Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bangku Kosong, Daftar Hadir, dan Rasa Rendah Diri

2 Februari 2018   10:16 Diperbarui: 2 Februari 2018   18:54 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.lpmperspektif.com

Dalam suatu acara seminar, diskusi, townhall, dengan format menggunakan kursi tanpa meja sebagai tempat duduk, seringkali saya temui deretan bangku/kursi depan masih kosong bahkan sampai sesaat sebelum acara dimulai. Meskipun panitia acara sudah meminta para hadirin untuk menempati deretan kursi depan, tetap saja dengan berbagai alasan mereka menolak. Pun seruan dari MC acara untuk mengisi bangku depan juga dicuekin. 

Masalah seperti ini di perusahaan dimana saya pernah bekerja biasanya akan beres ketika jajaran direksi, terutama Direktur Utama yang memberi ultimatum agar para karyawan mengisi dan memenuhi bangku deretan depan atau acara tidak akan dimulai. Barulah orang-orang berduyun-duyun berpindah ke deretan bangku di depannya sehingga bangku deretan depan pun bisa terisi penuh, tidak terlihat kosong seperti sebelumnya. Hal seperti ini kerap kali saya temui dalam berbagai acara, baik acara perusahaan maupun di luar perusahaan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kejadian kedua yang kerap saya temui adalah mengenai pengisian daftar hadir suatu rapat. Seperti kita tahu daftar hadir pasti dimulai dari nomer 1, 2, 3 dan seterusnya. Ketika daftar hadir rapat ini diedarkan ke peserta rapat, kerap kali saya temui orang pertama yang mengisi daftar hadir tersebut tidak mengisi di nomor pertama, atau list paling atas, namun setelahnya, bisa dari 3, atau 4 atau yang lainnya. Mereka tidak mau berada di list paling atas dari daftar hadir peserta rapat. Tampaknya berada di list pertama dari daftar hadir rapat menjadi masalah atau bisa mendatangkan masalah bagi sebagian orang.

Kedua contoh di atas, yaitu bangku kosong di deretan depan dan daftar hadir yang tidak dari nomer pertama adalah fenomena sosial yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena yang menurut saya ada hubungannya dengan keminderan sosial. 

Minder atau tidak percaya diri dalam berbagai kasus memang kerap terjadi, seperti misalnya seorang cowok yang minder mendekati gadis idamannya karena gadis tersebut disamping sangat cantik juga berasal dari keluarga kaya raya, strata sosial yang jauh berbeda dengan si Cowok. Minder yang terjadi karena konteks perasaan masih oke lah menurut saya.

Ketika minder itu terjadi dalam suatu acara, baik resmi ataupun setengah resmi seperti kejadian bangku kosong di deretan depan, rasa-rasanya susah untuk tidak dikatakan bahwa itu adalah gejala dari keminderan sosial. Karena saya tahu persis bagaimana susahnya membujuk orang agar mau mengisi deretan bangku terdepan, kecuali sedikit ancaman dari pihak 'yang berwenang" yang bisa membuat orang-orang mau mengisinya. 

Saya tidak pernah mendapatkan alasan pasti dari orang-orang yang tidak mau mengisi bangku depan, namun dari berbagai "penyelidikan" saya bisa menyimpulkan bahwa orang-orang menghindari deretan bangku depan karena tidak mau terekspose oleh pembicara, atau pejabat, bos, yang pasti akan memberikan ceramah, pidato atau pengarahan. 

Banyak orang grogi kalau pada saat acara berlangsung kemudian mereka menjadi sasaran pertanyaan, atau ledekan dari pemateri karena terlihat langsung dari tempat pemateri berada, face to face sehingga kemungkinan bullying itu terjadi pada mereka lebih tinggi saat berada di barisan depan daripada barisan di belakangnya.

Padahal berada di bangku terdepan, ataupun berada di urutan pertama daftar hadir rapat tidak ada dampak apapun menurut saya, justru banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan. Berada di bangku depan, pandangan kita terhadap layar ataupun pemateri menjadi tidak ada halangan. 

Pada saat ada pertanyaan berhadiah, maka saat kita mengacungkan jari probabilitas kita menjadi yang pertama menjawab sangat tinggi, karena akan mudah dilihat oleh orang. Saat kita mau bertanya, kesempatan kita lebih besar juga karena akan langsung terlihat. Sungguh banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan berada di bangku deretan depan.

Begitu pula pada urutan pertama daftar hadir rapat yang banyak dihindari orang, sepertinya tidak ada alasan yang bener-bener logis untuk menjelaskannya. Orang hanya tidak mau terekspose dengan berada di urutan pertama, tidak cukup pede. Padahal beberapa kali saya berada di urutan pertama daftar hadir rapat juga tidak pernah punya masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun