masyarakat akan pentingnya pola hidup yang bersih dan sehat. Upaya ini bermaksud mengajak setiap individu dapat secara aktif menjaga kesehatan diri sendiri serta berkontribusi pada lingkungan sekitarnya. Gerakan ini bertujuan menciptakan masyarakat yang tidak hanya memiliki pengetahuan tentang kesehatan, tetapi juga mampu menerapkan kebiasaan yang mendukung kebersihan dan kesehatan secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. Melalui edukasi, informasi, dan komunikasi, PHBS membuka peluang bagi masyarakat untuk memahami, mengatasi masalah kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah serangkaian upaya untuk membangun kesadaran individu, keluarga, danPenerapan upaya PHBS di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang kompleks, mulai dari kurangnya kesadaran diri hingga kendala sosial ekonomi. Rendahnya pengetahuan mengenai pentingnya perilaku sehat seringkali menghambat perubahan pola hidup. Sebagian besar individu masih menganggap PHBS sebagai upaya yang tidak penting, seperti mencuci tangan dengan sabun atau membuang sampah pada tempatnya, meskipun tanpa disadari dampaknya signifikan terhadap kesehatan. Selain itu, masih terdapat banyak promosi dan iklan produk tidak sehat, seperti rokok dan makanan cepat saji, semakin memperburuk kesadaran ini. Faktor sosial ekonomi, seperti rendahnya tingkat pendidikan dan penghasilan, turut memengaruhi kemampuan masyarakat untuk memahami dan menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari.
Khususnya di Indonesia, tantangan budaya dan infrastruktur juga menjadi penghambat utama. Beberapa kebiasaan tradisional, seperti buang air besar sembarangan, masih dianggap wajar di sejumlah daerah karena telah menjadi bagian dari adat. Mengubah kebiasaan semacam ini memerlukan pendekatan yang menghormati nilai-nilai lokal. Selain itu, kurangnya akses terhadap fasilitas dasar, seperti air bersih, sanitasi layak, dan layanan kesehatan, terutama di wilayah terpencil, membuat masyarakat kesulitan menerapkan PHBS meskipun memiliki niat. Diperlukan upaya terpadu untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, termasuk penguatan regulasi, peningkatan pendidikan kesehatan, serta pembangunan infrastruktur yang merata dan berkelanjutan.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus dimulai dari tatanan rumah tangga karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi kesehatannya. Tantangan dalam penerapan PHBS di tatanan rumah tangga disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan sebagai modal utama pembangunan masa depan. Banyak keluarga belum memahami bahwa buruknya sanitasi, sulitnya akses air bersih, dan kurangnya pengetahuan tentang hygiene menjadi faktor utama penyebab berbagai penyakit, seperti diare. World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa sebagian besar kematian akibat diare disebabkan oleh air minum yang tidak layak dan sanitasi yang buruk. Sebagai upaya mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pemberdayaan rumah tangga melalui penyuluhan, media edukasi, dan peran aktif tokoh masyarakat dalam menyosialisasikan PHBS. Pemerintah dan dinas kesehatan juga harus meningkatkan promosi kesehatan secara konsisten agar masyarakat lebih memahami pentingnya kebersihan dan mampu menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga secara berkelanjutan, sekaligus mengurangi risiko penyakit di masa depan.
Penerapan PHBS di lingkungan sekolah di Indonesia mencakup rendahnya kesadaran dan partisipasi siswa, guru, dan masyarakat sekolah dalam menerapkan kebiasaan sehat, meskipun manfaatnya sangat signifikan. Praktik seperti mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan sehat, menggunakan jamban yang bersih, berolahraga teratur, dan menjaga kebersihan lingkungan sering kali belum sepenuhnya dipraktikkan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, cakupan PHBS di sekolah pada tahun 2018 hanya mencapai 35,8%, jauh di bawah target nasional sebesar 70%. Rendahnya implementasi ini berkontribusi pada tingginya angka penyakit seperti diare, yang menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai daerah, termasuk Sulawesi Tengah. Faktor penyebabnya meliputi kurangnya pengetahuan, minimnya dukungan dari guru dan orang tua, terbatasnya peran tenaga kesehatan, serta kurang memadainya fasilitas pendukung di sekolah. Akibatnya, penyakit seperti diare, cacingan, gizi buruk, dan penyakit kulit masih menjadi ancaman, yang tidak hanya menurunkan kualitas hidup siswa, tetapi juga memengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia secara keseluruhan.
Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Indonesia secara umum masih menghadapi berbagai tantangan serius yang berakar pada rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan. Masyarakat Indonesia hingga saai ini masih memandang PHBS sebagai praktik sederhana, dan tidak perlu dilakukan secara rutin. Kondisi ini diperparah oleh terbatasnya akses terhadap sarana dasar, seperti air bersih dan sanitasi layak, khususnya di wilayah pedesaan dan terpencil. Selain itu, faktor sosial-ekonomi, termasuk kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan, semakin menghambat penerapan PHBS secara merata. Regulasi yang kurang tegas serta minimnya pengawasan dari pihak pemerintah menambah kompleksitas permasalahan. Kebiasaan budaya yang bertentangan dengan prinsip hidup sehat, ditambah dengan promosi kesehatan yang masih belum optimal, semakin memperumit upaya untuk mengintegrasikan PHBS ke dalam kehidupan masyarakat.
Langkah yang dapat dilakukan sebagai upaya awal untuk mengatasi tantangan PHBS di Indonesia sebenarnya adalah diperlukannya peningkatan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya perilaku sehat melalui berbagai saluran komunikasi, serta penguatan peran pemerintah dan masyarakat dalam mempromosikan PHBS. Hal ini perlu ditekankan dan dimulai sejak dini untuk menanamkan pemikiran dan kebiasaan terkait PHBS. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang mendukung seperti fasilitas sanitasi yang layak, sangat penting untuk mempermudah penerapan PHBS, terutama di daerah terpencil. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, tenaga kesehatan, dan masyarakat juga diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, termasuk dalam sektor pendidikan dan rumah tangga. Regulasi yang lebih ketat dan pengawasan yang konsisten juga diperlukan untuk memastikan keberhasilan implementasi PHBS di semua tatanan masyarakat dalam jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H