Pandemi virus Corona ini memaksa Pak Guru dan kawan-kawan untuk menutup sekolah sementara. Pembelajaran mereka lakukan lewat daring. Sebenarnya tidak semua berjalan normal. Masih ada siswa yang harus ke sekolah juga untuk mengambil tugas dan mengumpulkannya. Para guru juga diatur kehadirannya di sekolah agar tetap bisa melayani dan tetap aman secara protokol kesehatan. Akhirnya beberapa bulan ini tidak setiap hari juga Pak Guru bisa menikmati perjalanan pagi ke sekolah.
Pagi ini jadwal mengajar Pak guru. Dia buka gawai dan mengklik logo classroom yang dijadikan sebagai media untuk berinteraksi dengan para siswa. Dia  juga menggunakan grup WA untuk mempermudah komunikasi langsung dengan para siswa. Baru  satu gawai tersebut sarana yang dia gunakan. Membeli laptop rencana yang belum bisa ditunaikannya. Yang penting fungsinya sama pikirnya.
"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak" sapanya di grup WA.
Kemudian dia padangi layar monitor menunggu jawaban para siswa. Dia  lebih suka mengawali pelajaran dan berdiskusi lewat Grup WA ini karena menurutnya lebih mudah berinterkasi. Sedangkan materi ajar dan tugas-tugas melalui classroom. Di sana lebih mudah memantau kemajuan belajar siswa. Awalnya semua berjalan sesuai keinginan. Lama kelaman pembelajaran daring ini tidak berjalan normal. Seperti pagi ini. Lama dia tunggu balasan salam mereka. Dia  hanya bisa  melihat di bawah tulisan nama grup kelas Kelas IX  tertulis Adul sedang mengetik... Siti sedang mengetik... kemudian hilang.
"Waalaikumsalam, pagi pak!" terpampang chat  Dawai di grup WA menjawab salam.
Masih ditunggunya jawaban yang lain. Dia intip pesan terbaca di chat yang dia tulis. Ternyata banyak yang membukanya. Pak Guru berpikir positif aja. Mungkin mereka menganggap chat Dawai ini sudah mewakili mereka semua. Dalam agama yang dia anut juga diajarkan satu salam dijawab oleh satu orang sudah menggugurkan kewajiban buat semua pikir pak Guru. Dia mulai pelajaran dengan berbicara langsung kepada siswa. Dia tekan dan tahan tombol warna hijau dengan gambar pelantang di grup WA.
 "Anak-anak, semoga kalian dalam keadaan sehat semua. Selasa yang lalu kita sudah mempelajari tentang unsur-unsur puisi. Nah hari ini kita akan belajar cara menulis puisi yang baik." Ucapnya.
Sebenarnya dia ingin  menggunakan aplikasi yang bisa bertatap muka langsung dengan mereka. Bahkan dia pernah mencoba. Namun banyak kendalanya terutama buat siswa. Mereka banyak yang tidak bisa masuk kelas dengan kendala signal kurang baik. 100 persen siswanya tinggal di desa. Belum lagi aplikasi tersebut menyedot  kuota internet yang cukup besar.
Pak guru tidak ingin lama-lama membuka pelajaran. Waktu terbatas sekali. Dia hanya mempunyai waktu 2x 40 menit menyampaikan materi sudah termasuk mengumpulkan tugas untuk evaluasi.
"Anak-anak berikut bapak akan  kirimkan video pembelajaran menulis puisi di grup WA ini. Bapak juga kirimkan di classroom. Di sana juga ada alamat web site yang bisa kalian baca. Nanti setelah selesai nonton dan baca kita diskusi di grup WA ini" jelas pak guru.
Dikirimnya video pembelajaran hasil buatannya sendiri. Semenjak pembelajaran jarak jauh banyak guru menambah kemampuannya. Begitu juga Pak Guru. Dia ikut pelatihan daring tentang pembuatan konten melalui video. Setelah  itu dia bertekad untuk bisa juga membuatnya. Dijualnya gawai lama miliknya. Kemudian dia beli gawai baru dengan tambahan tabungannya selama satu tahun.Â