dua di belakang seorang lelaki usia 35 tahunan.Â
Pria separuh baya dari antrian sebelah kanan tersebut langsung menanyakan pada petugas konter mengapa konter di sebelah kanan tutup dan begitu khawatir ketinggalan pesawat karena tidak ada kepastian kapan konter buka. Sementara pada saat bersamaan banyak pengantri di konter sebelah kanan juga tenang-tenang saja menunggu konter buka kembali.
Mungkin karena tidak enak terhadap si Pria paruh baya, petugas konter kemudian melayani orang tersebut dan lantas memberikan tiket check-in. Segera saya bilang pada si Pria paruh baya "Bapak menyerobot antrian saya". Dengan perasaan yang tidak enak (terlihat dari mimik wajahnya) dan tanpa meminta maaf, dia mempersilahkan saya dan lelaki di depan saya untuk dilayani oleh petugas konter.Â
Lelaki di depan saya berkata pada si Pria paruh baya dengan pedas "Orang tua harusnya menjadi contoh, tidak main selonong seenaknya saja" tanpa dibalas dengan sepatah katapun oleh si Pria paruh baya. Melihat kejadian itu, petugas maskapai yang berada di sekitar lokasi meminta agar barisan antrian di sebelah kanan untuk pindah mengantri ke sebelah kiri.
Begitulah sekelumit ujian tentang tertib dalam antrian dan tidak menyerobotnya menjadi sesuatu yang susah kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anda yang suka mengantri di gubuk kambing guling saat menghadiri resepsi perkawinan pasti pernah melihat orang menyerobot antrian.Â
Biasanya ada dua modus, yang pertama orang ini akan datang dari arah berlawanan dengan arah antrian seharusnya sehingga dia akan langsung maju ke gubuk kambing guling dan meminta pelayan melayaninya sembari menyodorkan piring agar diisi kambing guling sambil pura-pura tidak melihat antrian.Â