Wih, ada yang senang media mainstream pendukung Jokowi selama ini berubah haluan atau berbalik badan.
Akhir-akhir ini sejumlah media, mulai banyak mengkritisi gerak-gerik Jokowi.
Tahu kenapa?
Aku mikirnya, ga ada media yang abadi membela objek pemberitaan. Selama objek atau sosok yang diberitakan, berlaku A, maka pemberitaan juga akan A. Sementara kalau dianggap A- atau A+ itu sekedar selera dari mana angle sosok itu diceritakan.
Apalagi berita itu terkait politik. Semua orang sudah yakin, politik itu dinamis, dan konsekuensinya, pemberitaannya ikut running dan dinamis pula.
Hari ini kemarau, besok hujan dan sebagainya. Hari ini dianggap membela, besok menyerang. Padahal tidak, media hanya sekedar update info terakhir saja.
Mungkin ini sesuai dengan cara terbaik kita menilai seseorang.
Menilai tak harus (bersifat mutlak) saat dia masih hidup atau saat proses masih berlangsung, tapi lihat bagaimana akhir dari kehidupannya.
Karena hidup manusia juga dinamis dan penuh misteri masa depan.
Makanya aku kadang aneh, ada sejumlah tokoh yang sepertinya anti kepada media. Apalagi media itu dikesankan bertolak belakang dengan kelompoknya. Dan dia sangat irit berbicara, bungkam dan sebagainya. Bahkan, ekstrimnya, dia menolak kedatangan media tersebut.
Padahal, menurutku, sekali lagi media akan mengangkat pemberitaan dari apa yang terucap olehnya. Apa yang terlihat dari gerak-geriknya. Tidak lebih. Kalaupun terlihat beda, itu hanya sekedar selera sudut pandang darimana berita itu dimulai untuk disampaikan.