Mohon tunggu...
M Firmansyah
M Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan akhir tahun 2024 : Dari politik dinasti sampai masa depan demokrasi. Dan Gap informasi

25 Desember 2024   21:03 Diperbarui: 25 Desember 2024   21:03 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poto penulis dengan app AI

Tahun 2024 jadi tahun paling banyak peristiwa politik karena di tahun ini pileg pilpres dan pilkada jadi satu. Melelahkan untuk para politikus sekaligus memuakan untuk rakyat.

Belum lagi sejak politik udah masuk ke medsos terutama tiktok maka kegaduhan nya bisa berkali-kali lipat, sebuah platform sosmed yang jadi trigger kemenangan Prabowo, suka atau tidak politik kita masih tahap emosional not a rasional. Jadi para pendukung capres baper nya gak kelar-kelar. Mulai dari anak Abah yg di plesetin jadi anak wabah atau low batt 16% untuk mengolok-olok Ganjar Pranowo.

Setelah pilpres mendingin dan sampai pada hari pelantikan ternyata itu belum 100 persen cooling down, kita masuk pada pilkada yang dramanya juga tidak kalah seru. Mulai dari Kim plus yang over kepedean memenangkan pilkada jakarta sampai Anies yang nyaris di buat jadi gelandangan politik oleh tangan-tangan invisible.  Garuda biru juga sempat memanaskan jagad politik yang akhirnya drama MK dan parlemen berujung antiklimaks.

Sekarang semua kembali kepada hari-hari semula, politik akan tetap jadi perbincangan podcast-podcast saja. Prabowo masih akan tetap di evaluasi, Gibran jadi sasaran tembak oposan galak dan nyinyir, netizen tetap kupas abis rezim, komika tetap resah dan rakyat menunggu janji-janji dipenuhi, bulan madu segera berlalu, kita kembali pada hari yang pernah kita jalani.

Demokrasi belum menuntaskan impian kesejahteraan yang ada malah kegaduhan dan saling baku hantam narasi dan opini, kita melihat belum ada aturan tegas yang benar-benar membuat kapok koruptor, meski politik identitas tak lagi bergigi tapi ancaman nya belum juga hilang. Ia muncul bersama politikus -politikus yang menunggangi.

Politik dinasti semakin brutal. Penampilan nya amat mencolok mulai dari Ketum partai yang tak rela lengser sampai keluarga dan keturunan membawa syahwat berkuasa yang semakin menggelinjang dan tahun 2025 kita siap menyambut kenaikan PPN 12 persen.

Prediksi trend 2025 : AI membuka banyak kesempatan tapi juga ancaman, gelombang anak muda enggan menikah semakin banyak dan Indonesia juga mengalami krisis kependudukan tak ada lagi bayi-bayi yang lahir jika tidak mau dikatakan lost.

Dibidang agama. Banyak generasi baru menggugat Indonesia sebagai negara religius yang palsu dan munafik. Mereka mulai muak dengan ustadz-ustadz konservatif yang membuat mereka apatis kepada dogma agama dan doktrin kaku dangkal dan picik. Tak jarang jamaah pengajian semakin berani mengkritik kejumudan ulama. Belajar dari tahun 2024 ketika tiktok rame mengupas tuntas nasab keturunan nabi yang palsu dan penuh tipu-tipu. Dan gelombang agnostik meningkat, bahkan banyak yang terang-terangan menjadi atheis.  Sebenarnya Islam liberal menjadi penghambat gelombang atheisme namun keburu dibusukan oleh gerakan Islam literal beberapa dekade lalu.. 

Mega trend 2025 bnyak orang kaya baru dari ekonomi digital tapi ketimpangan pendidikan dan informasi menjadi gap bagi orang-orang yang tidak bisa memiliki akses kesana. .. akhirnya kecemburuan sosial di ranah digital nyaris sama dengan kenyataan. Akhirnya kita semua harus benar-benar memaksimalkan kemajuan teknologi sambil membantu membuka akses bagi mereka yg dhuafa pengetahuan digital. Itulah trend yang bisa kita prediksi .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun