Tapi, Habibie memilih tantangan itu. Bagi seorang Habibie, kemandirian teknologi bangsa ini jauh lebih menantang dan membangkitkan nasionalisme dibandingkan pundi Dollar di negeri orang.
Dan, N-250 berhasil diterbangkan pertama kali di tahun 1995.
Dunia berdecak kagum. Mereka juga takut-takut tentunya, karena keahlian membuat pesawat adalah salah satu modal untuk menjadi negara adikuasa. Lihat Amerika, Rusia atau Eropa. Bukan tidak mungkin Indonesia negara adikuasa berikutnya.
Sayangnya, N-250 dihentikan karena ada krisis moneter. Ada yang bilang karena tekanan IMF juga. Ekonom menyatakan bahwa pilihan Habibie yang competitive advantage itu kurang cocok di Indonesia. Seharusnya, Indonesia fokus kepada comparatice advantage. Indonesia harus fokus dulu di pertanian, bukan di pesawat. Saya punya buku berjudul Habibinomic yang menceritakan model ekonomi yang dipilih Habibie.
Apapun kata ekonom, namun keberadaan N-250 berhasil memantik gairah anak negeri terhadap teknologi dirgantara bahwa Indonesia itu mampu lho. Sosoknya menunjukkan bahwa otak orang Indonesia itu jago. Sehingga negara lain jangan anggap remeh dengan negeri ini. Habibie memunculkan kepercayaan diri bangsa.
Habibie juga dikenal sebagai tokoh yang memadukan cinta dan intelektual. Kisah romantisnya dengan Ainun menginspirasi banyak orang. Film Habibie dan Ainun yang diperankan Reza dan Bunga Cinta Lestari sangat menyentuh hati. Itulah kisah cinta sejati. Jutaan penonton meneteskan air mata.
Selamat jalan Bapak Habibie. Semoga kelak akan lahir ribuan bahkan jutaan tokoh seperti dirimu di negeri ini.
Semoga Allah menempatkan dirimu di tempat terbaik dengan amal jariyah berupa ilmu dan kebaikan yang dirasakan warga dunia ketika menikmati penerbangan yang aman dan menyenangkan. Tidak berlebihan saya mengatakan bahwa ada jiwa Habibie di semua pesawat dunia. Â
Khusus warga negeri ini, pengabdian dan sosokmu kelak akan menginspirasi untuk melahirkan cinta dan kemandirian teknologi bagi generasi muda bangsa ini.
Amin ya Rabbal 'Alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H