Mohon tunggu...
Politik

The Clash of Civilizations

14 Januari 2011   17:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:35 2455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Clash of civilization adalah suatu bentrokan antara budaya barat dengan budaya Islam. Bentrokan yang ada saat ini bukan merupakan bentrokan lanjutan yang terjadi dimasa terdahulu yang memang terjadi karena faktor budaya yg berbeda. Saat ini negara Barat dan negara-negara Islam berseberangan karena adanya kebutuhan domestik. Dalam hal ini, Marxis memandang bahwa The Clash of Civilizations akan tercipta antara para buruh dan kaum kapitalis atau dalam kerangka besarnya antara negara dunia ketiga dan negara-negara utama. Tetapi, mari kita batasi pada ranah antara Barat dan Islam yang diusung oleh Samuel Hutington. Konteks permasalahan ini pada dasarnya adalah stereotip antara kedua belah pihak dengan menggunakan legitimasi sejarah. Lebih lanjut, permasalahan ini berakar pada kepentingan ekonomi dan politik antara kedua belah pihak. Disini Huntington seolah melihat peradaban sebagai blok monolitik. Padahal, dalam kenyataan tidak demikian.

Sebagian peradaban, misalnya peradaban Islam, terutama ditentukan oleh wahyu keagamaan; yang lain, seperti Konfusius, ditentukan oleh hubungan antara agama yang mengilhami mereka dan kekuasaan politik yang kurang jelas. Dalam peradaban Barat, versi Katolik atau Protestan dari agama Kristen membentuk bagian dari lanskap budaya mereka, meski masyarakat negara-negara Barat amat terbagi berdasar kepercayaan keagamaannya. Dalam setiap peradaban, ada beberapa tren pemikiran yang mengikuti garis-garis pengakuan, dan yang lain mengikuti garis-garis penempatan-subjek perdebatan yang kini hidup di negara-negara seperti Turki dan Italia. Merujuk pada Kenichi Ohmae, adanya konflik-konflik dalam dunia modern tidak hanya antar peradaban, bahkan dalam peradaban yang sama bisa terjadi konflik. Karena seperti yang dikatakan oleh Kenichi Ohmae, dalam peradaban yang sama, masyarakat sering berperang di antara mereka masing-masing.

Misalnya, konflik di Irlandia Utara antara penganut Protestan dan Katolik, bukan merupakan alasan yang tepat untuk menyatakan kebencian yang mendalam, karena sama-sama Kristen. Contoh lain, akan sulit menjelaskan konflik di Ambon, di mana masyarakatnya berada dalam tradisi dan suku yang sama. Perbedaan keyakinan dalam masyarakat Ambon, antara Islam dan Kristen, bukanlah perbedaan besar, karena pada intinya sebenarnya kedua agama itu sama punya tradisi dan akar sejarah yang sama: semitik. Dalam bukunya yang berjudul The End of Nation State (1995), Ohmae berpendapat bahwa perang biasanya terjadi ketika para pemimpin politik menonjolkan perbedaan-perbedaan kecil secara tajam seraya menciptakan kebencian laten bukan ketika antar peradaban saling berbenturan, sebagaimana dinyatakan Huntington. Seakan menyanggah tesis Huntington, Kenichi Ohmae berpendapat bahwa konflik-konflik terjadi lebih disebabkan oleh para pemimpin politik yang kolot yang melibatkan rakyat untuk melakukan konfrontasi bersenjata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun