Mohon tunggu...
Ibrahim Aji
Ibrahim Aji Mohon Tunggu... Insinyur - self learner

as long as I live, so long do I learn

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pada Akhirnya Rasa Ini Akan Padam Juga

15 Juni 2015   08:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Di buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan karya Salim A. Fillah, tersurat kata - kata "Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab..(Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, dalam Raudhatil Muhibbin)". Kata - kata ini sungguh membuatku terpikir kembali tentang perasaan ini. Membuatku bertanya "Bagaimana bisa perasaan cinta ini muncul dari yang tiada menjadi ada?", tidak perlu waktu lama aku untuk berpikir tentang, semua sesuatu terjadi pasti karena suatu sebab. Begitu juga rasa cinta, cinta orang tua kepada anaknya, cinta kakak pada adiknya, cinta muslim pada muslim yang lain, cinta seseorang terhadap benda yang disenanginya, dan tentunya, cinta seorang pria terhadap seorang wanita. Cinta membutuhkan sebab.

Pepatah Jawa yang sangat terkenal mengatakan, "Witing Tresno Jalaran Soko Kulino", yang aku tangkap makna dari pepatah ini adalah tentang sebab datangnya cinta karena adanya pembiasaan. Bisa karena biasa, bisa cinta juga karena biasa. Biasa apa? Biasa bertemu, bisa berbincang, biasa jalan bersama dengannya. Semua itu menumbuhkan rasa cinta. 

Mungkin semua orang sudah mengerti tentang hal itu, tetapi untuk seorang yang dimabuk cinta, aku yakin tidak pernah akan terlintas alasan logis dalam mencinta. Segalanya abstrak dan tidak rasional. Apalagi jika yang dicintainya adalah orang yang salah. Orang yang seharusnya tidak boleh untuk dicinta, sebagaimana cintanya pria terhadap wanita. Dimulai dari pertama kali bertemu, berlanjut pada pertemuan kedua dan seterusnya. Dari pertama kali mengirim BBM/WA, berlanjut pada kiriman BBM/WA kedua dan seterusnya. Tidak ada yang salah dengan ini sebenarnya. Membantu orang lain menurutku baik, ketika ada masalah kemudian bercerita tentang masalahnya adalah wajar. Tetapi salah, ketika hubungan ini malah menimbulkan rasa cinta. Entah hanya pria nya, atau hanya wanita nya, atau bahkan dua - duanya. Lebih salah lagi ketika satu orang atau dua - duanya seharusnya dilarang untuk mencinta, dan dilarang untuk dicinta disebabkan karena sudah memiliki suatu ikatan. Ketika ada rasa cinta, sudah tentu harus dihentikan sebelum semua berantakan. Sebelum terjadi bencana lebih besar.

Tentunya hal ini tidak mudah karena kembali lagi, seorang yang dimabuk cinta kurang mampu untuk berpikir logis. Seseorang harus mengingatkannya untuk berhenti. Seseorang yang tahu itu salah, dan ingin menyelesaikannya dengan baik. Bukan menghentikannya dengan sikap yang tidak patut atau langsung menutup hubungan. Memang kadang, sedikit "goncangan" dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang. Pernah berpikir tentang, mungkin contohnya ada orang yang memusuhi kita, atau seorang anak yang dipaksa untuk bersekolah di tempat yang tidak diinginkannya, orang tuanya akan marah jika anak melawan. Nah, "goncangan" tersebut tentunya bisa sedikit membantu untuk menyadarkan diri kita, minimal untuk mengambil hikmah dari semua itu. Tapi, ketika suatu masalah bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik, kenapa tidak?Seseorang yang dewasa dapat dilihat dari bagaimana dia menyikapi suatu masalah. Bagaimana dia mencari solusi dari suatu permasalahan. Tentu dia akan mengambil jalan yang paling baik, yang memberikan kebaikan untuk semua orang. Menjaga perasaan semua orang, walaupun mungkin terdengar agak menyakitkan di awal. Semua harus dilakukan, demi kebaikan bersama. Kebaikan untuk pencinta dan yang dicintainya. Karena, ketika salah satu diantara keduanya sudah memiliki ikatan, hubungan percintaan tentunya keliru dan perlu dibenarkan. Perlu dikembalikan ke jalan yang benar. Back to the track. Komunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk membalikan keadaan ini. Menurutku, tanpa komunikasi malah akan membuat salah satu diantaranya merasa tersakiti. Bayangkan, bagaimana ketika Anda dekat dengan seseorang kemudian tiba - tiba langsung putus komunikasi? Tentunya Anda akan berpikir macam - macam, entah berpikir orang yang menutup komunikasinya jahat, atau menyalahkan diri sendiri, akan jauh lebih baik bila semua dikomunikasikan. Namun, berkomunikasi dengan orang yang sedang dimabuk cinta, akan sulit mengingat dia tidak bisa berpikir logis. Walaupun sudah diberikan alasan logis, orang itu tidak bisa memprosesnya menjadi sebuah kesimpulan logis, namun abstrak. Hasilnya adalah pemikiran yang intinya adalah, tidak mungkin bisa menerima untuk memutuskan suatu hubungan. Pasti menolak. Ataupun, berkata menerima namun sebenarnya menolak dilihat dari sikapnya. Kembali lagi dengan cara orang dewasa yang ingin semuanya berjalan baik. Seperti yang sudah dituliskan, dia akan memikirkan cara yang terbaik. Seperti, masih diberi kesempatan untuk berhubungan namun intensitasnya dikurangi. Orang seperti ini benar - benar menjaga perasaan orang lain, seraya memberikan waktu untuk dia agar berpikir logis. Dan hasilnya? Menurutku memang sangat efektif. Waktu mengubah segalanya. Lenyapnya sebab juga pelan - pelan memadamkan rasa cinta. Pelan tapi pasti dan yang terpenting, tidak ada yang merasa tersakiti.  Sebab rasa ini adalah karena pembiasaan. Ketika sebab pelan - pelan dihilangkan, rasa tentu juga akan hilang. Awalnya memang akan terjadi komplikasi penyakit seperti gegana (gelisah, galau, merana). Ada yang bilang cinta itu seperti candu, love make addicted. Mungkin bisa disamakan dengan kecanduan rokok, sehari saja tidak merokok kata pecandu rokok lidah pahit ataupun badan tidak enak. Entahlah, aku bukan perokok. Begitu juga ketika sehari saja tidak bertemu, tidak berkirim pesan dengan yang dicintai, pasti akan ada sesuatu yang tidak enak terjadi. Ada yang hilang. Namun seiring berjalannya waktu, aku yakin perasaan itu akan hilang, dan ketika kepala dan hati sudah dingin, logika pun akan memainkan perannya sehingga bisa menerima apa yang benar. Waktu akan menjawab semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun