Mohon tunggu...
irfan suriyadi
irfan suriyadi Mohon Tunggu... -

SEORANG PEMUDA KECIL YANG INGIN MEMBERIKAN PENUH RASA KEADILAN BAGI SETIAP MANUSIA

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kami Hidup dari Kopi Pahit

31 Juli 2017   21:53 Diperbarui: 17 November 2017   22:40 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebun tebu lampung barat, khususnya desa kami, Desa Purajaya mayoritas pekerjaan masyarakat di sana adalah petani kopi. Selain itu ada juga yang bekerja selain petani kopi seperti guru, bidan, perawat, dokter, berdagang dan lain-lain. 

Tapi, mereka juga memiliki kebun kopi mengapa karena pendapatan  masyarakat di sana, kebun kopi itu adalah penghasilan yang paling positif pertahunya meskipun setiap tahun musimnya berubah-ubah pendapatannya karena tergantung dengan cuacanya. Kalau hujan ya.. rada berkurang, begitupun dengan panas juga jadi harus sebanding hujan dan panasnya.

Negara kita Negara Republik Indonesia termasuk 3 besar setelah Brazil dan Vietnam dari 10 negara penghasil kopi terbanyak di dunia, yaitu sekitar 654.000 ton/tahun. Di Indonesia, penghasil kopi terbanyak jenis kopi arabica yaitu berada di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Sedangkan penghasil kopi jenis robusta terbanyak di indonesia yaitu diduduki oleh Lampung, khususnya Lampung Barat. Di sana, kurang lebih  ada 49 ribu hektar kebun kopi, dengan hasil produksi mencapai kurang lebih 48 ribu ton biji kopi pertahun.

Kopi itu adalah pendapatan petani yang tidak bisa di ganggu gugat, karena kopi itu penyambung hidup bagi petani-petani di sini.  Apa bila mereka rugi dengan penghasilan permusimnya, maka mereka akan kewalahan ekonominya. 

Misalkan, petani tersebut telah mengeluarkan modal untuk mengurus kebun kopi, seperti membeli pupuk, obat hama dan tentu tenaga untuk perawatannya. Petani-petani tersebut selalu berdoa kepada yang maha kuasa untuk dilancarkan musim dan dibanyakan penghasilanya. Sebab, apabila mereka mendapatkan banyak penghasilan, maka mereka akan senang dan gembira sekali. 

Tapi tergantung dengan harga kopi tersebut karena setiap harinya tokeh (bos kopi) mendapatkan informasi basis atau harga kopi dari masing-masing bosnya perhari,harga kopi ini berubah-ubah setiap harinya naik kadang juga turun kalau kopi kering kadar air di bawah 18 bisa memiliki harga 20 ribu ke atas sedangkan di atasnya bisa di bawah 20 ribu tapi melihat jenis kopi tersebut bersih atau tidak banyak gelundung (kopi pecah dan hitam) atau tidak.

Tokeh itu biasa panggilan untuk bos kopi di daerah kami mereka adalah penyambut kopi dari petani masing-masing setiap musimnya datang dengan pelayanan yang sangat maksimal apa bila harga pas tancap gas langsung ditimbang hehehe.

Keluarga kami turun temurun yakni mayoritas sejak dulu pembeli kopi yang biasa di sebut dengan tokeh,terutama orang tua saya beliau adalah pembeli kopi dari para petani sejak tahun 90an sejak itulah beliau sudah bergelut dengan dunia kopi atas pengalaman kerjanya ,alhamdullilah sejak itulah hingga sekarang telah mendapatkan hasil atas kerja kerasnya beliau.

Namun sekarang di desa kami telah banyak pembeli kopi lainnya ataupun saingan anatara pembeli kopi mereka mempunyai prinsip pembelian  masing-masing untuk bernegosiasi antar petani dan pembeli kopi ada yang berani membeli dengan harga tinggi maupun rendah tergantung keberanian pembeli atau tokeh yang membeli kopi tersebut biasanya tokeh yang kurang memiliki informasi atau kurang pengalamanlah yang sering membeli kopi dengan harga yang tinggi dan tidak memikirkan nasib harga kopi ke depan tetapi berbisnis dengan jual  beli tersebut harus mempunyai tekad dan kerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Jadikanlah sainganmu itu lawanmu seperti sedang bermain sepak bola semakin banyak pemain yang handal maka akan susah untuk kamu membobol gawang lawan mu,begitu pun dengan sainganmu berusaha semakin banyak lawan bisnismu yang akan di saingi semakin banyak juga pelajaran yang akan kamu pelajri dari kekalahanmu untuk mencapai suatu keberhasilanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun