Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Ada Kesempatan Jadi Pahlawan

30 November 2017   08:20 Diperbarui: 1 Desember 2017   02:45 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan ("UU No. 20/2009"), pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia. 

Dalam Penjelasan Pasal 4 UU No. 20/2009 diterangkan bahwa gelar pahlawan nasional mencakup juga semua jenis gelar yang pernah diberikan sebelumnya, yaitu Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Ampera. Dalam ketentuan ini, tidak termasuk gelar kehormatan Veteran Republik Indonesia.

 Bagi anda yang hidup di jaman now dan tidak mengalami masa penjajahan, kemerdekaan, maupun mempertahankan kemerdekaan jangan kuatir, masih ada kesempatan untuk menjadi pahlawan nasional di negeri ini. Syaratnya secara umum cuma 2:
 1. Semasa hidup melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
2. Sudah meninggal dunia.
Sekarang tinggal pikirkan apa yang bisa anda lakukan dan jalankan untuk negeri ini, sesuatu yang "wow dan dahsyat" sehingga membuat anda layak menyandang predikat Pahlawan Nasional  ketika meninggal nanti.

 Namun perlu saya ingatkan, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Pattimura, Bung Karno, Bung Hatta, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Bung Tomo dan seabreg lainnya saat mereka berjuang baik dalam melawan penjajah maupun mempertahankan kemerdekaan tidak pernah berniat menjadi pahlawan. 

Apa yang mereka perjuangkan semata-mata adalah pembelaan terhadap keadilan, kemerdekaan dari penindasan dan penjajahan bangsa asing terhadap bangsa Indonesia. Para pahlawan mengorbankan jiwa raganya tanpa pamrih. Bahwa saat ini dikenang sebagai pahlawan nasional adalah bonus yang tidak mereka pikirkan sebelumnya sebagai penghormatan bangsa ini atas jasa-jasa mereka.

 Bagi kita yang hidup di jaman sekarang, menjadi pahlawan bagi keluarga, orang tua, anak, istri, suami, rasa-rasanya menjadi sesuatu yang lebih realistis untuk diupayakan dan perjuangkan dibandingkan menjadi pahlawan nasional. Seorang anak harus bisa memperjuangkan orangtuanya agar berkehidupan yang layak, membahagiakan dan tidak menjadi beban bagi mereka. 

Seorang suami harus bisa menjadi imam yang baik bagi istri dan anak-anaknya, membimbing dan mengarahkan mereka pada jalan kebenaran yang dianutnya. Seorang istri bisa menjadi pahlawan bagi anak-anaknya dalam hal mendidik mereka dan memberi kehangatan dalam keluarga.

 Semua orang bisa menjadi pahlawan di lingkungan terdekatnya masing-masing dengan menjalankan peran, tugas, dan posisinya dengan sebaik-baiknya. Apabila sudah bisa menjadi pahlawan di lingkungan terdekat, maka menjadi pahlawan di lingkungan masyarakat dan bangsa ini hanyalah soal waktu, kesempatan, dan umur. Namun seorang pahlawan tidak pernah memikirkan dirinya akan menjadi pahlawan nanti sepeninggalnya, karena yang dilakukan penuh keikhlasan dan Lillahi ta'ala. 

 Ah tampaknya saya tidak bermimpi menjadi seorang pahlawan nasional. Menjadi pahlawan bagi keluarga saja ternyata berat untuk dijalani. Masih sering rasanya membuat orang tua kecewa, menyebabkan istri sakit hati, atau belum bisa membahagiakan dan mendidik anak-anak dengan baik dan benar. Masih banyak perbaikan diri yang harus dilakukan sebelum bisa lebih berarti bagi lingkungan terdekat saya. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, begitulah yang dilakukan oleh para pahlawan nasional para pendahulu kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun