gangster yang semakin marak, terutama yang melibatkan anak-anak di bawah umur, menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan pihak berwenang.
Mojokerto, sebuah daerah yang biasanya dikenal dengan nilai sejarah dan budayanya, akhir-akhir ini dihadapkan pada masalah serius yang mengancam keamanan dan masa depan generasi muda. FenomenaGangsterisme di Mojokerto bukanlah fenomena baru, tetapi keberadaannya yang semakin meningkat dan melibatkan anak-anak di bawah umur menimbulkan kekhawatiran yang mandalam. Banyak dari anak-anak ini bergabung dengan kelompok-kelompok kriminal karena berbagai alasan, termasuk tekanan teman sebaya, kondisi ekonomi yang sulit, hingga kurangnya perhatian dari keluarga. Mereka yang masih di usia sekolah ini seringkali menjadi pelaku tindak krimimal seperti perkelahian antar geng, pencurian, hingga penyalahgunaan narkoba.
Anak-anak di usia remaja seringkali berada dalam fase pencarian jati diri. Ketika mereka tidak mendapatkan arahan yang tepat dari keluarga atau lingkungan positif, mereka cenderung mencari pengakuan di tempat yang salah, seperti dalam kelompok gangster. Di dalam kelompok ini, mereka merasa dihargai dan dianggap 'lebih dewasa'. Selain itu, banyak anak yang tumbuh di lingkungan yang keras, di mana kejahatan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka melihat gangster sebagai sosok yang 'berkuasa' dan sering kali menjadi panutan yang keliru. Tanpa adanya pendidikan karakter yang kuat, anak-anak ini mudah terjerumus ke dalam kehidupan kriminal. Keluarga seharusnya menjadi benteng pertama yang melindungi anak-anak dari pengaruh negatif, namun dalam banyak kasus, peran keluarga sangat minim. Orang tua yang sibuk bekerja, kurangnya komunikasi yang efektif, atau bahkan adanya kekerasan dalam rumah tangga mendorong anak untuk mencari pelarian di luar rumah.
Terlibatnya anak di bawah umur dalam aktivitas gangster memiliki dampak yang sangat merugikan, baik bagi anak itu sendiri maupun masyarakat secara umum. Dari sisi anak, masa depan mereka menjadi terancam. Pendidikan yang seharusnya menjadi fokus utama tergantikan oleh kehidupan jalanan yang penuh dengan kekerasan dan kejahatan. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan mereka untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa depan. Dari sisi masyarakat, keberadaan gangster ini menimbulkan rasa tidak aman. Perkelahian antar geng yang sering kali menggunakan senjata tajam menciptakan ketakutan di kalangan warga. Selain itu, aktivitas kriminal yang dilakukan oleh anak-anak ini sering kali merugikan masyarakat, baik dari segi materi maupun psikologis.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang holistik. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
1. Pendidikan Karakter di Sekolah
Sekolah sebagai tempat pendidikan formal memiliki peraan penting dalam membentuk karakter anak. Kurikulum yang memasukkan karakter, moral, dan etika harus lebih ditekankan untuk membentengi anak-anak dari pengaruh negatif lingkungan.
2. Peningkatan Peran Keluarga
Orang tua perlu lebih sadar akan tanggung jawab mereka dalam mendidik anak. Komunikasi yang baik dan waktu yang berkualitas bersama anak dapat mencegah mereka dari terjerumus ke dalam pergaulan yang salah.
3. Program Rehabilitas dan Pendampingan
Bagi anak-anak yang sudah terlanjur terlibat dalam gangsterisme, diperlukan program rehabilitasi yang komprehensif. Pendampingan oleh psikolog, konselor, serta tokoh masyarakat yang peduli, dapat membantu anak-anak ini keluar dari jerat kehidupan gangster.