Mohon tunggu...
Moh.Rizky Abdillah
Moh.Rizky Abdillah Mohon Tunggu... Editor - Editor
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Feb/02

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Pekerja Keras

10 Maret 2022   19:37 Diperbarui: 10 Maret 2022   19:38 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Si Pekerja Keras

 

Halo pembaca setiaku, Alhamdulillah kita bertemu kembali di kesempatan kali ini, yang bertepatan pada hari Kamis, 10 Maret 2022. Kali ini saya akan menulis sebuah cerita tentang keluarga saya kembali, kalau kemaren tentang ibu saya, nah kesempatan kali ini saya bercerita tentang ayah saya, seseorang yang sangat keras sekali wataknya dan juga pekerja keras, baik kita mulai saja dari nol.

Perkenalkan namanya yaitu Matwari Syukur, nama Matwari di berikan oleh ayah nya sendiri atau kakek saya, dan kata Syukur diambil dari nama ayahnya, karena biasanya orang-orang sering memberikan nama ayahnya di belakang nama anak nya. Beliau akrap dipanggil dengan sapaan Matberi, karena kata orang-orang disekitar memanggil dengan nama Matwari itu terlalu sulit, jadi lebih enak dipanggil Matberi. Ayah saya lahir pada 13 Desember 1964, dan bertepatan pada hari Senin. Ayah lahir di Pulau Madura, berada di daerah Kabupaten Bangkalan.

Ayah memulai pendidikannya langsung ke Sekolah dasar (SD), karena pada saat itu tidak ada Taman Kanak-Kanak. Ayah masuk Sekolah Dasar di SDN Gebang 1, ketika saat itu Ayah telah berumur 8 tahun. Mungkin Ayah telah mempunyai teman ketika sebulum memasuki sekolah, karena yang bersekolah di SD itu rata-rata dari tetangga sendiri, jadi mungkin teman sebangku beliau adalah teman bermain ketika di rumah. Sekolah tersebut sama seperti sekolah pada umumnya yaitu masuk jam 07:00 dan pulang jam 12:00. Ayah berangkat sekolah biasanya berjalan kaki bersama teman-temannya, karena pada jaman dahulu disini masih jarang sekali orang yang mempunya kendaraan. Ayah bersekolah selama 6 tahun lamanya di bangku Sekolah Dasar, dan Alhamdulillah beliau lulus dan Ayah tidak mau melanjutkan ke jenjang selanjutnya.

Ketika beliau telah genap berumur 18 tahun, Ayah beliau mengajak beliau untuk bekerja dan Alhamdulillah beliau diterima di perusahaan pertamina, dan bekerja pelayaran di umur yang sangat muda. Ayah menyetujui kontraknya selama 3 tahun, ketika perusahaan yang ini  telah habis masa kontrak nya, Ayah pun memilih pindah perusahaan, Alhamdulillah beliau diterima di perusahaan yang bernama Shell Tanker, perusahaan ini adalah sebuah perusahaan minyak yang dimiliki oleh Negara Belanda. Beliau menyetujui kontraknya bersama perusahaan ini selama 7 tahun. Diumur Ayah yang telah menginjak kepala dua, lebih tepatnya waktu itu ber umur 27 tahun, Ayah pun menikahi seorang gadis muda yang ketika itu gadis itu ber umur 20 tahun. Yaa benar sekali gadis tersebut yaitu ibu kandung ku sendiri, yyang telah ku ceritakan di pertemuan sebelumnya. Mereka berselisih 7 tahun, Setelah menikah 5 tahun akhirnya anak pertama mereka pun lahir kedunia, pada Sabtu, 28 juni 1997, anak tersebut berjenis kelamin perempuan dan dia adalah mbak kandung ku. Setelah dari perusahaan ini Ayah memutuskan untuk pindah perusahaan lagi, beliau diterima di perusahaan yang dimiliki oleh Negara Italia, dan memdapatkan kontrak yang tidak lama, cuman 2 tahun.

Setelah kontrak telah selesai, beliau tidak memperpanjang kontraknya kembali, dan memutuskan untuk melamar di sebuah perusahan yang bernama Costa, beliau masuk di perusahaan ini pada tahun 2001, setelah menjalani hampir 1 tahun di perusahaan ini, ibu pun melahirkan seorang laki-laki yang lahir pada hari Sabtu, 02 februari 2002, laki-laki ini adalah aku. Ayah pergi berlayar di benua Eropa, yang biasanya beliau berada di tempat kerjanya selama 8-9 bulan dan setelah itu beliau pun pulang kerumah, ketika dirumah pun beliau tidak lama, mungkin cuman 2-3 bulan saja, selepas itu beliau berangkat bekerja lagi. Yaa begitulah kehidupan Ayah saya, yang sangat gigih dalam bekerja untuk membiayai istri dan anak-anak dirumah. Dan Alhamdulillah Ayah berada di perusahaan yang kali ini bertahan lama hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun