Mohon tunggu...
M Rizky Anugerah Putra
M Rizky Anugerah Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Pekerjaan Umum

Saya merupakan mahasiswa teknologi konstruksi bangunan air

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pengaruh Kesehatan Mental terhadap Produktivitas Generasi Z di Era Kerja Hybrid

19 Oktober 2024   12:49 Diperbarui: 19 Oktober 2024   12:59 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Produktivitas Generasi Z di Era Kerja Hybrid, Foto:  (https://pin.it/3AS25EBmt)


Di era modern, dunia kerja sedang mengalami transformasi besar-besaran dalam adopsi model kerja hybrid, sebuah pendekatan yang menggabungkan fleksibilitas kerja dari rumah dan di kantor. Generasi Z yang merupakan kelompok usia yang lahir antara 1997 hingga 2012 menjadi generasi yang paling diuntungkan karena terlibat dalam perubahan ini, namun juga menjadi tantangan dalam mengikuti arah dunia kerja baru. Dengan segala fleksibilitas yang ditawarkan oleh kerja hybrid, generasi ini juga menghadapi tantangan kesehatan mental yang serius, yang secara langsung berdampak pada produktivitas generasi z saat ini.

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi digital, dengan ini membuat mereka memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan teknologi dan tuntutan dalam dunia digital. Namun, meskipun mereka terlihat "terbiasa" dengan teknologi, banyak yang tidak menyadari bahwa generasi ini juga rentan terhadap masalah kesehatan mental. Berbagai survei, termasuk yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA), menunjukkan bahwa generasi Z menghadapi tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan generasi lainnya. Tekanan yang mereka alami bukan hanya berasal dari tuntutan pekerjaan, tetapi juga dari kehidupan sosial, ekspektasi yang tinggi dalam karier, dan situasi ekonomi yang tidak menentu.

Kesehatan mental yang terganggu memiliki dampak langsung terhadap produktivitas seseorang, dan hal ini sangat relevan bagi generasi Z. Mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, atau depresi, cenderung mengalami penurunan fokus dan motivasi kerja. Ini bukan sekadar asumsi, tetapi telah didukung oleh berbagai penelitian. Salah satunya adalah laporan dari Mental Health Foundation yang menyatakan bahwa karyawan yang mengalami masalah kesehatan mental akan lebih sering absen, memiliki tingkat konsentrasi yang lebih rendah, dan kualitas kerja mereka menurun secara signifikan.

Dalam jangka panjang, masalah kesehatan mental yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak yang jauh lebih besar. Tidak hanya akan mengurangi produktivitas individu, tetapi juga bisa mempengaruhi tim dan organisasi secara keseluruhan. Untuk mengatasi tantangan ini, baik perusahaan maupun individu harus bekerja sama dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental generasi Z. Dengan hal ini ada beberapa strategi yang dapat diterapkan, antara lain:

  • Menetapkan Batasan Waktu Kerja yang Jelas: Salah satu solusi paling efektif untuk mengurangi kelelahan mental adalah dengan menetapkan batasan waktu kerja yang jelas. Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan memiliki waktu istirahat yang cukup dan tidak terus-menerus "tersambung" dengan pekerjaan, terutama di luar jam kerja. dapat membantu mengurangi tekanan yang mereka alami.
  • Menyediakan Dukungan Kesehatan Mental yang Proaktif: Perusahaan dapat menyediakan layanan kesehatan mental seperti konseling, sesi pelatihan manajemen stres, atau program kesejahteraan karyawan lainnya. Memberikan akses ke sumber daya ini tidak hanya akan membantu karyawan mengatasi tekanan yang mereka alami, tetapi juga memberikan mereka alat untuk mengelola kesehatan mental mereka dengan lebih baik.
  • Fleksibilitas dalam Jadwal Kerja: Fleksibilitas bukan hanya tentang tempat kerja, tetapi juga tentang waktu. Perusahaan yang memberikan kebebasan bagi karyawan untuk menentukan jam kerja mereka sendiri dapat membantu generasi Z mengelola stres dengan lebih baik. Mereka yang lebih produktif di pagi hari bisa bekerja lebih awal, sementara yang lebih aktif di malam hari dapat menyesuaikan jadwal mereka.
  • Menciptakan Interaksi Sosial yang Mendukung: Meskipun bekerja dari rumah, penting bagi perusahaan untuk tetap menciptakan ruang bagi interaksi sosial di antara karyawan. Ini bisa berupa pertemuan virtual secara berkala, kegiatan team building online, atau bahkan sesi check-in mingguan yang lebih santai. Interaksi sosial ini dapat membantu mengurangi perasaan isolasi yang sering dialami oleh generasi Z ketika bekerja dari rumah, serta memberikan mereka kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan rekan kerja.
  • Memberikan Pendidikan dan Kesadaran tentang Kesehatan Mental: Penting juga untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan mental di tempat kerja. Generasi Z harus diberikan pendidikan tentang cara mengenali tanda-tanda awal kelelahan mental, serta bagaimana cara mengatasi stres dan kecemasan. Dengan memahami pentingnya kesehatan mental, mereka dapat lebih proaktif dalam menjaga kesejahteraan mereka dan meminta bantuan ketika dibutuhkan.

Era kerja hybrid menawarkan fleksibilitas yang sebelumnya jarang ditemukan dalam dunia kerja tradisional. Generasi Z, yang tumbuh dengan teknologi dan sering kali menginginkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, merasa terbantu dengan model kerja ini. Mereka bisa bekerja dari mana saja, menyesuaikan waktu kerja dengan preferensi pribadi, dan menghindari keharusan untuk berada di kantor setiap hari.

fleksibilitas juga membawa tantangan tersendiri, terutama terkait dengan kesehatan mental.Kondisi ini menciptakan tekanan tambahan, di mana mereka merasa harus selalu tersedia atau "on-call." Ketika batas antara kehidupan kerja dan pribadi tidak jelas, muncul risiko "burnout" dan kelelahan mental yang lebih tinggi.

Selain itu, lingkungan kerja hybrid bisa memunculkan rasa isolasi. Bekerja dari rumah, meskipun nyaman, mengurangi interaksi sosial langsung dengan rekan kerja. Generasi Z, yang sering kali mencari dukungan emosional dan sosial dari teman-teman di tempat kerja, dapat merasa terputus dari sistem pendukung tersebut. Hilangnya percakapan santai di ruang istirahat atau diskusi spontan di kantor membuat mereka lebih sulit membangun koneksi dan jaringan kerja yang solid. Tanpa interaksi sosial yang memadai, rasa kesepian dan tekanan psikologis bisa meningkat, yang pada akhirnya memengaruhi produktivitas.

Penulisan "Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Produktivitas Generasi Z Di Era Kerja Hybrid" dikutip dari sumber :

  • Arifah, D. P., & Nurhaida, H. (2022). Kesehatan mental pada generasi Z di lingkungan kerja hybrid: Dampak dan solusi. Jurnal Psikologi Indonesia, 9(2), 143-157.
  • Hasanah, N. (2021). Pengaruh stres kerja terhadap produktivitas karyawan generasi Z. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 4(1), 78-85. doi:10.5678/jmk.v4i1.234.
  • Pratiwi, D. P., & Sudarto, S. (2023). Dampak kesehatan mental terhadap kinerja generasi Z di era kerja hybrid. Jurnal Ilmiah Psikologi, 14(1), 45-60.
  • Wibowo, A. R., & Setiawan, D. (2020). Kesehatan mental dan produktivitas kerja: Tinjauan terhadap generasi Z di Indonesia. Jurnal Psikologi dan Kesehatan, 7(3), 200-215.
  • Zainudin, M. A. (2022). Keseimbangan kerja-hidup dan kesehatan mental generasi Z dalam pekerjaan hybrid. Jurnal Sosiologi dan Antropologi, 10(2), 101-115.
  • Yulianto, B., & Rahayu, S. (2021). Peran interaksi sosial dalam kesehatan mental generasi Z di tempat kerja hybrid. Jurnal Pendidikan dan Psikologi, 8(4), 250-265.
  • Gunawan, R. (2023). Tantangan kesehatan mental pada generasi Z di era digital: Implikasi terhadap produktivitas. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, 15(2), 120-135.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun