Kesuksesan SpaceX dan Tesla telah menjadi saksi bagaimana kegilaan Elon Musk dalam berbisnis. Namun, tidak banyak yang mengetahui bagaimana pengorbanan Musk dan orang-orang di sekitarnya mewujudkan itu semua. Buku karya Ashlee Vance ini secara lengkap bercerita mengenai semua hal itu. Ashlee mencoba menggambarkan bagaimana masa kecil Musk sangat membentuk karakter kerasnya dalam memimpin perusahaan-perusahaan besarnya.
Keputusan-keputusan yang diambil tidak jarang menyakiti hati orang-orang di sekitarnya. Bahkan ia juga pernah memecat seorang wanita yang paling berpengaruh dan membantu sepanjang karir SpaceX. Dalam pembuatan buku ini, Musk sempat menolak permintaan restu Ashlee dalam pembuatan buku biografinya. Namun, akhirnya Musk memperbolehkannya dengan syarat Musk diberikan kesempatan kepadanya untuk mengoreksi setiap cerita yang dituliskan.Â
Tapi, Vance menolaknya, hal itu akan mencederai nilai orisinalitas dan profesionalitas dirinya. Berkat kegigihan Ashlee Vance Musk merestuinya tanpa syarat, mungkin Musk mengharagai atas kerja keras Ashlee pembuatan buku ini. Dalam buku ini Ashlee Vance benar-benar menggambarkan Musk dari berbagai sudut pandang secara utuh.
Jika saya boleh membandingkan, gambaran Vance atas Musk layaknya seperti gambaran Walter Issacson atas Steve Jobs dalam buku bestseller nya. Dalam buku ini, Ashlee Vance membagi ke dalam 11 bab yang menceritakan berdasarkan kronologi, dari Musk masa kecil, pembuatan startup pertamanya hingga kesuksesan SpaceX, Tesla, dan SolarCity.
Musk Kecil -- Bibit Fantasi dan Kutu buku yang Fanatik
Elon kecil hidup dalam keluarga yang berpendidikan, seorang ayah insinyur mesin dan elektro serta seorang ibu kutu buku yang cinta ilmu pengetahuan dengan sempat menjadi Miss Afrika pada masa mudanya. Kondisi Afrika Selatan yang kejam dan rasis saat itu menjadikan Elon Musk salah satu korban bully semasa sekolah.Â
Elon Musk kecil adalah seorang yang pemurung dan pendiam, tidak memiliki teman yang bisa ia ajak bermain. Sang adik Kimbal Musk mengetahui akan hal ini, dia adalah orang paling dekat dengan Musk yang selalu menemani Musk. Tak memiliki teman, hasrat persahabatan Musk jatuh pada buku. Buku menjadi pelarian Elon Musk atas kesendiriannya.Â
Musk masa kecil adalah seorang pecinta buku yang fanatik. "Bukanlah hal yang tidak biasa baginya untuk membaca sepuluh jam per hari" kata Kimbal Musk, adik Elon Musk.
Ketika mendapati Musk menghilang saat berlibur atau berbelanja, Kimbal dan adiknya, Maye, langsung mendatangi toko buku terdekat dan akan menemukan Musk di suatu tempat di ujung toko, duduk sambil membaca seperti orang kerasukan. Begitu juga sepulang sekolah, Musk akan mendatangi toko buku pada pukul 2 siang dan bertahan di sana hingga pukul 6 petang. Musk kecil rajin menyelami buku-buku fiksi dan komik-komik dan beberapa buku non fiksi. Ketika Musk meangalami krisis eksitensi akibat bullying, ia menyelesaikannya dengan membaca tulisan-tulisan filosofis dan ideologis, hingga berakhir pada ketertarikannya pada sains-fiksi.Â
Prinsip hidup yang dipegang hingga saat ini tidak bisa dilepaskan dari buku yang semasa kecil ia baca, The Hitchhiker's Guide to the Galaxy karya Douglas Adams, yang menjadi buku paling berpengaruh dalam membentuk karakternya saat ini. "Dia menunjukkan bahwa salah satu hal yang paling sulit untuk dilakukan ialah menentukan pertanyaan apa yang harus ditanyakan" kata Musk. Â Nampaknya fantasi Musk yang telah tertanam selama masa kecil menjadi modal utama dalam menciptakan karakter gila Elon seperti sekarang dalam mengembangkan SpaceX dan Tesla.Â
Banyak yang mengganggap sinis ide-ide gila Musk. Namun, Musk membuktikannya. Pembuktian SpaceX dan Teslanya adalah sains-fiksi yang menjadi nyata. Pengetahuan dalam buku-buku itu telah membentuk Elon Musk masa kini. Jadi tidak dapat diragukan lagi bahwa Elon Musk adalah kutu buku yang fanatic dan dari buku-buku fantasinya Musk menjadi orang yang memiliki ide-ide gila seperti sekarang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!