Mohon tunggu...
R Aulia
R Aulia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menjadi Lentera bukan Angin yang selalu meredupkan upaya penerangan anak-anak bangsa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menebak Filosofi Jam Weker Milik Anas Urbaningrum

12 Januari 2014   13:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13895066451051461914

Oleh:

M. R. Aulia

Ditulis selama 40 Menit, Minggu Siang, 12 Januari 2014 dan diselesaikan pukul 12:45 WIB.

[caption id="attachment_315327" align="alignnone" width="225" caption="Ilustrasi: Jam Weker, Sebagai pengingat, penggugah dan sebagaiya, Sumber: tama-shops.blogspot.com"][/caption]

Kasus yang membelit Anas Urbaningrum serentak menarik pehatian publik. Salah satu artikel pernah menyinggung bahwa kasus Anas sarat dengan muatan politis. Apalagi menjelang pesta politik lima tahunan. Muatan politisnya terlihat dari cara media yang kebetulan owner-nya sedang dan akan terlibat langsung dalam pertarungan di pesta politik 2014. Sehingga, hal sepele apapun yang terdapat dalam diri Anas dan lingkungan kepercayaannya, menjadi berita heboh di seaentero negeri. Salah satunya, jam weker dalam curhatan tertulis di sobekan kertas dari seorang Athiyyah Laila, Istri Anas.

Di samping sosoknya yang saat ini, sangat kontroversial, disana terdapat sisi manusiawi seorang Anas. Dalam surat tersebut, di salah satu paragraf terakhir, Athiyyah berniat membawakan Anas sebuah jam weker yang nantinya akan dijadikan pengingat shalat, terutama di waktu subuh.

Sebuah ide cemerlang dan nuansa perbaikan diri yang baik. Seorang Anas yang mungkin saat ini, terlihat penuh dengan cacian-makian atas dugaan kasus korupsi yang mengarah pada dirinya, ia berusaha meminta pertolongan pada Tuhan. Mencoba meminta petunjuk agar permasalahannya dapat diselesaikan dengan rasa keadilan.

Jam weker, sebenarnya bukanlah sesuatu atau benda yang sepele. Namun penuh dengan makna besar yang bersembunyi di belakangnya. Pengingat agar beranjak bangun dan melakukan sesuatu yang telah menjadi kewajiban. Sebagai pengingat waktu bekerja, bangun tidur, dan sebagai pengingat jeda atau melanjutkan kegiatan lainnya. Sebagaimana yang menjadi keinginan penemunya untuk pertama kali, yaitu Levi Hutchins pada tahun 1787. Levi hanya menjadikan jam weker penemuannya sebagai pengingat dirinya agar bisa bangun jam 04:00 pagi.

Lalu bagaimana jika Jam Weker dipakai oleh politisi atau siapapun di negeri ini, yang ucapan keluar dari mulutnya bernilai janji. Tidak lain adalah politisi atau pemimpin dalam segala aspek kehidupan. Jam weker tersebut sangat dibutuhkan keberadaannya. Apalagi mendekati masa-masa pesta politik akan digelar serentak seantero negeri.

Pasti begitu banyak ucapan yang keluar dari para calon atau pemimpin yang sedang berjaya. Sehingga tidak jarang, setiap kemana pun calon tersebut melangkah, dan bertemu seseorang atau kerumunan banyak orang, tentu akan ada suatu ucapan yang terlontar dan tidak lain seperti harapan manis atau janji kepada mereka, calon voters di pesta politik.

Seiring berjalannya waktu, sejak bakal calon mendaklarasikan diri untuk masuk sebagai petarung, hingga batas kampanye berakhir, sudah berapa banyak janji atau harapan yang sempat dipublikasikan. Akan tetapi apakah sang bakal calon atau tim suksesnya sempat mencatat secara detil akan janji atau harapannya masing-masing. Jika ia, disinilah peran jam weker dapat berlangsung. Mengambil fungsinya sebagai pengingat atau pemantik, sehingga target atau calon pemimpin tergugah melunasi janji dan harapan manis yang sempat atau telah ia sebarkan di berbagai daerah dan kesempatan di negeri ini.

Lalu siapa yang pantas jadi jam wekernya. Kita menyadari calon pemimpin tersebut, pasti tidak sanggup sepenuhnya mengingat janji atau harapan yang tersebar. Oleh karena itu, peran loyalis, tim sukses atau simpatisan harus mampu menjadi jam weker modern saat ini. Dengan mengingatkan secara detil semua janji dan harapan yang ada. Sehingga, di kemudian hari, bila calon tersebut, benar-benar terpilih sebagai pemimpin, maka kekecewaan atau labeling publik terhadapnya akan pemberi harapan palsu, akan berkurang dengan sendirinya.

Pengingat adalah kebutuhan semua orang tanpa terkecuali. Lebih-lebih kebutuhan yang harus dimiliki seorang pemimpin. Sehingga, bagi kita yang mengaku sebagai follower, loyalis, tim sukses, atau apapun istilahnya, harus bisa menjadi jam weker kepada pemimpinnya. Bukan hanya mendorong sampai puncak, lalu menengadahkan tangan agar menerima hasil yang seringkali tidak jauh dari motif-motif terselubung.

Mereka itu, ibarat pondasi dari setiap panjat pinang. Rela diinjak-injak dan menguatkan pundak dengan tenaga yang ekstra, agar salah seorang bisa mencapai puncak. Lalu, duduk santai, mengambil napas setelah mati-matian mendukung, dan berharap mereka yang sudah di puncak, menjatuhkan hadiah-hadiah menggiurkan yang tergantung di atas sana.

Berharap media manapun bisa menjadi jam weker bagi siapapun. Tidak hanya lawan politiknya, melainkan kebijakan yang mungkin bernilai tidak pro bono publico yang digelorakan owner-nya, sehingga ketika berani memberikan catatan pada orang lain, tentu juga harus berani memberi catatan pada diri sendiri, dan akhirnya keseimbangan dalam berpesta dan berpolitik tercapai sebagaimana mestinya.

Pemimpin itu seperti pejuang yang tangguh. Namun ketangguhannya itu perlu diawasi oleh jam weker. Sebagai penggugah, harus jeda atau melanjutkan. Seperti Anas, yang mungkin terlanjur menjadi tersangka kasus korupsi, karena saat dia sedang on fire atau masa ketangguhannya, para loyalis atau jam wekernya tidak berfungsi dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun