Mohon tunggu...
Muhammad razin ayatul hayy
Muhammad razin ayatul hayy Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswa iain jember

mahasiswa IAT 3

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenikmatan Korupsi yang Membangkitkan Jiwa Nasionalisme

5 November 2019   08:40 Diperbarui: 5 November 2019   08:43 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Korupsi memiliki arti pembusuka. tapi, akan lebih layak jika korupsi disebut sebagai suatu hal busuk yang penuh kenikmatan.

Cukup membuat suatu negara miris dan menelan ludah untuk menerima kenyataan ini. Bagaimana tidak kalau dari sebuah data negara tersebut memang berada dalam posisi sepuluh besar negara terkorup di dunia.

Tak heran, seperti halnya saja sekarang, rakyat di negerinya sedang dibuat tercengang kembali dengan kasus korupsi. Korupsi, lagi-lagi korupsi.

Sudah cukup lama suatu bangsa terpuruk, tampaknya sulit bangkit dan berdiri didepan bangsa-bangsa lain. Untuk level Asia Tenggara saja sering kali negara kecil seperti Malaysia dan Singapura mempermalukan suatu negara, ironi memang. Pada hal dulu suatu bangsa pernah tampil memimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk mengimbangi hegemoni blok barat dan komunis.

Berulang kali negara Malaysia dan Singapura mempermalukan suatu negara begitu juga dengan Australia dan negara-negara lain yang ingin memanfaatkan kelemahan suatu bangsa, contohnya soal perbatasan negara, penangkapan petugas perairan, pembakaran kapal-kapal nelayan di suatu bangsa, pencurian kayu, pencurian pasir, pencurian ikan dan sebagainya. Hal-hal tersebut dilakukan tanpa mereka gentar terhadap bangsa tersebut.

Mereka tidak takut karena mereka tahu kita memang lemah mereka melihat bangsa tersebut belum mampu bangkit dari keterpurukan baik keterpurukan ekonomi, hukum, politik, sosial bahkan mungkin budaya. Mereka tahu isi perut kita dimana sering kali berkelahi atau berdebat yang ujung-ujungnya hanya untuk mendapatkan kemudahan atau keuntungan pribadi dan golongan saja, kalaupun dalam perdebatan itu dikatakan untuk kepentingan bangsa tetapi tetap didalamnya terselip kepentingan pribadi dan golongan.

Sampai suatu saat ada seseorang yang suka membantu suatu masyarakat atau orang yang lagi kesuahan dan dia diberi ucapan terimakasih oleh masyarakat yang kesusahan tapi dia tidak ingin terimakasih yang dia inginkan adalah meyalurkan ideologinya yaitu bantulah tiga orang lalu memintanya untuk membantu tiga orang lagi.

Dan ketika seseorang itu melihat kesewenang-wenangan seorang menteri dia tidak bisa tinggal diam karena kehinaannya dia langsung melawan. Pada saat melawan dia dianggap salah menurut hukum dan dianggap sebagai teroris ketika dia membawa dan ingin menyalamatkan presidennya saat tertembak oleh menteri tersebut dan dibuat berita hoax olehnya.

Kemudian saat ideologi tersebut telah menyebar keseluruh masyarakat dan membangkitkan jiwa nasionalismenya serta mengetahui bahwa orang yang menyebarkan ideologi tersebut adalah orang di anggap teroris oleh menteri dan hukum. Maka seluruh masyarakat pun membantu dan membela seseorang yang dianggap teroris tersebut.

Jadi, dapat kita ketahui bahwa semua perjalanan kebaikan maupun kejahatan pasti akan memiliki hikmah tersendiri. Seperti yang di terangkan diatas bahwa korupsi aja ada hikmah nya apa lagi gak korupsi pasti lebih berkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun