[caption id="attachment_352765" align="aligncenter" width="640" caption="Foto bareng peserta acara Boscha (Foto: Fanpage Komunitas Code for Bandung)"][/caption]
Sejak dipimpin oleh Walikota Ridwan Kamil, Bandung terlihat begitu agresif dengan berbagai terobosannya. Kota ini sedang giat membangun “smart city“, salah satunya adalah dengan mendorong keterbukaan data (open data) yang dicanangkan sejak 5 Desember 2014. Kota ini menjadi pelopor Open Data di Indonesia, bersama dengan Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
Open Data adalah konsep tentang data yang tersedia secara bebas untuk diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Data terbuka dalam kaitannya dengan pemerintahan adalah salah satu upaya untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas, serta mendorong partisipasi masyarakat. Terobosan ini tergolong berani dan patut diapresiasi. Karena pemerintah daerah pada umumnya cukup alergi dengan keterbukaan informasi.
Dilansir dari Tribunnews, Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Jawa Barat Rosmaya Hadi mengatakan, khusus dari sisi dampak secara ekonomi, Bandung merupakan kota percontohan oleh Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dalam menerapkan open data untuk suplai data di Forum Pengembangan Ekonomi Daerah/west java incoroporated (WJI) dalam website mereka.
“Adanya forum ini, diharapkan dapat berperan secara aktif dalam pengembangan ekonomi daerah, dalam hal mempermudah akses data dan informasi yang komprehensif, membantu investor dalam permasalahan investasi dan koordinasi regulasi untuk menciptakan iklim investasi yang lebih baik. Open data diharapkan juga dapat menjadi modal untuk pengembangan bisnis dan investasi di Jawa Barat,” ujar Rosmaya (21/02/2015).
Dengan dicanangkannya dukungan terhadap gerakan keterbukaan data oleh Ridwan Kamil, Pemkot Bandung berkomitmen untuk terus meningkatkan usahanya dalam implementasi gerakan data terbuka. Selain meluncurkan website West Java Incorporated (WJI) dengan domain www.westjavainc.org, saat ini mereka menggelar Bandung Open Data Summit and Challenge (BOSCHA) yang diadakan sejak 21 hingga 28 Februari 2015. Agenda ini diinisiasi oleh Pemkot Bandung, Bank Indonesia Jawa Barat dan komunitas Code for Bandung untuk memperkaya ekosistem open data di kota kembang ini.
Pada kesempatan tersebut, seperti dikutip dari TeknoJurnal, Ridwan Kamil menyatakan dengan adanya program ini diharapkan data terbuka dari pemerintah kota Bandung dapat memecahkan permasalahan sehari-hari yang berada di kota Bandung. Selain itu, akan membuat kota Bandung lebih akuntabel dan transparan.
“Ke depannya dengan program Bandung Open Data ini memberikan kemudahan untuk menjadikan Bandung sebagai Smart City. Dimana akan terdapat berbagai solusi digital yang menggunakan data terbuka dari pemerintah kota Bandung seperti penggunaan aplikasi mobile, website, internet, hingga perangkat yang saling terintegrasi secara digital,” ujar pria yang akrab dipanggil Kang Emil ini.
Salah satu contoh dari program Bandung Open Data adalah aplikasi Sistem Informasi Taman Kota Bandung. Aplikasi ini akan memberikan informasi seputar taman yang berada di kawasan kota Bandung. Selain itu, kota Bandung memiliki rencana untuk mengembangkan program “Cashless Society” di mana nantinya warga Bandung dapat menggunakan perangkat non tunai seperti Smart Card untuk membayar transportasi umum atau berbelanja di pasar sehingga diharapkan transaksi pembayaran untuk masyarakat menjadi lebih efisien.
Sebagai langkah awal, data terbuka ini menyangkut tiga urusan. Yakni, isu transportasi, kebencanaan, dan ekonomi. Nantinya, data terkait pertumbuhan ekonomi itu mencantumkan kawasan mana yang menjadi sentra ekonomi. Selain itu, ada pula mengenai lokasi tepatnya 30 pasar tradisional yang ada di Kota Bandung.
“Ini menunjang konsep smartcity. Dimana teknologi dipakai untuk pelayanan publik. Pemerintah kota hanya bisa memberikan 25% perubahan di Bandung. Sisanya, sebanyak 75% itu membutuhkan kolaborasi antara pelaku bisnis, akademisi, dan komunitas,” imbuhnya.