Mohon tunggu...
M. Rasyid Nur
M. Rasyid Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiun guru PNS tidak pensiun sebagai guru

M. Rasyid Nur, pendidik (sudah pensiun dari PNS pada Mei 2017) yang bertekad "Ingin terus belajar dan belajar terus". Penyuka literasi dan berusaha menulis setiap hari sebagai bagian belajar sepanjang hari. Silakan juga diklik: http://mrasyidnur.blogspot.com/ atau http://tanaikarimun.com sebagai tambahan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat Terbuka buat Saudara: Berhati-hati Memberi Suara Hati

7 April 2014   12:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KEPADA semua sahabat, handai-tolan yang jauh entah dimana,
Pemilu (Pemilihan Umum) Legislatif tinggal dua hari lagi. Masa kampanye sudah ditutup. Dari sekarang menjelang tanggal 9 April 2014 mendatang masyarakat sudah diminta tenang. Ini memang masa tenang menjelang waktu mencoblos datang. Siapa-siapa caleg yang akan dipilih juga tinggal menunggu hari dan keputusan hati yang bersih untuk menusuk gambar atau partainya.

Di masa tenang ini sudah diingatkan untuk tidak lagi ada yang berkampanye. Baik secara terbuka maupun secara tertutup tidak lagi dibenarkan mengajak orang dalam bentuk kampanye untuk untuk memilih seseorang. Undang-undang sudah melarang. Semuanya diharapkan sudah mempunyai jagonya yang menurut penilaiannya layak untuk dipilih menjadi wakil di parlemen. Hanya konon kabarnya masih ada yang diam-diam tetap berkampanye. Bahkan ada yang sudah mengatur strategi untuk melakukan ‘serangan fajar’ seperti dulu-dulu itu. Tapi itu biarlah menjadi tugas Panwaslu. Kita rakyat tidak perlu sibuk dengan berita yang belum pasti itu.

Jika ada yang bertanya, siapa sebaiknya jagoan kita, sepenuhnya menjadi hak masing-masing kita. Tidak ada yang boleh memaksa. Di sinilah perlunya kehati-hatian dan kewaspadaan kita. Selalu banyak janji dan provokasi dalam menentukan suara hati kita. Iming-iming uang dan benda lainnya sering menyilaukan mata. Maka putuskanlah menurut nurani hati yang bersih. Tapi bukan nama partai maksud saya. Menurut hati yang dalam dan suci. Begitu.

Masyarakat boleh saja merasa diberi janji oleh para caleg yang bertebaran di mana-mana. Seratusan orang dalam satu Dapil akan membuat masyarakat linglung dalam menentukan pilihan jika tidak ada sikap berhati-hati. Di kiri mungkin saudara sendiri. Di kanan mungkin juga ada teman yang akrab dalam persahabatan. Padahal surat suara yang akan disi hanya ada satu saja. Hanya satu suara untuk satu orang. Baik DPR Pusat, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten, masing-masing hanya satu orang yang dapat dipilih dari sekian banyak wajah-wajah memelas di surat suara itu. Dan padahal ada seratusan orang caleg yang berharap dipilih. Maka suara hatilah yang akan menentukan.

Tidak harus merasa berutang budi kepada seseorang yang memberi janji jika selama ini ternyata tidak bisa dipercaya dalam kehidupan sehari-hari. Kalau dia pernah menjadi wakil rakyat selama ini dan ternyata selama itu tidak bisa dipercaya karena sibuk melakukan korupsi atau tidur saja waktu bersidang, maka lupakan saja orang itu. Jangan pernah dilirik lagi. Karena memilih orang-orang yang tidak bisa dipercaya, akan menimbulkan penyesalan sepanjang masa tugasnya. Lima tahun bukanlah waktu yang pendek untuk menyimpan rasa penyesalan. Maka pilihlah orang-orang yang benar-benar dapat dipercaya.

Bahwa kita sebaiknya menggunakan hak pilih, ya itu wajib seharusnya. Jangan dengarkan ajakan untuk golput dari orang-orang yang anti Pemilu. Benar di luar negeri sangat rendah tingkat partisipasi warga dalam Pemilu. Konon kabarnya tidak sampai 10 persen yang memberi hak suaranya. Bahkan berita sore semalam, di Malaysia hanya ada 2-3 persen saja member hak suaranya. Di Australia, di Prancis juga sama rendahnya. Tapi itu jangan mempengaruhi keinginan kita untuk memilih. Mari kjita pakai hak kita untuk memilih. Semoga orang-orang yang kita pilih itu benar-benar wakil kita. Bukan wakil keluarga semata. Kita sudah muak dengan mereka-mereka yang selama dipercaya ternyata hanya kerjanya mencari kaya. Bukan membela rakyatnya. Sudah jangan dipilih mereka. Tapi kita harus member suara karena yang lain kan masih ada. Ok, selamat mencoblos di tempat masing-masing. Salam Demokrasi dari jauh!***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun