Andaikan pemuda Soekarni, Wikana, Chaerul Saleh beserta para pemuda lainnya tidak melakukan penculikan terhadap Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 16 Agustus 74 tahun yang lalu dan dikenal sebagai peristiwa Rengasdengklok, apakah proklamasi kemerdekaan akan berkumandang pada tanggal 17 Agustus 1945?Â
Faktanya adalah terjadi kompromi antara golongan tua yang diwakili oleh Soekarno Hatta dengan para pemuda yang mendesak agar para tokoh bangsa segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.Â
Hingga akhirnya berkumandanglah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi Hatta atas nama seluruh bangsa Indonesia.
Tindakan radikal yang dilakukan oleh para pemuda menjadi katalisator percepatan kemerdekaan Indonesia. Semangat dan tindakan nyata para pemuda ini lah yang menyebabkan proses kemerdekaan bergerak cepat, lebih cepat dari irama yang diinginkan oleh golongan tua.Â
Sudah menjadi hukum alam para pemuda selalu punya nyali, semangat, keberanian dan maunya cepat-cepat, berbalik fakta dengan kaum tua yang lebih banyak pertimbangan, pemikiran dan cenderung hati-hati.Â
Namun perkawinan yang terjadi dengan menggabungkan kelebihan para pemuda dan kebijaksanaan golongan tua itulah yang menjadi momen keberhasilan memerdekakan Indonesia dari penjajahan.
Kiprah para pemuda dengan langkah radikalnya tidak hanya berhenti saat proklamasi kemerdekaan saja. Tengoklah kejatuhan orde lama pada tahun 1965-1966 yang dimotori oleh gerakan pemuda yang begitu peduli pada nasib bangsanya.Â
Para pemuda yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, buruh, seniman dan lainnya mendorong perubahan bangsa menuju ke arah yang lebih baik dengan cara menumbangkan orde lama.Â
Di sini lagi-lagi pemuda lah yang menjadi katalisator bahkan martir yang mempercepat perubahan dan transisi dari era orde lama ke orde baru. Meskipun eksekusi akhir perpindahan rezim atau orde tetap dilakukan oleh para tokoh militer senior, namun hal ini dimungkinkan karena dukungan para pemuda dan mahasiswa.
Jejak radikal para pemuda terjadi lagi pada tahun 1998 ketika para pemuda dan mahasiswa beramai-ramai menuntut "kemerdekaan" bangsa dari kekuasaan orde baru yang yang dianggap otoriter, tidak demokratis dan penuh KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).Â
Jatuhnya korban dari kalangan mahasiswa dalam demonstrasi berhari-hari yang kemudian jadi martir semakin mempercepat kejatuhan orde baru. Hingga pada 21 Mei 1998 dimulailah era reformasi dengan ditandai dengan mundurnya Soeharto dari jabatan presiden Republik Indonesia.