OBOR merupakan salah satu kebijakan luar negeri pemerintah Tiongkok yang paling ambisius, kebijakan ini memiliki tujuan untuk memperkuat pengaruh ekonomi Tiongkok melalui program pembangunan infrastruktur yang luas terhadap negara – negara yang dilewati jalur tersebut. Kebijakan ini dikeluarkan karena pengaruh dari perang dagang antara Amerika dan Tiongkok yang saling memperebutkan kekuatan ekonomi dan politik. OBOR sendiri memiliki dua rincian yaitu, jalur sutra ekonomi darat dan jalur sutra maritim berbasis laut. Kebijakan ini menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa dengan bentuk infrastruktur yang dibangun.
Disini Tiongkok mengumumkan atas kebijakan tersebut akan bersifat kooperatis atau saling menguntungkan, dalam karya ini saya akan mencoba membahas mengenai program One Belt One Road Tiongkok yang dilihat dan di implementasikan dari sudut teori Neo – Realism, yang mana pembahasan ini akan lebih mengenalisis apakah kebijakan OBOR adalah bentuk Neo – Realism Offensive Tiongkok terhadap negara – negara yang dilintasi oleh OBOR, hal tersebut dikarenakan diantara beberapa negara yang menjadi sasaran OBOR menilai bahwasanya kebijakan tiongkok ini memiliki sudut pandang negatif kususnya di kawasan Asia.
Tujuan Tiongkok menciptakan kebijakan OBOR sendiri adalah untuk memperkuat ekonomi Beijing dalam persaingan melawan pengaruh ekonomi Amerika Serikat yang semakin kuat. Sehingga hal tersebut akan membentuk kepentingan nasional Tiongkok untuk memperkuat power untuk menjadi negara yang adidaya dalam kuatnya pengaruh ekonomi maupun politi, hal tersebut tentu saja akan menciptakan suatu dampak yang bisa saja menjadi dampak yang positif maupun negatif.
Beberapa negara dikawasan Asia sendiri yang menjadi jalur OBOR menilai bahwa kebijakan OBOR merupakan hal yang positif bagi pembangunan infrastruktur, salah satunya Indonesia. Di Indonesia, proyek OBOR telah membantu merealisasikan pembangunan berbagai infrastruktur seperti proyek kereta cepat Jakarta – Bandung, proyek PLTA Sungai Klayan.Â
Disisi lain Asia Tenggara merupakan kawasan yang menjadi tujuan penerapan OBOR, Kawasan tersebut dikarenakan akses penting untuk Tiongkok kepada zona ekonomi paling penting yang memuat banyak sumber daya alam, seperti biji besi, minyak, dan bahan mentah lainnya dan salah satu implementasi dari kebijakan ini di kawasan Asia Tenggara adalah investasi kanal di Thailand yang bertujuan untuk memotong jalur untuk menghemat waktu tempuh kapal menghindari Selat Malaka, dampak yang telah diberikan OBOR di Kawasan Asia Tenggara sendiri telah diterima dan salah satunya adalah mendorong perdagangan dan investasi yang mampu membangun infrastruktu di kawasan Asia Tenggara.
Namun disatu sisi, kebijakan OBOR merupakan bentuk suatu ambisi Tiongkok untuk mengukuhkan dominasi negara tersebut dalam sistem perekonomian global yang pada akhirnya hanya menguntungkan Tiongkok dan memberi dampak negatif terhadap negara – negara yang turut andil dalam kerjasama OBOR, salah satu negara yang menolak kerjasama OBOR adalah India karena menilai bahwa kebijakan itu memiliki kepentingan politik, India telah mengindikasikan bahwa mereka melihat OBOR sebagai kepentingan nasional Tiongkok.
      Jika dinilai dari sudut pandang Neo – Realisme dimana suatu kebijakan negara dibentuk dikarenakan adanya kepentingan nasional, sehingga Tiongkok membentuk kebijakan OBOR pastinya dikarenakan Tiongkok dinilai memiliki kepentingan nasional untuk memperkuat pengaruh ekonomi dan politik dalam persaingan perang dagang melawan Amerika Serikat. Disisi lain juga Tiongkok membuat kebijakan One Belt One Road adalah untuk mendominasi negara – negara yang menjadi target dalam kebijakan tersebut dan digunakan dengan tujuan untuk mengukuhkan pengaruh politik Tiongkok.
Referensi :
Afsari, I. (2021, Mei 7). Dampak Positif dan Negatif Belt and Road Intiative (BRI) serta Strategi Indonesia. Retrieved from Kompasiana: https://www.kompasiana.com/amp/imeliya80483/60953de7d541df65ae520952/dampak-positif-dan-negatif-belt-and-road-intiative-bri-serta-strategi-indonesia
HIMAHI UMM. (n.d.). Belt and Road Initiative Sebagai Strategi Konektivitas China Dalam Globalisasi. Retrieved from HIMAHI UMM: https://hmj-hi.umm.ac.id/id/pages/ir-fact-and-issue-2-7276/belt-and-road-initiative-sebagai-strategi-konektivitas-china-dalam-globalisasi.html
Utama, A. P. (2021). IMPLEMENTASI TEORI DEPENDENSI STUDI KASUS : KEBIJAKAN BELT AND ROAD INITIATIVE TIONGKOK KHUSUSNYA DI KAWASAN AFRIKA TIMUR. Jurnal Hubungan Internasional, 3.
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H