Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meninggalkan Lebih Banyak Jejak Kebaikan

31 Desember 2017   15:40 Diperbarui: 31 Desember 2017   15:45 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, tahun berganti abad, begitu seterusnya perputaran waktu yang terus terjadi, mengalahkan kemudaan, mematikan ketuaan. Manusia tidak bisa menahan perputaran waktu dan membuat dirinya abadi, tidak ada keabadian dalam kefanaan dunia. Hanya Allah lah satu-satunya yang abadi, Tuhan sang pengatur alam semesta.

Waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan diputar kembali, sekuat apapun kita memaksa untuk mengulang. Al Ghazali mengatakan bahwa yang terjauh adalah masa lalu. Sesuatu yang terjadi di masa lalu sudah tidak bisa dicegah, kalau diperbaiki mungkin masih bisa, namun tidak bisa mencegah esensi kejadiannya. Namun harus diingat bahwa masa lalu tercipta dan dibentuk dari masa sekarang dan masa depan. Semua yang kita lakukan di masa kini dan masa esok segera akan menjadi peninggalan masa lalu.

Waktu yang tidak bisa diulang menjadikan kita untuk senantiasa meninggalkan jejak yang baik, jejak yang bisa diingat, bahkan ditauladani, bukan menjadikan jejak yang penuh keburukan, kotor bahkan berdarah-darah. Itulah sebabnya akhlak yang mulia harus terejawantahkan dalam perilaku keseharian, mengeliminir nafsu buruk dan angkara manusia. Bukankah agama kita selalu mengajarkan kebaikan pada sesama. Jangankan terhadap sesama manusia, pada makhluk hidup lainnya seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang pun ada adabnya ketika berinteraksi dengan makhluk-makhluk tersebut. Ajaran Allah seharusnya menjadikan manusia sebagai makhluk yang penuh cinta, penuh welas asih, pada tumbuhan, binatang apalagi manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk yang hobi membuat kerusakan dan menumpahkan darah di dunia seperti prasangka malaikat ketika Allah hendak menciptakan manusia seperti ditegaskan dalam Surat Al Baqarah ayat 30.

Evolusi, transformasi, reformasi, revolusi adalah salah satu proses perbaikan baik dalam diri manusia, masyarakat, organisasi, perusahaan, negara maupun dunia. Manusia harus selalu siap dengan perubahan, berubah dari kondisi saat ini menuju ke arah yang lebih baik. Proses menjadi lebih baik dan benar adalah sebuah proses hidup yang harus terus menerus terjadi sepanjang hidup seorang manusia sampai akhir hayatnya. Tidak ada yang sempurna, itulah mengapa transformasi kehidupan diperlukan setiap saat dalam rangka mengejar dan mendekati kesempurnaan. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini, apabila sama jangan-jangan kita termasuk orang yang merugi.

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Q.S. Ar-Ra'd Ayat 11)

Allah telah menegaskan dalam ayat di atas bahwa keadaan suatu kaum, suatu masyarakat tidak akan berubah hingga masyarakat itu sendiri yang berusaha untuk merubah keadaan mereka. Bagaimana mungkin mengharapkan suatu bangsa dan negara yang makmur, aman, damai, rakyatnya penuh kejujuran, dipimpin oleh penguasa yang perhatian pada rakyatnya dan bisa berlaku adil, jika dari elemen terkecilnya yaitu tiap warga negara sudah jauh dari nilai-nilai kebaikan, keagamaan, kejujuran dan keadilan. Kalau menghendaki pemimpin yang baik dan adil, maka kita pun harus bisa berubah menjadi baik, jujur dan adil, karena pemimpin adalah gambaran rakyatnya, kalau semua rakyatnya baik maka sudah pasti akan didapatkan pemimpin yang baik pula.

Perbaikan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara harus selalu menjadi falsafah kehidupan setiap manusia. Tanpa ada perbaikan dalam tingkat terkecil janganlah kita berharap ada perubahan dalam skala yang lebih luas atau lebih tinggi. Sebagai satu kesatuan, maka sudah seyogyanya sesama anak bangsa harus saling bahu membahu dalam menjalani proses perbaikan diri pribadi demi perbaikan nasional.

Elemen terdasar dari satu kesatuan bangsa adalah keluarga, maka sudah sewajarnya kita memulainya adalah dari keluarga masing-masing. Berilah perhatian yang tulus dengan cinta terhadap setiap anggota keluarga kita. Perhatian itu sangat penting, karena perhatian memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan membangun kepercayaan. Sesakit apapun rasa sakit hati, akan sirna ketika perhatian datang dari orang terdekat, keluarga kita sendiri. 

Perhatian adalah suatu bentuk fundamental dari kepedulian. Dengan memberikan perhatian yang tulus maka menandakan kita mempunyai kepedulian terhadap keluarga kita sendiri. Ketika anggota keluarga termasuk diri kita sudah bisa diarahkan menjadi individu yang lebih baik, maka kita bisa beranjak ke cakupan yang lebih luas. Bagaimana mungkin memikirkan masyarakat dan membuatnya menjadi lebih baik, apalagi bangsa dan negara bila di tingkat keluarga saja kita berantakan dalam menatanya.

Barangkali pertikaian antar anak bangsa, demontrasi, permusuhan, tidak akan terjadi apabila kita cukup memberi perhatian pada sesama manusia, pada pihak-pihak yang kita cukup intens berinteraksi dengannya. Adakah kita akan protes terhadap Ibu yang tiap hari begitu perhatiannya pada kita sebagai anaknya hanya gara-gara masalah sepele, belum bisa membelikan sepatu baru. Masihkah para pekerja protes dan demonstrasi menuntut kenaikan upah terhadap managemen perusahaan yang sebegitu baik dan perhatiannya terhadap para pekerja dan keluarganya dan tidak pernah melanggar hak-hak para pekerja. Banyak orang merasa peduli terhadap kondisi orang lain, bangsa dan negara, namun sesungguhnya itu hanya perasaan mereka saja karena faktanya bentuk kepedulian itu hanya ada di mulut mereka dan ditunjukkan di depan kerumunan orang saja, bukan merupakan bentuk perhatian yang tulus.

Untuk menutup tahun 2017 ini, marilah kita tinggalkan lebih banyak jejak kebaikan di tahun 2018, dan lebih banyak lagi di tahun-tahun berikutnya. Harapan untuk menjadi orang yang lebih baik dan berguna harus senantiasa kita pelihara dan usahakan menjadi kenyataan. Ajaklah orang-orang terdekat kita, keluarga kita, rekan sekantor, dan orang-orang lainnya untuk berubah menjadi lebih baik, lebih mendekati jalan lurus dan kebenaran. Ajakan menuju kebaikan pada orang lain merupakan bentuk perhatian kita pada mereka, menandakan bahwa kita peduli pada kebaikan yang lebih luas, kebaikan alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun