Seorang pembunuh yang ditangkap karena menghilangkan nyawa tetangganya mengatakan bahwa dia membunuh karena gelap mata, setan telah mendorongnya kepada kegelapan sehingga tanpa berpikir panjang melakukan pembunuhan tersebut. Di kesempatan lain seorang pemerkosa mengaku, setan telah menguasai pikirannya sehingga tidak dapat menahan hawa nafsu untuk memperkosa anak gadis tetangga yang beranjak dewasa.
Tak hanya itu, beberapa alim ulama terjerat kasus korupsi yang membawanya ke ruang tahanan. Mereka menyesal karena melakukan kekhilafan yang fatal, karena setan mereka menjadi pesakitan dan hina dina.Â
Seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan kesalahan, kejahatan, kecurangan, dan hal-hal lain yang tidak dibenarkan oleh aturan agama maupun negara. Seringkali pula seiring dengan kesalahan tersebut kita menyalahkan setan sebagai aktor utama penyebabnya. Bangun kesiangan hingga telat solat subuh setan yang disalahkan, menerobos lalu lintas sehingga ditilang polisi menyalahkan setan, lupa sholat dhuhur karena saking asyiknya meeting juga menyalahkan setan, bahkan gagal berangkat umroh karena mendaftar di first travel lagi-lagi setan disalahkan karena telah merayunya untuk mendaftar di agen travel tersebut meskipun harganya tidak masuk akal.Â
Kalau dihitung-hitung sudah jutaan kali setan disalahkan oleh umat manusia, mungkin lebih kalau dihitung sejak masa Nabi Adam, setan adalah kambing hitam utama terjadinya dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia. Kalau setan bisa ditangkap dan dihadirkan ke pengadilan, sudah bisa dipastikan manusia merasa senang karena mereka bisa berlepas tangan dan bebas dari dosa yang diperbuatnya. Sehingga boleh dikatakan kejahatan dan kerusakan serta dosa yang ditimbulkan di dunia adalah karena setan adanya.
Sekarang coba kita ingat kembali sejarah setan/iblis dan hubungannya dengan anak cucu Adam. Cerita bermula dari pembangkangan Iblis ketika diperintahkan Allah SWT untuk bersujud kepada Adam seperti disebutkan dalam Surat Al-'A`rf:12 - Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Selanjutnya adalah dialog antara Iblis dengan Allah dalam Surat Al A'raf ayat 13-18:
Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina" (13). Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan"(14). Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."(15). Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (16).
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)".(17) Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".(18).
Sudah terang dan jelas bahwa setan akan berusaha menyesatkan manusia sampai datangnya hari kebangkitan. Atas hal itu Allah tidak melarang iblis untuk menyesatkan manusia, tetapi hanya mengingatkan bahwa manusia yang mengikuti Iblis akan dimasukan ke dalam neraka. Di sini berarti kita memahami bahwa tugas pokok dan posisi (Tupoksi) Setan alias Iblis adalah mengajak manusia kepada keburukan, dosa, kedzaliman, serta hal-hal lainnya yang menjauhkan manusia dari jalan yang lurus, jalan ketaatan.Â
 Maka sudah sewajarnya bahwa setan akan melakukan segala cara untuk menjerumuskan manusia serta menjadikan mereka sebagai pengikutnya. Semua dilakukan setan dalam rangka pemenuhan akan Tupoksinya. Semakin banyak manusia tersesat dan jauh dari kebenaran, maka semakin sukses setan dalam pemenuhan target pekerjaannya.
 Jadi mengapa kita masih menyalahkan setan untuk setiap kesalahan dan dosa yang kita lakukan. Bukankah kita tahu setan hanya menjalankan sumpah dan Tupoksinya. Kenapa telunjuk tidak diarahkan ke diri kita sendiri. Apakah kita sudah menjalankanTupoksi sebagai manusia untuk selalu taat dan beribadah kepada Allah, serta senantiasa meminta perlindungan Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Tengoklah hati kita, kendalikan hawa nafsu kita sehingga terhindar dari melakukan hal-hal yang membawa kepada dosa, keburukan dan kerusakan.
Dari An Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
 .
"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)" (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Hati harus selalu bersih sehingga pikiran dan perbuatan kita senantiasa terjaga. Pun demikian halnya hawa nafsu, nafsu baik dan buruk harus diolah sehingga yang keluar selalu nafsu baik. Hawa nafsu tidak bisa dihilangkan, tetapi dikendalikan, terutama nafsu buruk harus dikendalikan hingga sekecil kecilnya.
Yuk, mari sekarang stop untuk mengkambinghitamkan setan sebagai penyebab dari semua pikiran, perkataan, dan perbuatan buruk yang kita lakukan, mengingat setan memang menjalankan Tupoksinya. Mintalah perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari godaan setan. Terakhir jagalah hati agar tetap bersih dan bening, dan kendalikan  hawa nafsu yang dimiliki, sehingga kita menjadi orang yang benar-benar beriman.
Firman Allah dalam surat An-Nal ayat 99:
"Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya".