Saya akan menceritakan sedikit pengalaman pribadi saya di masa MA (Madrasah Aliyah).Â
Saya adalah alumni salah satu pesantren di Jombang. Beberapa tahun yang lalu tepat di kelas X MA, saya mengalami sakit yang luar biasa di bagian punggung. Awalnya saya kira cuma kecapekan biasa,lama kelamaan semakin parah. Dari bangun tidur,jalan kekamar mandi, Sampai tidur pun dibantu teman. Akhirnya saya telpon ke orang tua saya, bilang kalau saya sakit dan tidak kuat menahan rasa sakit.
Keesokan harinya orang tua saya datang dan mengizinkan saya ke pengurus pondok. Diperjalanan saya kesakitan ketika melewati jalan yang bergeronjal. Sesampai di rumah saya dibantu turun dari sepeda, dibopong masuk kerumah, rasanya seperti orang lumpuh tapi tidak mati rasa. Pagi hari nya saya dibawa ke puskesmas,disuruh cek lab, dan nunggu beberapa hari hasilnya keluar.
Setelah beberapa hari akhirnya hasil lab keluar,dan hasilnya positif. Saya terkena Spondilitis TBC (TB tulang). Saya di rujuk ke RS, karna penyakit saya sudah sangat parah. Ngangkat kaki aja susah apalagi jalan jadi harus pakai kursi roda kalaupun dirumah di bopong sama orang tua.Â
Saya disuruh dokter RS Rontgen, cek darah, MRI, tes dahak, dll. Setelah keluar semua hasilnya saya disarankan untuk operasi,karna tulang belakang saya sudah keropos dan hampir patah. Kalau sampai telat bisa lumpuh selamanya, kata dokter. Dan akhirnya orang tua saya menyetujui.
Beberapa bulan kemudian akhirnya saya di operasi. Tepat tanggal 8 April 2019 saya opname, besok paginya saya operasi tiba-tiba entah jam berapa saya sudah ada di ruang ICU dengan perawat dan pasien yang lain. Mata saya berat mungkin karna efek bius. Saya tidak boleh banyak gerak karna belum memakai korset kesehatan. Sehari semalam menginap di ICU rasanya menakutkan, ada pasien disebelah saya yang dari selesai operasi tidak sadar kan diri dan di tengah malam orang nya kejang,monitor nya bunyi. Betapa takutnya saya malam itu.
Keesokan harinya saya dipindah ke kamar inap, sebelumnya saya di bawa keruang Rontgen dulu untuk mengetahui hasilnya. Dikamar saya di pakaikan korset agar ketika dibuat bergerak jaitannya tetap aman.Â
Hari pertama setelah operasi saya dilatih duduk dengan kasur yang di tegakkan agar lemas. Selanjutnya lepas selang, dan lepas infus, dan yang terakhir saya latihan jalan.
Alhamdulillah betapa senangnya saya saat memapahkan kaki tanpa bantuan. Tangisan haru dalam hati pecah. Meskipun sudah kembali seperti dulu tapi saya harus tetap berhati-hati dan juga wajib meminum obat selama dokter belum berkata selesai.
Setelah 1 bulan pengobatan saya memutuskan untuk kembali ke ponpes. Setiap 1 bulan sekali pulang buat kontrol ke RS dan ambil obat ke puskesmas. 6 bulan kemudian saya disuruh cek lab, buat lihat hasil untuk pengobatan. Dan ternyata hasil lab masih sama, dan masih harus terus melanjutkan pengobatan. Salah satu syarat sembuh TBC adalah obat tidak boleh telat,telat sehari saja harus mengulang pengobatan dari awal. Betapa susahnya.
12 bulan kemudian saya kembali cek lab dan hasilnya sama. Sempat merasa lelah tapi orang tua tidak pernah berhenti memberi semangat. Dan pada akhirnya tepat 1 tahun Alhamdulillah hasil lab nya bagus dan dokter menyatakan selesai.