ADA belasan capres (calon presiden) yang tidak berhenti menghiasi media sejak setahun belakangan. Di media cetak atau media online, nama-nama mereka tidak pernah dilewatkan untuk ditampilkan. Media memang berkepentingan karena pasti ada 'nilai berita' dan 'nilai tambah'-nya dengan memuat nama-nama mereka. Di satu sisi bisa menambah oplah atau rating sementara di sisi lain akan ada pula pemasukan dari iklannya.
Di antara belasan nama capres itu, saya hanya ingin menyebut beberapa nama saja:Â Megawati, Wiranto, Surya Paloh dan Aburizal Bakri. Dua orang sudah resmi dinobatkan oleh partainya. Wiranto (bersama Hari Tanu) digadang-gadang Hanura sementara Bang Ichal (belum ada pasangan) sudah resmi menjadi capres Golkar. Walau Akbar Tanjung belum juga menunjukkan sregnya, itu tidak menjadi soal oleh kelompok pendukung ARB. ARB bahkan lantang menyebut orang-orang Golkar yang masih meragukannya itu adalah pengkhianat karena tidak patuh pada keputusan partai.
Megawati dan Surya Paloh memang belum pernah secara resmi menyebut dirinya akan maju menjadi presiden di partainya masing-masing. Tapi orang tahu kalau dua generasi tua ini tidak juga menyatakan dirinya tidak akan maju. Bahkan Surya Paloh malah ditinggalkan oleh Hari Tanu justeru karena ambisi Surya Paloh yang menggebu-gebu untuk posisi puncak. Sementara itu, Munas PDIP sudah memberi mandat penuh kepada Ketua Umumnya (tak lain adalah Megawati) sebagai penentu capres di partai banteng itu. Dan karena Megawati juga tidak pernah menyatakan 'tidak akan maju' maka msyarakat menganggap kalau nenek itu masih punya ambisi.
Sebagai rakyat kecil tapi insyaallah berhak memilih nanti, saya hanya ingin mengatakan bahwa rasanya capres tua-tua seperti mereka rasanya tidak akan disukai pemilihnya. Sekurang-kurangnya, saya sendiri tidak akan memilih keempat diantara mereka jika masih ada capres yang lebih muda dan lebih fit pisiknya. Malahg saya juga menduga bahwa kader dan atau simpatisan partai sendiri juga tidak akan memilih salah satu di antara mereia jika masih ada calon lain yang lebih bertenaga. Entahlah kalau anggota fanatik PDIP yang tetap akan memilkih Ibunda Meganya jika ngotot juga mau maju.
Ibu Mega sudah berusia 65 tahun (23.01.47)Â yang berarti sudah terlalu tua untuk ukuran perempuan Indonesia. Bahwa dia masih berambisi, memang tidak ada yang tahu. Yang bisa diduga dia belum juga menunjuk salah satu kader terbaiknya untuk maju menjadi capres. Sehingga ada rumor kalau dia akan maju bersama Jokowi yang lagi ngetop.
ARB pula sudah mendekati kepala tujuh umurnya. November lalu dia suda berumur 67 tahun (15.11.46) yang juga tidaklah muda lagi. Sementara Wiranto juga tidaklah muda. Saat ini dia sudah berumur 66 tahun (04.04.47) walaupun pisiknya masih tampak jauh lebih muda. Boleh jadi latar belakangnya yang tentara membuatnya tetap bugar. Tapi tetap saja tidak lagi muda berbanding misalnya Jokowi, Dahlan Iskan, Hidayat Nurwahid dan beberapa nama hebat lainnya.
Tapi boleh jadi tua saja tidak akan dipersoalkan. Masalahnya masih akan ada penilaian lain dari masyarakat terhadap nama-nama yang disebut di atas untuk tidak akan dipilih. Wiranto masih tetap akan dikaitkan dengan karakter ABRI yang melekat pada dirinya. Seperti apa tentara di era Suharto membuat elektabiltas Wiranto tidak pernah naik walaupun sudah diongkrak televisi milik Hari Tanu. Megawati, wow terlalu banyak nilai 'pengurangnya' sehingga juga tidak akan disukai pemilih nanti. Begitu juga dengan Ichal yang tidak mampu menghapus bayangan Lapindo di wajahnya. Lihatlah berapa persen tingkat keterpilihannya, sungguh sangat rendah. Setali tiga uang dengan Surya Paloh yang dianggap 'kutu loncat' dari Golkar itu.
Kalau boleh memberi saran, sebaiknya empat nama yang belakangan kian sering diiklankan di televisi itu tidak usah maju atau dimajukan lagi menjadi capres di Pemilu nanti. Entah kalau tidak ada nama lain selain mereka, tentu saja mereka akan terpilih. Saya pun akan memilihnya karena saya tidak akan golput. Tapi jika ada calon lain yang lebih hebat, pasti mereka dibiarkan sekadar menjadi calon saja. Sayang, kan?***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H