Terminal Condongcatur adalah salah satu terminal yang terletak di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta. Terminal tersebut  sangat berperan penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat di daerah Condongcatur. Dapat dilihat dari banyaknya kegiatan perekonomian diantaranya sopir, pedagang asongan, minimarket, warung, sampai tempat makan. Kegiatan tersebut tidak terlepas dari dinamika perekonomian yang mengalami pasang surut dikarenakan kebijakan pemerintah dan latar belakang masyarakat dari kalangan menegah ke bawah.
Sebagai pedagang yang bertempat di terminal Condongcatur, mereka mengaku bahwa kondisi ekonomi mereka sudah mencukupi kebutuhan hidup. Berdasarkan pernyataan ibu Ajeng Setyawati yang mengatakan bahwa kebutuhannya sudah terpenuhi ,mulai dari kebutuhan hidup keluarganya sampai pendidikan anaknya. Ibu Ajeng juga mengatakan bahwa biaya kios di Terminal Condongcatur jauh lebih murah daripada tempat-tempat lain.
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Ibu Maryani selaku pemilik toko kelontong yang bertempat di terminal tersebut. Bahwa hasil dari toko kelontong sudah mencukupi kebutuhan hidupnya yang sampai bisa meyekolahkan anaknya hingga lulus kuliah. Bahkan ibu Maryani juga mengikuti kegiatan seperti simpan pinjam dan bisa menabung program haji yang rencana bakal berangkat pada tahun 2023.
Tapi tidak secara terus menerus kondisinya berjalan baik. Ada saat terjadi pendapatan yang surut. Seperti yang di sampaikan Ibu Maryani bahwa ketika pengunjung terminal sepi yang biasanya terjadi selain hari libur dan hari besar, maka pendapatan tokonya bisa menurun drastis bahkan sampai mengalami kerugian. Kondisi serupa dialami oleh sopir bus di terminal. Mereka bisa merugi ketika tidak ada penumpang, di tambah harga bbm yang semakin mahal.
Selain masalah itu, ada beberapa masalah yang lain yaitu, sulitnya akses air, terbatasnya MCK dan tempat pembuangan sampah yang belum memadai. Itu membuat pedagang dan pengunjung di kawasan terminal tersebut kurang mendapatkan kenyamanan. Karena masalah-masalah tersebut juga merugikan pedagang, pasalnya mereka harus menambah biaya untuk membeli air dan mengelola sampah.
Keluh kesah juga disampaikan oleh para pedagang yang sering menemui konsumen yang tidak bertanggung jawab, misalkan banyak konsumen atau pengunjung yang hutang tetapi tidak di bayar, sehingga para pedagang merugi.
Dari berbagai masalah yang mereka hadapi, mereka berharap pemerintah dapat mendukung kegiatan ekonomi yang ada di terminal dengan lebih memperhatikan fasilitas-fasilitas yang belum memadai. Di sisi lain pedangang juga berharap kepada konsumen agar lebih bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H