Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Itu Dia Tetanggamu

7 November 2018   18:28 Diperbarui: 8 November 2018   11:21 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu yang lalu si Mbok (pengasuh anak-anak) terperangkap di lantai 3 rumah kami ketika sedang mencuci. Ceritanya saat istri saya mau berangkat kerja, dia pamitan ke Mbok. Saat pamitan itu Mbok nitip pesan agar istri saya mengunci pintu. Saat itu juga istri kunci pintu yang menuju lantai 3 tempat mbok mencuci.

Selesai mencuci baju, Mbok mau masuk ke dalam rumah. Namun betapa kagetnya dia karena pintu masuk rumah dari lantai 3 terkunci. Dalam hati Mbok berkata, wah ini Bunda diminta kunci pintu depan (lantai1) kok malah pintu ini yang dikunci.

Si Mbok pun terperangkap di lantai 3 tanpa bisa melompat turun. Dari lantai 3 Mbok berteriak pada satpam yang lewat agar membantunya turun. Satpam pun sigap dan langsung mencari tangga untuk naik ke atas.

Namun masalah lain muncul, bagaimana mungkin si Mbok yang sudah tua naik genteng dan turun lewat tangga. Si Mbok pun tertahan sampai akhirnya Bu Nia tetangga sebelah muncul. Masih dari lantai 3, Si Mbok menceritakan kejadian terperangkapnya dan meminta tolong agar Bu Nia menghubungi istri saya.

Bu Nia, tetangga sebelah rumah akhirnya menelpon istri saya dan mengabarkan terperangkapnya Mbok di tempat cucian. Istri kaget menerima kabar tersebut karena merasa tidak mengunci lantai 3 dan hanya lantai 1 saja yang dia kunci. Istri saya yang kebetulan sedang berada di kantor klien dan tak jauh dari komplek rumah segera bergegas pulang. Sampai di rumah istri bergegas ke lantai 3 dan memang benar ternyata pintunya terkunci. Akhirnya si Mbok terbebas setelah terperangkap hampir 30 menit.

Itulah sekelumit kisah yang menunjukkan bagaimana bertetangga bisa bermanfaat bagi kita semua. Kalau misalnya keluarga saya bermusuhan dengan tetangga kanan kiri atau depan, tentu tetangga juga tidak akan mau menghubungi istri saya dan mengabarkan terperangkapnya si Mbok. Maka rugi sekali orang yang bermusuhan dengan tetangganya sendiri. Bisa dibayangkan apabila rumah hanya satu di kompleks perumahan tersebut dan tiap hari harus ketemu dengan tetangga yang bermusuhan dengannya. Pasti hidup seperti ini sangat tidak nyaman dan tersiksa.

Cerita tentang tetangga saya jadi ingat kejadian tahun 2008, tepatnya tanggal 17 Juli 2008. Saat itu saya sedang di kantor ketika tiba-tiba istri menelpon dan mengabarkan dia masuk rumah sakit. Saat itu memang istri saya sedang hamil 9 bulan dan sudah saatnya melahirkan. Saya kaget mendengarnya dan kata istri saya dia sudah bukaan 3. Jadi ceritanya istri ketemu tetangga dan mengabarkan kalau istri saya suka basah celananya, dipikirnya karena sedang hamil tua maka suka pipis tanpa sadar. Oleh tetangga tersebut disarankan segera ke rumah sakit karena ditakutkan itu adalah ketuban. Istri saya pun menurut mengingat tetangga sudah punya tiga anak sementara ini kehamilan pertama istri saya. Istri juga diantarkan oleh tetangga yang lainnya ke rumah sakit hingga mendapatkan kamar.

Segera saya minta ijin atasan dan bergegas ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit istri saya sudah berada di ruang persalinan. Saat adzan Maghrib berkumandang anak pertama saya lahir, si Uno. Kelahiran ini tidak lepas dari bantuan tetangga yang memberikan nasihat serta mengantarkan istri saya ke rumah sakit. Maklum, saya dan istri merantau ke Bekasi dan keluarga tidak ada yang berdekatan pada saat itu. Jadi mengandalkan tetangga menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kami.

Hidup bertetangga tentu tidak selamanya mulus dan adem ayem. Semua manusia punya karakter nya masing-masing dengan tingkat toleransi yang berbeda-beda. Tentu tidak mudah untuk menjalin hubungan yang baik dengan tetangga. Namun dengan sikap saling menghargai dan menghormati maka harmonisasi dengan tetangga bisa kita ciptakan. Wajib bagi kita mengenal tetangga kanan, kiri, depan, belakang, minimal jarak 10 rumah dari rumah kita. Sebagai tambahan kita harus punya nomer telpon tetangga sebelah rumah kita.

Dalam hidup bermasyarakat, siapa lagi yang akan datang dan menolong kalau terjadi apa-apa kalau bukan tetangga kita. Tidak bisa kita mengandalkan saudara yang tinggalnya jauh dari rumah kita bila terjadi kebakaran, kecelakaan atau kematian pada anggota keluarga kita. Oleh karenanya berbuat dan bersikap baik kepada tetangga adalah salah satu kewajiban kita sebagai umat manusia dan beragama. Rugilah kita apabila tidak punya hubungan baik dengan tetangga.

Pentingnya tetangga dapat dilihat dari beberapa hadits berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun