Mohon tunggu...
Muhammad RifqiFawzi
Muhammad RifqiFawzi Mohon Tunggu... Lainnya - Sura jaya ningrat lebur denging pangestuti

panggil saja rifqi, lahir dari kota kecil ditengah jawa timur, pasuruan. Namun, tak menjadi alasan bagi rifqi untuk belajar dan berbagi pengalaman. dibesarkan lewat keluarga sederhana dengan ayah sebagai pegawai swasta dan bunda sebagai ibu rumah tangga yang baik. harapan besar tumbuh sebagai manusia yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menemukan Eksistensi Tuhan dalam Sains

14 Agustus 2021   21:10 Diperbarui: 14 Agustus 2021   21:42 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
God particle, Popescu Florinel Pentegos, May 14th, 2011. 

Manusia adalah suatu makhluk monodualisme yaitu manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dengan memegang peranan sebagai individu dan makhluk sosial sudah tentu manusia sangat memiliki beragam jenis sifat, karakter dan perilaku, sungguh sangat berbeda dengan beberapa makhluk lainnya yang hanya memiliki beberapa kecenderungan sifat, karakter dan perilaku. Bahkan, manusia juga memiliki keinginan yang tinggi untuk mengetahui dari mana mereka berasal & siapa penciptanya yang mungkin tidak semua makhluk hidup memikirkannya. itu semua terbukti dalam beberapa kejadian manusia dalam mencari siapa penciptanya, dari mulai mengidentifikasi "Matahari" sebagai tuhan sampai membuat tokoh tokoh Dewa/Dewi yang sampai saat ini sungguh banyak sekali pertentangan baik dari segi historis sampai penemuan arkeologis.

Dalam berlangsungnya perkembangan ilmu pengetahuan dan sains, manusia mulai mengembangkan teori-teori dasar yang dapat membantu manusia untuk mengetahui hal hal baru yang sebelumnya belum pernah ditemukan, sepertihalnya diawali dengan menemukan teori "Big-Bang" dimana manusia percaya bahwa alam semesta ini berawal dari satu kemudian meledak dan dari teori tersebut akhirnya manusia kembali menemukan adanya "Partikel Tuhan" yaitu suatu partikel Fundamental/Dasar sebagaimana partikel terkecil dan pendahulu dari pada partikel partikel lainnya. Akhirnya melalui ilmu ilmu sains tersebut manusia mengetahui bahwa bumi dan seluruh tata surya dan isinya ada, bergerak bukan karena hal yang tidak disengaja namun ada suatu zat yang memulainya.

Dan manusia sangat bisa menemukan "keberadaan atau Eksistensi Tuhan" lewat teori "Symmetry Physics" atau Fisika Simetri, didalam teori tersebut dipercaya bahwa alam dan seluruh semesta sebetulnya membatasi kesempurnaannya karena 1 hal dari hal yang lain adalah potongan dari ketidaksimetrisan yang lain lalu menjadikannya Sempurna. Kita bisa melihat buktinya, bahwa setiap hal yang kita jalani atau kita temui merupakan suatu ketidak simetrisan, tiada hal yang benar benar bisa simetri. sekeras apapun manusia untuk menyempurnakan suatu hal selalu akan ada hal yang menjadi "ketidaksimetrisan" walau ketidaksimetrisan tersebut pasti membawa manfaat bagi manusia. Seperti contoh melalui Hukum Bernauli pada sayap pesawat terbang, dimana perbedaan tekanan dan kecepatan antara permukaan atas sayap dengan bawah sayap justru membuat Pesawat memiliki gaya angkat dimana itu menguntungkan Pesawat itu sendiri, seperti juga layaknya Hukum Newton, Hukum Kekekalan Energi dan Hukum lainnya yang melibatkan persamaan dalam setiap perhitungannya namun disetiap persamaan tersebut perbedaan nilai cenderung menjadi adventage/keuntungan bagi kehidupan manusia sehari-hari.

Ini semua sebetulnya membuktikan bahwa dunia dan seluruh alam semesta berada didalam suatu ketidaksimetrisan yang bukan karena suatu hal yang tidak disengaja namun ada suatu zat yang merencanakan, menciptakan, mengendalikan. Sehingga ketika seluruh bagian dari pada ketidaksimetrisan itu bekerja justru menggiring kita untuk menemukan suatu kesempurnaan. Bahkan bayangkan jika kehidupan ini dan seluruh isinya sudah sempurna maka bisa dikatakan kehidupan ini sudah selesai/berakhir karena seluruh kehidupan ini bekerja karena ada ketidaksimetrisan didalamnya. Dan pada akhirnya ketidaksimetrisan suatu hal menyadarkan kita bahwa di dalam kehidupan ini kita hanya sebuah 1 bagian kecil dari miliaran ketidaksimetrisan yang lain untuk menjadikannya Sempurna.

Kehidupan seperti Makhluk, Manusia, Hewan, Tumbuhan dan Tata surya sampai kapanpun tidak akan bisa mencapai suatu titik kesempurnaan karena kita semua adalah suatu potongan dari potongan lain yang ketika digabungkan membentuk suatu ekosistem yang Sempurna yang hanya bisa diciptakan, direncanakan, dikendalikan oleh Ia yang Maha Sempurna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun