Oleh:
[caption id="attachment_318337" align="aligncenter" width="506" caption="Ilustrasi: fresh graduate berharap berlabuh sesuai passion, bukan asal, Sumber:blog.mitx.org"][/caption]
M. R. Aulia
Ditulis Minggu Pagi, 26 Januari 2014 dan diselesaikan pukul 11:08 WIB.
Sebagian besar anak muda tanggung pasti mengalami masa persimpangan. Masa dimana tidak pernah tahu kemana kaki harus melangkah. Apalagi ketika telah lulus dari universitas dan bukan menjadi mahasiswa lagi. Sudah lulus dan harus melanjutkan sebagai mahasiswa lagi atau mencari tempat sekelas utopia kemana harus berpindah tanpa bergelantungan santai di bawah bayang-bayang orang tua.
Masa-masa yang penuh dengan rasa hambar. Asin, asam, pahit dan semua rasa lainnya tidak pernah bisa terasa sempurna. Benak pikiran selalu memaksa ditemani di saat raga tidak kuat lagi mendengar keluh kesah dan ambisinya yang sangat besar. Terkadang saat tertidur lelap sekalipun, benak dalam pikiran seakan terus bercerita. Cerita panjang dan terus membisik alam bawah sadar harus berbuat apa, dimana, dan dengan siapa demi bebas dari masa transisi ini.
Hampir setiap hari, setiap waktu dan setiap bersama teman-teman di tempat manapun, kami selalu bercerita. Saling mengeluhkan rasa yang sedang mewarnai masa-masa sulit dan transisi. Kami tidak mengerti harus mau melakukan apa, bersama siapa dan dimana. Terkadang perasaan optimis terus kami gelorakan demi menjauhnya rasa malas dan rasa pesimis yang terlalu dini muncul dan suka hinggap berlama-lama.
Tidak seperti dahulu. Di saat kami masih menjalankan kegiatan rutintas seperti biasanya. Memang kami selalu memikirkan bagaimana masa depan akan dijalankan. Kami juga berusaha meningkatkan dan memperkuat apa yang menjadi passion. Akan tetapi saat itu, kami tidak terlalu berpikir sampai sekeras ini.
Seakan-akan bila kami gagal dalam memilih, masa depan yang penuh dengan aroma harum dan mengharumkan tidak akan pernah kami dapatkan. Siang malam pikiran terus berputar. Kami ingin menjadi manusia yang berguna. Mampu berbagi dengan apa yang dimiliki. Lalu bagaimana bisa berbagi bila kami belum memiliki apa-apa. Apa yang menjadi alasan agar kami bisa terus eksis dalam berbagi dengan sesama.
Perasaan bingung yang dirasakan banyak orang dan banyak pula masa depan mereka ditentukan pada masa-masa ini. Salah seorang guru saya pernah mengatakan bahwa masa depan tergambar dari apa yang sedang dilakukan sekarang. Dengan kata lain, bagaimana mereka menjalankan hari-hari berat tersebut menentukan kualitas akan menjadi siapa mereka.
Menjadi siapa bukan berarti menghilangkan selera atau passion dan identitas tentang diri sendiri. Melainkan sebagai perintis dan pemula menjadi manusia yang berhasrat memiliki daya tarik yang tinggi tentu harus melakukan imitasi atas jalan sukses yang telah ditempuh dan dibuktikan banyak orang.
Setiap kita bertanya kepada mereka yang sudah sukses, pasti mereka menceritakan ulang atau sekedar berbicara irit bahwa mereka pernah merasakan apa yang sedang dirasakan oleh kita sekarang. Kepada siapapun, hampir semua bernada sama.
Kita harus kuat dan terus berjuang, seolah-olah mencari sehelai rambut di tengah gundukan pasir yang sangat tinggi. Terus menggali dan berusaha menemukan dimana pintu dan jalan kesuksesan kita sebagai manusia. Makhluk yang sempurna dengan akal yang dimiliki.
Tidak lain yang banyak pendahulu kita tawarkan adalah mencoba kuat mencari pilihan yang tepat dengan diri masing-masing. Jawaban yang akan kita terima adalah hanya nada yang mengatakan terus berjuang dan berjuang saja.
Terkadang kita hanya mengerti sementara dengan apa yang mereka tawarkan. Nasihat (advice), wejangan atau apapun itu hanya saat itu membakar semangat kita. Lalu setelah kita tidak berjarak dekat atau tidak lagi satu ruangan dengannya, rasa yang mengebu-ngebu kembali padam seperti semula. Kita kembali dilanda kebingungan. Tidak mengerti harus bagaiamana dan terus dihantui dengan ketidakjelasan bagaimana masa depan dapat dijalankan.
Padahal semua kita memiliki keinginan masa depan agar dijalankan sesuai dengan passion dan kata hati. Bukan asal dapat pilihan jalan, asal dapat kepastian tempat dan memaksa diri terus bertahan di jalan yang bukan sesuai dengan keinginan hati. Jadi sangat wajar, bila banyak orang dianggap mampu namun sedikit menyimpang dan terus menyimpang, bukti mereka tidak sedang berjalan di atas pilihan yang sesuai dengan passion mereka masing-masing.
Hidup memang pilihan dan selalu banyak pilihan. Persimpangan yang tampak di depan muka memang menawarkan banyak pilihan. Akan tetapi semua pilihan yang tersedia memiliki resiko dan konsekuensi logis yang akan mengikutinya. Terlihat atau tidak terlihat mereka semua pasti akan mengikuti apa yang menjadi pilihan kita. Terlepas pilihan tersebut sengaja ditawarkan atau kita sebagai manusia transisi yang memilih dan melamarnya sebagai pilihan dan jalan memulai mencari identitas diri di masa depan.
Pilihan yang banyak terkadang membingungkan. Hitung-hitungan konsekuensi logis mana yang lebih memungkinkan kapasitas diri dapat bertahan dengan terpaan dan beragam macam model gelombang badai yang pasti, datang silih berganti, menguji sebatas mana kekuatan yang dimiliki.
Tidak mudah dalam proses menghitung semua kemungkinan yang akan terjadi bila memilih suatu pilihan. Seakan-akan kita selalu berharap datang malaikat penolong yang membukakan pintu masa depan. Dari sana, kita bisa berjalan dan yakin bahwa masa depan yang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas diri sedang dipersiapkan buat kita.
Dari semua itu, pilihan memang sangat sulit. Waktu yang kita miliki tidak akan pernah bisa bersahabat baik dengan kita. Mereka tidak pula mengikuti ritme sesuai kemauan dan keinginan pribadi. Tetapi, kita harus segera menentukan pilihan.
Satu atau dua pilihan dalam menguatkan langkah akan kemana masa depan dapat dinikmati dengan indah. Hasil dari perjuangan di saat masa penuh dengan semangat muda yang tidak disia-siakan begitu saja, atau salah melangkah dan menghabiskan masa-masa produktif dan pada akhirnya tidak maksimal dalam menikmati masa-masa senja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H