Mohon tunggu...
Muhammad RifqiFawzi
Muhammad RifqiFawzi Mohon Tunggu... Lainnya - Sura jaya ningrat lebur denging pangestuti

panggil saja rifqi, lahir dari kota kecil ditengah jawa timur, pasuruan. Namun, tak menjadi alasan bagi rifqi untuk belajar dan berbagi pengalaman. dibesarkan lewat keluarga sederhana dengan ayah sebagai pegawai swasta dan bunda sebagai ibu rumah tangga yang baik. harapan besar tumbuh sebagai manusia yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kemenangan Sejati ialah Kemenangan Atas Diri Sendiri

10 Mei 2021   12:03 Diperbarui: 10 Mei 2021   12:11 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Card Players , Paul Czanne, Oil on canvas, Muse d'Orsay, 1894-1895

Dalam beberapa kejadian pertikaian, permusuhan bahkan peperangan terbesar di Dunia layaknya World War I dan World War II kita dapat melihat skala permusuhan yang sangat besar, tidak jarang segala permusuhan itu terjadi diantara 1 dan kubu lainnya atau bahkan diantara beberapa kubu. kemenangan, kekuasaan serta kepemilikan adalah beberapa contoh penyebab sebuah pertikaian bisa terjadi. Bahkan di Indonesiapun pada tahun 1965, 1998 atau bahkan yang terdekat pada tahun 2019 awal sampai dengan 2019 akhir menjadi sebuah catatan sejarah pertikaian yang penting untuk bangsa ini. Bagaimana tidak, tidak stabilnya Indonesia dalam perpolitikan mengakibatkan pembelahan opini publik yang meluas baik itu dari pembahasan yang berbau kenegaraan sampai dengan isu isu hoaks yang tidak menyangkut tujuan berpolitik itu sendiri.

Sebetulnya itu semua adalah salah satu buah dari hasil ketidakpahaman masyarakat dari bagaimana cara meraih kemenangan yang sesungguhnya. Jika berbicara kemenangan maka kita harus membahas konteks "kemenangan" ini kepada suatu hal yang lebih micro dari pada macro, apakah itu? itu adalah kemenangan atas diri sendiri. Mungkin rasanya hal ini sudah basi dan sering dikatakan oleh beberapa Motivator atau beberapa tokoh penting namun bahkan sampai sekarang saya rasa banyak Masyarakat tidak mengimplementasikannya, itu menjadi salah satu indikasi bahwa banyak masyarakat belum paham seberapa penting kita sebagai Manusia untuk bisa mengendalikan diri sendiri.

lalu muncul pertanyaan, Mengapa perlu mengendalikan diri sendiri? karena pada dasarnya semua manusia mempunyai suatu naluri untuk "Bebas" kebebasan yang dimaksud adalah suatu kebebasan yang terbatas hanya kepada dirinya sendiri, maka dari itu timbul konsep ideologi Anarkisme yaitu ideologi yang menganut bahwa sebetulnya setiap individu sejak lahir memiliki naluri alami untuk bebas dan tidak terikat, tidak tertindas, tidak teratur, mereka mempunyai otonom atas dirinya masing masing. lalu apa hubungannya dengan pengendalian diri? kita tahu bahwa setiap manusia mempunyai kebebasan yang terbatas atas dirinya sendiri terlebih dahulu, mereka memiliki kebebasan berfikir serta bertindak sejak lahir. Namun, dengan sifat dasar manusia seperti itulah pentingnya manusia agar bisa mengontrol dirinya sendiri.

masuk kepada kehidupan sehari hari, ketika manusia yang bebas bisa mengonrol dirinya sendiri dengan baik, bagaimana ia bisa mengelola, mengontrol, memilah dan memilih terhadap seluruh pemikiran dan tindakan yang ia punya yang diimplementasikan kepada dirinya sendiri maka dapat dikatakan ia telah menang atau mengalahkan dirinya sendiri. itu sangat penting mengingat di era sekarang tak jarang banyak diantara kita yang tidak pandai mengontrol dirinya sendiri. Alhasil, timbul kegelisahan, kecemasan, kegalauan bahkan tindakan tindakan kriminalitas yang merugikan orang lain bisa timbul dari ketidakmampuan atas kontrol diri sendiri. ini menjadi hal dasar individu humanisme untuk berkehidupan dalam suatu tatanan masyarakat sesuai adat istiadat setempat/masing masing. dalam konteks ini kita masih berbicara kontrol atas diri kita yang mungkin tidak punya wewenang atau kekuasaan dalam suatu tatanan pemerintahan, bagaimana jika itu terjadi dengan mereka yang memegang suatu otoritas atau pemerintahan atau bahkan suatu pimpinan organisasi/partai tertentu? tak bisa mengendalikan dirinya sehingga muncul ego dan hawa nafsu atas kebijakan kebijakan yang dikeluarkan.

Maka pentingnya suatu wawasan pengendalian diri ini sebetulnya haruslah masuk kedalam kurikulum pendidikan, bagaimana generasi muda atau tunas tunas calon penerus ini diberikan edukasi sejak dini tentang pentingnya mengontrol diri sendiri. Dan untuk mengontrol diri sendiri ini ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk melatihnya, kita bisa memulai dengan tidak melihat permasalahan hanya dari satu sudut pandang, tidak menyimpulkan suatu permasalahan dengan hati yang penuh dengan amarah/kegelisahan, menenangkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum berfikir atau bertindak lebih jauh dan masih banyak hal yang dapat kita lakukan.

Didalam buku Stosisme mengontrol diri sendiri adalah salah satu hal yang dapat kita kendalikan diantaranya pikiran kita dan tindakan kita dan itu menjadi sebuah dasar bagaimana kita dapat mengontrol diri sendiri dan memenangkan diri sendiri sampai akhirnya kita dapat menemukan kemenangan sejati. Kemenangan itu sendiri memang bukan hanya tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah namun lebih jauh dari pada itu harus adanya kebenaran dinamis yang dapat kita petik disana, sehingga dalam suatu kompetisi menang atau kalah itu biasa dan yang tidak biasa atau hebat adalah Kemenangan atas diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun