Sudah sejak sebelum lebaran putri saya selalu meminta sekolah pada Bundanya. Setiap kali merengek, tiap itu pula istri mengatakan padanya kalau sekolah baru buka tanggal 16 Juli 2018. Putri terkecil saya, Becca namanya, memang telah didaftarkan di playgroup dekat dengan rumah saat usianya belum genap 2 tahun. Namun saat playgroup sudah mulai dia akan berumur lebih dari dua tahun, karena lahir di bulan Mei.
Seringkali Becca mengajak jalan kaki lewat calon sekolahnya, dan seringkali pula dia berkata sendiri jika sekolah masih tutup, bukanya nanti bulan Juli, tentu dengan gaya bahasa anak kecil umur dua tahun. Setiap ditanya "apakah Becca berani sekolah sendiri?". Selalu anak saya dengan tegas menjawab "Becca berani sekolah sendiri".
Melihat semangat Becca yang menggebu-gebu maka dari sejak sebulanan lalu saya berkomitmen akan mengantarkannya bersekolah pada hari pertama dia masuk playgroup. Eh ternyata jadwal masuk kakaknya di SD, Uno namanya, juga sama. Oleh karenanya di saat hari pertama sekolah maka saya bisa mengantarkan Uno dan Becca, toh jarak sekolah mereka tidak terlalu jauh dan jadwal masuknya berbeda. Ngomong-ngomong ini adalah pengalaman pertama saya mengantarkan anak-anak bersekolah di hari pertama mereka masuk.
Walhasil maka hari ini, Senin 16 Juli 2018, saya berangkat ke kantor agak siang. Hari ini ada misi khusus mengantarkan kedua anak saya ke sekolah mengingat ini adalah hari pertama mereka bersekolah. Si Sulung jadwal masuk jam 07.00 WIB, sementara si Bungsu jadwal masuk jam 08.30 WIB. Jam 07.00 WIB semua sudah siap, anak-anak sudah rapi dan siap berangkat sekolah. Kamipun pertama-tama mengantarkan si Sulung Uno ke sekolahnya bersama-sama dengan adiknya. Meskipun sudah terlambat namun tidak mengapa tetap berangkat, hampir semua maklum setelah sekian lama libur pasti butuh penyesuaian lagi bagi si Sulung agar bisa siap jauh sebelum jam 07.00 WIB.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/16/img-20180716-073622-5b4c6d11cf01b46f107dc384.jpg?t=o&v=770)
Saat memasuki ruang kelas dan mau ditinggal, anak saya menangis dan meminta ikut pulang. Wah anak saya masih grogi alias demam panggung nih, maka kami pun ajak dia main-main dulu di ruang sebelah yang banyak sarana permainannya. Selepas agak tenang, maka kami bawa masuk kembali ke ruang kelasnya, tempatnya dia bermain dengan kawan-kawannya. Eh kembali ke kelas si Becca nangis lagi. Kami berkonsultasi pada pengajarnya kalau mau meninggalkan Becca agar terbiasa dan berpesan kalau tidak bisa mengatasi nanti minta tolong telpon kami saja. Setelah pengajarnya mengiyakan maka kami tinggalkan Becca di playgroup untuk menjalani hari pertamanya.
Siang hari dapat kabar si Bungsu Becca malah ketawa-ketawa saat dijemput oleh bundanya, dan dengan polos Becca mengakui bahwa dia tadi menangis. Oh syukurlah kata saya melihat perkembangan yang posistif di hari ini. Paling tidak saya tahu saat pertama kali anak-anak saya masuk sekolah mereka sudah berusaha menjalani dan beradaptasi.
Saya sendiri dulu jaman TK dan SD saat masuk pertama kali masuk sekolah rasa-rasanya dag dig dug ser. Maklum, saat pertama kali sekolah di TK dan SD suasana dan teman-teman baru kadangkala membuat kita menjadi kikuk dan merasa grogi. Beda saat masuk SMP dan SMA dimana seseorang sudah cukup besar sehingga bisa beradaptasi dengan cepat. Oleh karenanya kehadiran orang tua saat mengantarkan anaknya saat pertama kali masuk sekolah sangat positif sekali baik bagi anak maupun orang tuanya.
Toh mengantarkan anak saat pertama kali masuh sekolah tidak butuh anggaran besar, hanya pengorbanan meluangkan waktu sebentar dan masuk kantor agak siangan. Bandingkan dengan hasilnya kelak ketika anak-anak sudah tumbuh dewasa dan menjadi orang-orang baik. Insya Allah kelak mereka akan memiliki kenangan baik tentang orang tuanya dan dengan ikhlas mendoakannya. Bukankah ada 3 perkara yang menyebabkan pahala tetap mengalir ketika kita sudah meninggal kelak, satu diantaranya adalah doa anak shaleh.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
: