Saya mengunjungi Bengkulu sekitar 3 tahun lalu saat melakoni dinas luar dalam rangka pekerjaan Saya sebagai konsultan akuntansi untuk Pemerintah Provinsi Bengkulu. Menetap di sana selama kurang lebih 2 tahun memberikan kesan yang cukup mendalam bagi Saya, dan keluarga (istri dan 1 anak yang waktu itu baru berumur 6 bulan). Suasana yang tenang dan penduduk lokal yang ramah cukup membuat kami betah walau harus berjauhan dengan keluarga besar di Jawa. Dalam periode 2 tahun di Bengkulu itu, Saya sempat mengunjungi beberapa tempat yang menjadi lokasi wisata baik yang eksotis secara visual seperti Pantai Panjang, maupun secara historis punya nilai sejarah yang tidak bisa dilupakan, seperti Rumah Pengasingan Bung Karno dan Fort Marlborough. Kali ini Saya mencoba bercerita atau lebih tepatnya melaporkan pandangan mata ketika Saya mengunjungi salah satu tapak tilas peninggalan Inggris di Bengkulu. Benteng Fort Marlborough Sekilas nama benteng ini mirip dengan nama salah satu produk rokok luar, sepintas dari cara pengucapannya. Entah apakah ada hubungannya antara kedua nama tersebut. Yang jelas Saya tidak akan membahas nama rokok tersebut dan kaitannya dengan benteng Marlborough, nanti ada yang kurang berkenan, hehehe.. Untuk mencapai Fort Marlborough tidaklah sulit. Kalau dengan angkot kuning, sebelum naik, pesanlah kepada Supir untuk mengantar ke daerah ‘Kampung’ atau lebih spesifik ke Benteng. Kampung adalah nama daerah lokasi benteng Marlborough. Namun perlu diingat, Kampung ini bukanlah trayek sebenarnya dari angkot kuning, tapi karena angkot di Bengkulu sangat fleksibel, maka kalau Supir oke, Ya berangkat. Sekitar 20 menit perjalanan, kita telah tiba di halaman Fort Marlborough. Lokasinya terletak di bibir pantai dan menghadap ke laut. Bisa jadi benteng Marlborough ini didirikan untuk menghadapi dan menyerang musuh yang berasal dari laut. Di sebelah benteng terdapat Kampung Cina yang desain jalannya mengingatkan Saya pada Jalan Kembang Jepun di Surabaya. Di atas jalan banyak bergantungan lampion dan pernak-pernik khas tionghoa. Mungkin ada asal mulanya yang membuat tempat itu dihuni oleh sekelompok orang Tionghoa sehingga menjadi Kampung Cina seperti sekarang ini. Kembali lagi ke Benteng Marlborough. Fyi, Benteng Marlborough dibangun pada periode tahun 1714 – 1719. Nama Marlborough sendiri diambil dari seorang bangsawan yang bernama John Curcill First Duke Of Marlborough. Sedangkan Salah satu Gubernur pendudukan Inggris yang terkenal dan pernah mendiami Benteng ini adalah Sir Thomas Stamford Raffles, yang namanya diabadikan menjadi nama bunga besar yang berbau tidak sedap atau Bunga Raflessia Arnodi. Nah, penemu Bunga Bangkai ini adalah Orang yang bernama Dr. Joseph Arnold, asisten dari Raffles, sehingga nama Arnoldi pada bunga bangkai diambil dari namanya. Bunga Bangkai sendiri, sampai saat ini Saya belum pernah melihat wujud nyatanya, hanya dari gambar-gambar, menurut cerita orang pemda, Bunga Bangkai ini tidak terlalu banyak tumbuh di Kota Bengkulu. Namun, tersebar ke beberapa Kabupaten di Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat. Tiket masuk Benteng ini sebesar Rp. 2.500,- per orang, cukup murah bila dibandingkan dengan ilmu dan pengetahuan sejarah yang akan kita dapatkan ketika memasukinya. Setelah melewati gerbang pintu masuk Utama, kita akan menjumpai semacam tulisan dalam bahasa Inggris yang diukir pada dua buah batu besar dan diletakkan pada dinding kiri dan kanan. Kalau sepintas Saya baca, sepertinya menceritakan awal-awal kedatangan Bangsawan Inggris di Bengkulu (CMIIW). Lebih ke dalam lagi setelah tulisan batu itu, akan kita jumpai 3 buah makam Residen Gubernur, yang nama-namanya disebutkan pada bingkai kayu. Mereka-mereka adalah Thomas Parr (Residen Gubernur), Charles Murray (Asisten), dan satu lagi tidak dikenal. Tidak ada lagi sumber yang menjelaskan tentang informasi 3 makam tersebut, selain bingkai kayu tersebut. [caption id="attachment_139" align="aligncenter" width="300" caption="makam residen"][/caption]
Sedikit berjalan ke dalam melewati jembatan, kita akan menjumpai Gerbang kedua tidak berpintu, yang menjadi gerbang masuk inti bangunan Benteng ini. Di sisi kanan, masih di dekat Gerbang ini, terdapat ruangan jaga / sel militer. Aura menyeramkan seketika Saya rasakan ketika memasuki ruangan ini. Selain gelap dan pengap, desain ruangan yang memang dipergunakan untuk Sel atau ruang tahanan menambah suasana menjadi tidak nyaman, tidak perlu rasanya Saya berlama-lama di ruangan ini. Di depan atau berhadapan dengan ruangan jaga / sel, ada ruangan yang berisi foto-foto sejarah Bengkulu, terdapat foto Raffles dan Asistennya Arnold, foto Fort Marlborough pada masa pendudukan Belanda, dan terdapat juga beberapa foto Bunga Bangkai yang fenomal itu. Di ujung ruangan ini terdapat ruang penjaga Harta yang sayangnya di kunci. Entah sengaja dikunci atau memang di ruangan itu masih menyimpan harta sehingga khawatir di curi, hehehe.. [caption id="attachment_140" align="alignnone" width="225" caption="Sir Stamford Raffles"]
[caption id="attachment_147" align="aligncenter" width="300" caption="Canon"]
[caption id="attachment_149" align="aligncenter" width="300" caption="Perkantoran East India Company"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H