Mohon tunggu...
Mrhrtn88 Mrhrtn88
Mrhrtn88 Mrhrtn88 Mohon Tunggu... -

Saat ini seorang mahasiswa pasca sarjana teknik material di Singapura.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Antara Pemanasan Global, Climategate dan Ekonomi Global

19 Desember 2009   21:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:52 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar akhir November lalu, peristiwa terkuaknya korespondensi email antara para ilmuwan di CRU  (Climate Research Unit / Unit penelitian iklim bertempat di East Anglia, Inggris)  kepada publik atau lebih dikenal dengan sebutan  "Climategate", telah memberi sekelumit fakta unik mengenai pemanasan global. Skandal ini memperoleh banyak sorotan publik terutama di negara maju seperti Amerika, yang tengah gencar-gencarnya memperjuangkan kampanye penurunan 'global warming', salah satunya melalui pengurangan emisi CO2 oleh Industri, yang ditengarai sebagai salah satu biang dari pemanasan global.

Ratusan email yang awalnya dipublikasikan oleh 'hacker' tak dikenal di situs Rusia tersebut banyak berisi tentang kebingungan di antara para ilmuwan iklim CRU mengenai data yang mereka kumpulkan dalam periode 10 tahun terakhir. Rupanya temperatur bumi yang mereka prediksikan akan naik ('warming'), malah pada kenyataanya semakin menurun ('cooling').

Skandal ini tentunya memperkuat argumen kaum ilmuwan lain yang sejak lama telah skeptis terhadap pemanasan global, di mana mereka berpendapat bahwa fenomena ini merupakan suatu siklus alamiah, bahkan temperatur di jaman medieval dikatakan jauh lebih panas daripada yang kita rasakan saat ini. Tentunya argumen mereka ini juga didukung oleh fakta penelitian ilmiah yang mereka lakukan, seperti hasil pengukuran radiasi dari bumi secara langsung melalui satelit, sementara para ilmuwan di CRU lebih mengandalkan simulasi komputer untuk memprediksi trend temperatur. Sayangnya hasil penelitian para ilmuwan yang skeptis tadi tidak banyak tersiar, jangankan kepada public, pendapat para skeptis tersebut seringkali tidak disambut hangat di kalangan para ilmuwan sendiri. Tak ayal, hasil penelitian mereka banyak yang dengan ‘sengaja’ tidak dapat dipublikasikan di jurnal ilmiah.

Lord Christopher Monckton, mantan penasehat PM Inggris Margaret Theatcher, dalam suatu wawancara mengungkapkan bahwa perihal pemanasan global telah memperoleh publikasi berlebihan oleh media dan cenderung tereksploitasi oleh beberapa oknum untuk kepentingan ekonomi. Al Gore misalnya, melalui film dokumenter peraih piala Oscar “The Inconvenient Truth” , ternyata telah mengungkapkan fakta yang terlalu dibesar-besarkan mengenai peranan CO2 dalam pemanasan global. Pada kenyataanya peranan CO2 sebagai ‘greenhouse gasses’ sangat amatlah kecil, di mana bila seluruh dunia menghentikan emisi CO2 secara total selama 30 tahun pun, hanya mampu menurunkan suhu bumi sebesar 1 derajat Celsius saja.

Jadi apakah kaitan antara skandal ini dengan ekonomi global?

Kita mungkin sempat membaca mengenai konferensi iklim yang diselenggarakan di Kopenhagen (Denmark) awal Desember ini. Dalam konferensi ini banyak dibahas mengenai kesepakatan pemberlakuan karbon kredit kepada negara industri penghasil CO2. Argumen di balik karbon kredit ini adalah sebagai berikut: walaupun emisi karbon dari negara maju kawasan Eropa atau America berkurang, apabila emisi karbon dari negara berkembang seperti India dan Cina meningkat maka jumlah CO2 di atmosfer pun akan tetap pada level yang sama atau bahkan semakin meningkat. Melalui kerja sama ini, tiap negara yang berhasil mengurangi level pengeluaran karbon mereka dalam jangka waktu tertentu akan memperoleh karbon kredit. Karbon kredit ini dapat dijual kepada negara lain sebagai “ijin” bagi negara pembeli untuk menghasilkan karbon industri pada level yang senilai dengan yang berhasil dikurangi oleh negara ‘penjual’. Kesepakatan ini tentunya menyulitkan dan seakan menghambat pertumbuhan negara berkembang yang lebih mengandalkan pendapatan mereka dari bidang industri dibandingkan negara maju. Perlu diketahui pula bahwa PBB memperoleh data perihal pemanasan global ini dari ilmuwan CRU. Sehingga tak heran, terkuaknya skandal ‘Climategate’ ini seakan menjadi pemicu aksi oleh beberapa negara untuk tidak mendukung kesepakatan yang terkesan berat sebelah tersebut.

Kiranya melalui peristiwa ini, kita dapat belajar untuk tidak hanya menelan suatu argumen mentah-mentah namun juga terus menerus bersikap kritis untuk menguji dan mengkaji kebsahannya dari berbagai sisi.

Salam

Beberapa sumber: http://www.eastangliaemails.com/index.php http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_scientists_opposing_the_mainstream_scientific_assessment_of_global_warming http://www.youtube.com/watch?v=JIrqt9597Uw&feature=related

http://www.youtube.com/watch?v=vyuKOtIryis

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun