PADA abad ke-19, Austen Henry Layard, arkeolog amatir Inggris menemukan kepingan batu bertulis, berkisah tentang raja Uruk dari Babilonia, bagian dari epik Gilgamesh (cerita seorang pria yang mencari rahasia keabadian). Sejumlah ahli meyakini Gilgamesh hidup sekitar 2700 tahun Sebelum Masehi. Sementara di kepingan itu tercatat nama Shin-eqi- unninni sebagai penulisnya.
Ada pula ditemukan 12 keping batu bertulis menggunakan bahasa Akkadia. Batu itu ditemukan di sisa reruntuhan perpustakaan Ashurbanipal of Assyria yang berdiri antara 669-633 Sebelum Masehi). Pada batu itu juga tertulis nama Shin-eqi-unninni.
Para ahli percaya Shin-eqi-unninni adalah penulis pertama yang tercatat dalam sejarah. Tapi ada pula yang berteori seorang perempuan bernama Enmenjadi penulis pertama lantaran karyanya ditemukan berbahsa Sumeria, bahasa yang lebih tua dari Akkadia.
Baik Shin-eqi-unninni maupun Enmenjadi mungkin tak punya bayangan tulisannya bakal bertahan beribu tahun. Mungkin pula mereka tak mengira, ribuan tahun setelah masa hidupnya, siapa saja bisa menulis, dengan media yang beragam.
Ya, penulis kini menjadi salah satu pilihan profesi yang cukup banyak diminati banyak orang dari berbagai kalangan. Sebab, profesi ini bisa dilakoni baik secara penuh atau kerja sampingan. Menjadi reporter atau wartawan adalah salah satu profesi penulis profesional. Sementara penulis blog, bisa dikategorikan profesi sampingan.
Namun, saat ini penulis dengan media blog pun bisa jadi profesi utama yang menghasilkan uang. Tak sedikit yang punya penghasilan puluhan juta sebulan karena menekuni dunia blog. Keran kebebasan berekspresi dengan media blog mulai dikenal ketika pada 23 Agustus 1999, Blogger diluncurkan oleh Pyra Labs. Belakangan, namanya berubah menjadi blogspot setelah diakuisisi Google. Belakangan, muncul Facebook karya Mark Zuckerberg dan Twitter olahan Evan Williams (salah satu pembuat Blogger) yang memangkas cara kerja blog menjadi lebih singkat.
Jadi, apa pun medianya, batu, kertas, blog, Facebook atau Twitter, semuanya menuntut satu hal, yakni tanggung jawab. Penulis profesional atau hanya kerja sampingan, sama-sama harus mempertanggungjawabkan karyanya. Sebab sebuah tulisan bisa mengukir sejarah.
Kebebasan berekspresi adalah keuntungan, tapi tanggung jawab adalah keniscayaan. Ada pepatah mengatakan, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Bagaimana dengan penulis? Dia akan meninggalkan karyanya yang abadi. *
Read more at http://royannaimi.blogspot.com/2012/09/mengukir-sejarah.html#cMBVjwzBEjpEMXXz.99
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H