Pasca bentrokan antarwarga di Desa Hualoy, Kec. Kairatu, Kab. Seram Bagian Barat (SBB) pada tanggal 29 Desember 2012 lalu yang mengakibatkan lima orang meninggal dunia dan sembilan orang mengalami luka-luka, Polres Maluku Tengah (Malteng) terus melakukan penyelidikan atas terbunuhnya sejumlah warga Desa Sepa, Kab. Maluku Tengah di desa tersebut.
[caption id="attachment_232992" align="aligncenter" width="562" caption="Desa Kamarian-Desa Hualoi-Desa Sepa"][/caption]
Hingga kemarin, 1 Januari 2013 sudah tujuh orang warga Desa Hualoy ditahan aparat kepolisian karena diduga ikut terlibat dalam pembunuhan. Empat orang diamankan pada hari kedua setelah bentrokan dan tiga orang lainnya diamankan pada malam pergantian tahun (31/12). Saat ini mereka tengah menjalani pemeriksaan di Reskrimum Polres Malteng.
Kapolres Malteng AKBP Udi Juswanto mengatakan ketujuh pelaku yang diduga terlibat dalam pembunuhan di Desa Hualoy ditangkap di kawasan perkampungan setelah kembali dari tempat persembunyiannya di hutan.
Namun bagi warga Desa Sepa, hal itu belumlah cukup dan berharap Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah segera memindahkan Pegawai Negeri Sipil asal Hualoi ke SBB untuk menghindari aksi balas dendam.
“Pindahkan mereka bila ingin kondisi keamanan di Masohi bisa terjaga. Karena kita tidak bisa menjamin tidak ada aksi balasan dari warga yang anggota keluarganya dibantai,” tegas Tokoh Pemuda Sepa Tahir Hatalea dalam pertemuan antara Pemkab Maluku Tengah dengan masyarakat Desa Sepa.
Pertemuan yang digagas langsung oleh Bupati Malteng Abua Tuasikal ini dihadiri pula oleh Kapolres Malteng, Plt Sekkab Malteng Ibrahim Umarella, Raja Sepa Abdul Rauf Amahoru, tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat setempat sebagai upaya meredam konflik berkepanjangan.
Dilain pihak Bupati SBB Jacobus Puttileihalat mengatakan bahwa pemerintah akan mengawal proses penegakan hukum dalam kasus tersebut dan berjanji akan membahas dengan pihak yang terkait atas keinginan evakuasi warga Desa Hualoy dari Desa Sepa. Namun ia juga berharap agar semua masyarakat Desa Sepa dapat menahan diri dan tidak melakukan tindakan anarkis dalam bentuk apapun yang akan mengorbankan rasa aman seluruh masyarakat.
“Semua orang mengutuk perbuatan itu dan berempati terhadap mereka yang meninggal. Untuk itu jangan ada tindakan-tindakan yang kemudian bisa mengakibatkan empati masyarakat hilang,” pesannya.
Catatan :
Pasca bentrokan, sebanyak 209 warga Desa Hualoy yang ada di wilayah Kota Masohi, Kabupaten Malteng dan sekitarnya meminta perlindungan ke Polres Malteng. Dua hari di Polres Malteng, mereka dipindahkan ke Mako Yonif 733/Kabaressi sebelum malam pergantian tahun karena alasan keamanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H